All Chapters of Pendekar Bertongkat Menuju Puncak: Chapter 101 - Chapter 110
123 Chapters
Bab 101. Kembalinya Wu Shi
Pria itu menyarungkan pedangnya, lantas dengan sengaja menunjukkan wajah asli. Ia tersenyum seolah baru saja merasakan kesenangan. Setelah ia membuka tudung kepala, pria itu kemudian menundukkan kepala dan mengenggam kepalan tangan kanan tuk memberi hormat."Wu Shi, murid dari Raja Pengembara memberi hormat pada Tetua Mo yang agung." Li Bai dan Tetua Mo hening diam di tempat seketika. Kedua orang itu tidak menyangka bahwa yang datang menyerang barusan adalah Wu Shi. "Maafkan aku yang telah menyerang Anda dengan sengaja. Maksud kedatanganku ke sini ....yah, cukup banyak," ujar Wu Shi tersenyum. "Astaga, kapan kau keluar dari Gua Abadi? Dalam pandanganku, kau tidak berubah secara fisik tapi dari lainnya. Apa ini benar-benar kau?" tanya Tetua Mo sambil menghampirinya."Tentu saja, Tetua Mo. Kami berdua keluar dari gua setelah seminggu.""Seminggu? Benarkah begitu?"Di mata Tetua Mo, ia sekilas tahu dan merasakan adanya perbedaan kekuatan dari Wu Shi yang dulu. Sewaktu pertama kali b
Read more
Bab 102. Awal Pertarungan Sudah Dimulai
Setiap hari dilaluinya bagai neraka, diperlakukan layaknya seekor binatang buas, kini akhirnya ia berjumpa dengan punggung lelaki yang familiar. Pria itu tersenyum senang dengan air mata berlinang. Sejujurnya ia sendiri pun tidak menyangka akan kembali berjumpa dengan orang itu."Tuan!" serunya memanggil.Ia lantas berlari menghampiri dan memberi hormat pada seorang pria. "Tian Xu ini akhirnya dapat berjumpa dengan tuan. Saya sungguh senang," ucapnya. "Tian Xu. Sudah lama tidak bersua. Bagaimana kabarmu?" tanya Wu Shi. "Aku baik-baik saja, tuan. Semoga tuan juga begitu," harapnya."Iya. Aku juga sama. Hanya saja keadaan di sini benar-benar tidak sesuai dugaanku."Tian Xu menundukkan kepala, selang beberapa saat ia dikejutkan oleh seekor panda yang keluar dari balik pakaian Wu Shi. Tian Xu sesaat terhenyak diam. Dirinya kembali mengingat hal yang tidak menyenangkan."Tian Xu, ada apa?" tanya Wu Shi. "Tidak. Aku hanya berpikir betapa jahatnya orang ini," ucap Tian Xu sambil menunjuk
Read more
Bab 103. Musuh yang Harus Dihindari
Wu Shi, selain kembali ke masa lalu, dirinya dapat melakukan hal yang sedikit tidak masuk akal. Ia dengan mudahnya menghapus ingatan baik dari para penjaga mengenai Wu Shi sendiri. Sengaja melakukan itu agar Wu Shi sepenuhnya jadi target. Sejujurnya ketika mengetahui hal itu telah terjadi, Zhu Jiancheng enggan menyetujuinya. Namun semua sudah terlanjur terjadi. Setidaknya hal ini membawa kepositifan terhadap keluarga Wu Shi sendiri. Yang di mana Hao Ling sempat berperan dalam menyembunyikan Ayah dan Ibu Wu Shi di suatu tempat. Tetapi karena ingatannya yang baik mengenai Wu Shi dihilangkan, dan ingatan itu pula berhubungan dengan kedua orang tua Wu Shi sehingga Hao Ling pun juga akan melupakannya.Tapi tentu saja yang melupakannya bukan hanya Hao Ling, namun penjaga lain juga. Penjaga Jang dan Penjaga Zhu juga telah melupakan Wu Shi yang sebenarnya.Situasi di tempat persembunyian saat ini, cukup aman. Mereka dapat bertahan dari musim dingin yang sudah dilewati hampir satu bulan ini.
