Setelah mandi dan mengenakan pakaian santai, Emrys duduk di balkon seraya menatap pemandangan pagi yang masih bergerimis. Tadi malam hujan turun dengan sangat lebat hingga membuat daun-daun tanaman di balkon menunduk dan nyaris mencium tanah. Di dalam kamar, Valerie sedang menerima telepon. Dia bilang itu dari teman Lissa, Ibunya. Sambil menghirup aroma kopi yang disajikan Valerie, Emrys menoleh sesekali ke dalam kamar di mana Valerie sedang bicara dengan serius.Tidak pernah terpikirkan dalam diri Emrys jika dia akan mencintai Valerie, gadis belia berusia sembilan belas, yang sebelumnya dia tolak mentah-mentah. Entah bagaimana gadis itu menggugah perasaannya dan merebut kembali kepercayaan dirinya untuk jatuh cinta. Dia menyukai cara Valerie bergerak, suaranya, rengekannya, aromanya. Dia menyukai semua hal tentang Valerie dan dia yakin bisa menghabiskan sepanjang waktu bersama gadis itu.“Ada apa?” Emrys menatap wajah Valerie yang terlihat gugup setelah dia selesai melakukan panggil
Read more