Kota kecil di bagian wilayah tenggara. Tempat yang tidak mewah namun juga tidak sederhana. Kota ini sendiri sangatlah istimewa bagi Wu Shi sebab di sinilah tempat tinggal istri masa depannya—Chang Juan.Ditambah lagi tempat tujuan mereka di sini adalah tempat di mana adik Qingchen tinggal juga. Bisa dibilang keberuntungan ada pada mereka.Kedua pemuda itu yang sudah melakukan penjelajahan di gua pasti sangatlah lelah namun mereka kembali bersemangat saat mulai menemukan makanan dan pakaian."Ini melegakan!" seru Wu Shi kian bersemangat."Jangan terlalu bersemangat, Wu Shi! Ingat lukamu! Setelah memilih pakaian, kita akan pergi menemui tabib!" pekik Hao Yun sambil mengejar Wu Shi yang berlari. "Iya, aku mengerti!" Sudah seminggu lewat mereka menjelajahi setiap tempat dalam Gua Abadi. Begitu keluar rasanya seperti telah dibebaskan, seakan malaikat turun sebagai penyelamat. Baik Wu Shi maupun Hao Yun, dua-duanya merasa sangat bahagia."Bagaimana dengan keadaan lukamu, Wu Shi?" "Aku ba
Awalnya ia tidak menyadarinya. Sekadar membantu karena memiliki suatu firasat kecil dan jadilah seperti ini. Seorang wanita berambut hitam lurus dengan jepit khas berbentuk kelinci yang terbuat dari pahatan kayu. Pakaiannya yang sederhana namun terlihat istimewa jika dipakai oleh wanita secantik Chang Juan.Mata yang bulat dan sama hitamnya. Postur tubuh yang pendek imut membuat gemas. Cara ia memandang seolah begitu sinis pada setiap orang, tapi ia tahu Chang Juan tak bermaksud begitu.Wu Shi tercekat diam sambil menatapnya gugup. Seolah ini kali pertamanya bertemu, padahal tidak juga. Bertemu calon istri lebih awal mungkin tidak terduga namun ia sudah sadar tujuannya pergi ini membuat ia dapat bertemu dengannya."Itu ...," Sementara wanita ini kebingungan walau hanya sesaat, ia lantas berfokus pada kantung yang sudah berada di tangan Wu Shi saat ini. "Istriku," ucap Wu Shi tanpa sadar. Ia menyebutnya secara tiba-tiba saking ia rindu.Seketika dua insan itu terkejut diam dalam ke
Di penginapan Tongsheng, terlihat seorang wanita terburu-buru masuk ke dalam penginapan, lekas ia membuka setiap pintu ruang di lantai bawah.BRAK!Hingga sampailah ia ke ruangan Wu Shi berada. Begitu pintu dibuka olehnya secara kasar tanpa sengaja, kedua orang yang ada di dalamnya pun terkejut. Reflek, keduanya menoleh ke belakang dan menatap Chang Juan di sana."Chang Juan?" Wu Shi memanggil. "Hei, bodoh! Kenapa malah memanggil namanya, bukannya kau seharusnya berpura-pura tidak mengenal dia?" sahut Hao Yun, ia dibuat panik karenanya. Sedangkan Wu Shi sendiri tidak peduli akan hal itu. Ia mengambil dan mengunyah makanan itu lagi sembari menatap Hao Yun dengan dahi mengerut."Astaga," ucap Chang Juan terkejut. Akibat kelelahan, kedua kaki itu tak lagi kuat tuk menopang tubuhnya, Chang Juan pun terduduk di tempat dengan lemas. Tanpa berbasa-basi Wu Shi yang terkejut lekas menghampiri dan membantunya berdiri."Kamu kelelahan. Apa yang kamu lakukan sebenarnya?" tanya Wu Shi, mengulur
"Terima kasih, paman Tongsheng.""Ya. Sama-sama." Di penginapan ini, adalah salah satunya yang pasti ada adiknya Qingchen. Namun sebelum itu Hao Yun sempat meminta sebuah informasi mengenai kultus putih yang sekarang, di dalam gulungan itulah terdapat banyak informasi yang memungkinkan mereka untuk mengetahui pergerakan Tulang Naga. Meski tidak begitu berharap dari itu, namun Wu Shi merasa itu sudah cukup. Setidaknya itu diperlukan sebelum bertemu dengan adik Qincheng."Tuan-tuan, saya undur diri terlebih dahulu. Terima kasih telah membantu saya sebelum ini," ucap Chang Juan menundukkan kepala lantas pergi. Tidak lama pemilik penginapan pun juga tuk menyelesaikan kesibukannya saat ini. "Apa dia benar-benar istrimu di masa depan?" tanya Hao Yun. "Tentu saja. Dia memang wanita yang sekilas terlihat polos tapi jangan salah, dia di masa depan pernah memanfaatkanku sebagai perisai agar terlindungi dari amukan Ibunya," ungkap Wu Shi sambil tersenyum. "Itu kedengarannya seperti licik.