Read more
Bab 104. Prediksi Singkat
Dalam kondisi terkunci pergerakannya, Wu Shi sesaat melihat pergerakan pedang yang diayunkan secara vertikal lurus. Melihat itu seolah-olah melambat, Wu Shi menghindari serangan itu bahkan sebelum serangan itu dilancarkan. Pedang Penjaga Jang pun kini hanya sekadar melewati kepala, lantaran Wu Shi memiringkan kepalanya semiring mungkin. Hal tersebut membuat Penjaga Jang tersentak kaget. Penjaga Jang merasa kebingungan dengan yang barusan terjadi. "Kau, apa yang kau lakukan?" tanya Penjaga Jang dengan menguatkan cengkeramannya ke pundak."Hentikan saja ini, tuan penjaga. Sebisa mungkin aku tidak ingin membuat masalah," ucap Wu Shi."Bagiku kau lah masalahnya saat ini!" seru Penjaga Jang."Aku bukan pembuat onar," sahutnya. Wu Shi sendiri tidak memahami apa yang telah terjadi. Kini, ia terlalu fokus pada Penjaga Jang dan berusaha melepaskan cengkeraman darinya yang semakin lama semakin menguat."Hei, nak. Lebih baik kau menghindari pertarungan darinya. Ayo lekas pergi," ucap seseoran
Read more
Bab 105. Pengintaian Dari Dua Arah
Sebelum Zhu Jiancheng menghampiri, Wu Shi dan Hao Yun telah menunjukkan diri mereka. Ketiga saudara tak sedarah itu pun lekas pergi ke tempat yang jauh lebih sepi guna membicarakan sesuatu hal penting."Wu Wu tidak apa 'kan? Apa ada yang terluka?" tanya Zhu Jiancheng. "Tidak, kak. Aku baik-baik saja.""Sejauh apa kau berkembang sampai tidak terluka setelah bertarung dengan penjaga. Setahuku dari kebanyakan penjaga, dia yang paling kuat di antaranya," ujar Hao Yun."Entahlah. Aku sendiri juga bingung, mungkin aku hanya beruntung saja. Tapi intinya pergerakan kita pasti sudah terbaca," ucap Wu Shi. "Apa maksudnya?" tanya Hao Yun."Sebelumnya aku menggunakan chi pedang dan itu menarik perhatian banyak orang. Itu saja cukup membuat mereka tahu keberadaanku. Tapi intinya bukan itu.""Kalau bicara jangan setengah-setengah. Dasar!" sahut Hao Yun jengkel."Yah, intinya peramal itu. Dialah yang akan memberitahu pria bertopeng mengenai keberadaan kita semua.""Bukan hanya kau tapi kami juga?"
Read more
Bab 106. Tikus yang Datang
Semenjak berpisah dengan Wu Shi saat menuju ke distrik pusat, Tian Xu si mantan bandit liar merasa kesepian sepanjang waktu. Ia juga sangat khawatir, ini adalah kali pertamanya mengkhawatirkan seseorang yang tidak ada hubungan darah dengannya. Lalu saat kembali berjumpa dengan sosok yang ia kagumi, Tian Xu sangatlah senang. Rasa senangnya itu tidak bisa digambarkan hingga mata mulai berkaca-kaca. Terlebih ia diberikan sebuah tugas penting, Tian Xu semakin bersemangat. Tak!Bebatuan kecil-kecil yang jatuh dari langit-langit gorong bawah tanah. Suara kerikil berjatuhan sempat bergema dalam beberapa saat. Tian Xu menoleh ke belakang guna memastikan tidak ada siapa pun, meski ia merasa ada yang mengawasi sejak tadi."Sekalipun harus bertaruh nyawa, aku harus membawakan tongkat itu pada Tuan!" ujar Tian Xu tanpa patah semangat. Beginilah Tian Xu dengan karakter aslinya. Selain gila petarung, ia adalah pria yang bersedia menyerahkan segalanya demi orang yang ia layani.Sudah begitu lama
Read more
Bab 107. Kesetiaan Mantan Bandit
Kekesalan yang ada pada diri Tian Xu meluap-luap bagaikan air mendidih. Ia mencengkram leher yang kemudian beralih mencekik leher pria tersebut dengan berani. Padahal Tian Xu sudah jelas berada di sarang musuh. Banyak Pendekar di sana bahkan ia melawan pria bertopeng yang merupakan pimpinan kultus ini. Walau Tian Xu sendiri tidak pernah mengakui hal tersebut, namun kenyatannya pria ini kuat itu tidak terbantahkan."Bagaimana aku menjelaskannya ya? Kau sama sekali berbeda dengan Wen Hu Jie!" tutur Tian Xu menggertakkan gigi. Pria bertopeng lantas berdeham pendek. Tatapan dari balik lubang topeng itu sungguh mengintimidasi, setidaknya dapat dirasakan oleh si bandit bahwa pria ini tidak bisa dianggap remeh."Kau mengatakan itu seolah-olah kau juga ikut berkontribusi di sini.""Ya. Jelas saja! Meskipun aku hanya digunakan seperti senjata tapi beliau memperlakukan diriku tidak seperti itu.""Benarkah Wen Hu Jie melakukan itu?" tanya pria itu. "Tentu saja!" seru Tian Xu yang semakin kuat
Read more
Bab 108. Peramal Wanita
Sebagai orang yang berkemampuan, tentunya ia akan berharap dirinya lebih berguna bagi banyak orang. Saat tahu gadis kecil itu sadar dirinya dapat melihat ramalan masa depan, ia sangat berbahagia dan bangga pada dirinya sendiri. Namun tanggapan orang lain ada yang positif dan juga negatif. Itu hal wajar dan kebanyakan orang-orang barat di sana mulai berpikir bahwa kemampuan gadis yang saat ini merupakan wanita peramal yang dibawa pria bertopeng itu merupakan kutukan atau sejenisnya."Dasar penyihir hitam!" seru mereka menghina si gadis kecil sembari melemparinya kerikil-kerikil yang tak terhitung jumlahnya."Sana pergi!" usir mereka, entah itu anak-anak, orang dewasa ataupun lansia. Baik kaya maupun miskin, semua orang di dekat tempat tinggalnya tak satupun berpihak pada dirinya. Rasa bangga terhadap diri sendiri pun lenyap karena mereka. Kemampuan dalam meramalkan masa depan memang sedikit aneh namun ini adalah suatu tak terhindarkan. Hingga suatu saat ia mulai mengutuk kemampuannya
Read more
Bab 109. Persembunyian yang Ditemukan
Tian Xu sudah diawasi semenjak keluar dari kultus, dirinya berniat mengelabui orang-orang yang mengikutinya namun itu tidak berhasil sepenuhnya. Itulah mengapa Tian Xu cukup membuang banyak waktu sampai akhirnya ia kelelahan. Kedatangan Wu Shi kemari pun karena khawatir bila terjadi sesuatu hal buruk pada Tian Xu, dan hasilnya sesuai dugaan. Tian Xu ditemukan dalam kondisi lemas lantas ambruk di tempat setelah mengatakan beberapa patah kata."Ya, memang mustahil lari dari mata peramal itu. Tapi aku akui Tian Xu, kau sungguh hebat bisa bertahan sejauh ini." Wu Shi tidak merasakan kehadiran apa pun di sekitar, itu artinya penglihatan mereka terhadap Tian Xu sempat lolos. Entah ini kabar baik atau buruk baginya, namun yang pasti mereka tidak akan diam saja. "Tujuannya adalah aku. Sudah pasti dia ingin mengikuti Tian Xu sambil membawa tongkat untuk menyergapku," pikir Wu Shi. Ia kemudian duduk berjongkok di tempat sembari memperhatikan sekujur tubuh Tian Xu. Tidak ada luka secara fisi
Read more
Bab 110. Kepergian
Penjaga Jang bukan sembarang penjaga yang bisa diremehkan. Sekalinya menemukan target maka selamanya orang yang menjadi targetnya takkan pernah lolos. Kini Wu Shi telah menjadi targetnya sejak awal pertemuan, ini tidak disangka dan Wu Shi sendiri pun sangat kesulitan menangani hal tersebut. Itulah mengapa ia buru-buru menghindar sebelum Penjaga Jang benar-benar menemukannya. Di bawah perbukitan salju, tumpukan yang menggunung, di sanalah Penjaga Jang berdiri diam sembari memastikan keadaan sekitar."Aku dengan jelas merasakan keberadaannya di tempat ini. Apakah bandit itu sudah berjumpa dengan dia?" pikir Penjaga Jang dengan mengerutkan kening. Dinginnya cuaca tak membuat Penjaga Jang lengah, ketika mendengar suara langkah sekecil salju terjatuh, dalam sekejap ia menyergap orang yang datang dengan pedangnya. "A-ampun, Tuan Penjaga!" Seorang pendekar mengangkat tangan serta meminta ampun dengan suara bergetar dan terbata-bata. "Ternyata orang dari kultus." Sedikit kecewa, Penjaga J
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status