Pemimpin Tulang Naga, pria bertopeng itu telah mengendalikan Kultus Putih sejak awal. Ming Hao sebelumnya telah sadar bahwa pria itu patut diwaspadai. Lantaran semenjak Wu Chen terluka, pria itu datang dari distrik pusat ke wilayah kultus putih. Pendekar tingkat terakhir dari tingkat menara yang sekaligus pendekar tingkat menara pertama dalam bayangan. Itulah sosoknya selain sebagai Pemimpin Tulang Naga. Luka di aliran darah Wu Chen kian memburuk hingga membuatnya kesulitan mengendalikan energi dalam. Pria bertopeng mulai mengacaukan duel di Lingkaran Langit, dan membuat hampir semua murid perguruan jadi tidak waras akibat efek dari Teknik Terlarang yang ditanamkan secara paksa.Keberadaan Li, guru ke-2 Wu Shi pun dinyatakan hilang namun sebenarnya ia sengaja disembunyikan agar tak seorang pun tahu bahwa dirinya saat ini sedang mengalami hal yang sama seperti Wu Chen dan para murid.Pria bertopeng mulai bergerak untuk membunuh Wu Chen yang ia takuti, saat itu ia tidak tahu bahwa efe
Zhu Jianceng bersama dengan para penjaga serta An berada di wilayah tenggara, menurut instingnya, Zhu harus mencari Wu Shi di daerah ini namun begitu ditemukan, ia justru diserang. Tepat berada di halaman depan penginapan Tongsheng, suara letupan itu terdengar keras dan sesuatu menabrak bagian pundaknya dari belakang hingga berdarah-darah. "Tuan Zhu Jianceng!" seru sang penjaga. "Apa-apaan itu?"Semua penjaga pun panik melihat Zhu yang tiba-tiba saja sudah terluka parah, lantas mereka menoleh ke belakang dan mendapati seorang pria yang mengenggam sebuah senjata. "Sekarang, bukan waktu yang tepat! Cepat pergi dari sini!" teriak Zhu Jianceng, ia berlari menjauhi penginapan dan kota ini dan menuju ke tempat yang lebih sepi. Semua kejadian ini seakan dikendalikan, adapun luka Zhu Jianceng semakin terbuka dan terus mengeluarkan darah segar. Tak peduli seberapa besar usahanya untuk menutup luka tembak, darahnya tetap mengucur deras tak karuan. Berkat Zhu yang menjauh, pria bersenjata i
Senapan terjatuh dari genggaman dan sekujur tubuhnya mulai merasa kejang luar biasa. Dalam keadaan tegang, ia tetap kukuh dan bermaksud tetap melawan mereka semua. "Meskipun tanpa tangan dan kaki ini, neraka akan tetap mengikuti kalian semua," tuturnya menyeringai lebar. Wajah pria itu tampak sangat pucat, sebagian dari kulit tubuhnya berubah menjadi ungu. Situasi telah berbalik, seorang pengguna senjata telah dijatuhkan. Namun perasaan yang dirasakan oleh para pendekar di sana, rumit tak tahu mengapa."Apa lagi yang bisa kau perbuat?" tanya sekaligus sindir Hao Yun. Ia berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa orang ini sudah tidak ada harapan. "Hahaha, kau ya! Kau yang membuatku seperti ini 'kan!" pekiknya lantas tertawa bahak-bahak. "Kalau benar kau mau apa? Bukankah sudah aku bilang sebelumnya, kalau aku sudah menandaimu sejak awal. Maka itu berarti nyawamu sudah berada dalam genggamanku." "Hihihi, oh begitu ya. Tapi hanya dengan ini saja takkan cukup!"Orang itu masih berusaha
Kultus Putih telah dikuasai oleh pria bertopeng, entah kapan itu terjadi namun ini adalah situasi terburuk mengingat semua orang mudah dimanipulasi dan membuat Wu Shi sebagai dalangnya. Beberapa langkah keluar dari perkotaan tersebut, Wu Shi tiba-tiba sudah berpindah tempat saja. Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, dan mulai mengawasi sekitar guna mengetahui tempat apakah yang sedang ia singgahi ini."Tempat ini terasa mengerikan hawanya," celetuk Wu Shi. Sekitarnya terdapat dinding bebatuan yang sudah berlumut. Bahkan jalan di sini juga sama berlumutnya, sehingga ia sedikit kesulitan saat berjalan. Selangkah ke depan kemudian menemukan sebuah tengkorak manusia yang duduk di sebuah kursi tua."Apa? Ini 'kan ...,"Wu Shi mulai sadar akan sesuatu, sesaat setelah melihat sebuah pedang di samping tengkorak itu, ia pun akhirnya benar-benar merasa yakin bahwa ini adalah tempat yang dikenal. "Gua Abadi?" "Benar." Suara menyahut omongan Wu Shi. "Siapa kau yang berbicara?!" tanya