Home / CEO / Istri Mungil Sang Penguasa / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Istri Mungil Sang Penguasa: Chapter 71 - Chapter 80

150 Chapters

Tempat Tidur Utama

Valerie duduk di sofa menghadap ke televisi layar datar raksasa dengan tatapan kosong. Dia tidak benar-benar menikmati tontonan dari sebuah drama luar negeri yang sedang ditayangkan. Dia sudah bersiap-siap untuk tidur dan sudah mengenakan pakaian tidurnya –sebuah kaus putih oversizes dengan bawahan celana pendek. Semua pikirannya teralih pada hal-hal yang dilakukannya bersama Emrys di hotel tadi malam. Tanpa sadar, dia malah mengigit-gigit remot di tangannya sambil terus membayangkan saat Emrys menyentuhnya. Lalu perlahan Valerie menoleh ke belakang tepat pada tempat tidur Emrys, lalu mengalihkan pandangannya pada tempat tidurnya yang berada di balik rak buku, begitu terus selama beberapa kali.“Apa aku akan tidur di tempat tidurnya?” gumam Valerie sendirian. Dia memutar tubuhnya agar bisa menatap dua tempat tidur itu lebih leluasa. “Seharusnya dia sudah mengizinkanku untuk menggunakan ranjangnya bukan? Tapi bagaimana kalau dia merasa privasinya terbatas?”Valerie mendesah. Emrys tida
Read more

Aku Tidak Bisa Membalas Perasaanmu

Valerie tidur sangat lelap sehingga dia bangun dengan perasaan yang menggebu-gebu karena bahagia. Emrys sudah tidak ada lagi di tempat tidur. Dia melihat sebuah cacatan kecil yang diletakkan di atas nakas.[Aku pergi ke kantor. Jangan lupa untuk sarapan dan menungguku pulang.Emrys, suamimu.]Wajah Valerie memerah, senyumnya mengembang. Dia menggigit bibir bawahnya pelan sambil terus tersenyum. Rys sudah pindah tidur ke bawah tempat tidurnya. Anjing pintar itu rupanya membawa sendiri bantalan untuk lapis tempat tidurnya karena mungkin dia ingin tidur lebih dekat dengan Ibunya. Valerie turun dan menunjukkan catatan yang ditinggalkan Emrys pada Rys seolah Golden Retriever itu mengerti. “Lihat, ini pesan yang ditinggalkan suamiku untukku,” ujarnya penuh semangat pada Rys.Anjing itu membuka matanya, menatap Valerie seolah dia menilai, lalu kembali berbaring ke arah yang berlawanan. “Jangan mengejekku,” Valerie melangkah membuka tirai kamar. Emrys pasti sengaja tidak menyingkapnya karena
Read more

Itu Ciuman Pertamamu?

“Belle, kamu menangis?”Valerie menghampiri Isabelle yang duduk sendirian menatap aliran sungai. Keduanya duduk di atas rumput teki. Angin yang bertiup lembut sesekali menggoyang dahan-dahan pohon yang tumbuh berjejer, daun-daun menguning berjatuhan ke tanah. Di sekitar mereka terdapat beberapa pasangan muda mudi, tengah duduk menikmati suasana tenang dan nyaman.Gadis itu menoleh. Dan saat dia melihat Valerie, seluruh pertahanannya runtuh. Dia mendekap Valerie erat dan menangis sesenggukan dalam pelukannya. Valerie bingung, karena dia tidak tahu apa yang terjadi dengan Isabelle. Dia hanya menerima pesan yang menyuruhnya menemui Isabelle di batas sungai, tidak tahu malah menemukan Isabelle menangis.“Ada apa? Apa yang terjadi?”Isabelle tidak menyahut. Dia masih menangis di pelukan Valerie dan Valerie memilih membiarkan Isabelle sejenak. Tadi memang Isabelle memberitahunya jika dia akan bertemu Zach, dan Valerie menduga Zach mengatakan sesuatu lagi. Apa dia menolak Isabelle?Ketika Is
Read more

Aku Bukan Mayu

“Dia masih saja seperti ini,” Emrys bergumam.Emrys menyelimuti tubuh Rick setelah mereka tiba di apartemen Rick. Dia duduk di sisi tempat tidur dan Valerie ada di dekatnya sementara Isabelle yang masih dipengaruhi oleh ciuman Rick berdiri di dekat jendela. Dia tidak mau mendekati Rick karena khawatir pikirannya akan kembali memutar adegan mengejutkan itu.“Seperti ini? Maksudnya?” Valerie penasaran.Emrys menunjuk kalender meja yang dilingkari oleh Rick. Valerie mendekat, mengangkatnya dan membaca apa yang ditulis oleh Rick di sana. Malam kepergian Mayu? Valerie menatap Emrys. Jadi itu sebabnya dia mabuk dan bertingkah konyol?“Mayu meninggal di pelukan Rick sekitar pukul tujuh malam. Setiap tahun, Rick selalu mabuk mulai pukul tujuh dan akan berakhir di sungai itu. Itu tempat favorit mereka berdua dulu,” terang Emrys.Valerie melirik Isabelle yang berdiri cukup jauh dari mereka. Terlihat rona wajah Isabelle berubah mendengar apa yang dikatakan Emrys. Dia mendadak tegang dan gusar, l
Read more

Kamu Berhak Bahagia

“Apa menurutmu Belle akan baik-baik saja?”Valerie dan Emrys berjalan beriringan menuju lokasi parkir di halaman depan apartemen Rick. Emrys hanya mengangguk, lalu bergumam, “Dia pria baik, dia juga mengenal Isabelle. Mereka akan baik-baik saja.”“Bagaimana kalau Rick tiba-tiba bangun dan salah mengenali Isabelle dengan Mayu?”“Tidak akan,” Emrys mendesah. “Jika saja semuanya semudah itu bagi Rick.”Tapi kenyataannya Rick sudah mencium Isabelle dan alasan di balik itu semua pasti karena Rick salah mengira jika Isabelle adalah Mayu. Seharusnya Emrys tahu seberapa berbahayanya kondisi mabuk karena dia pun pernah melakukan kesalahan dalam mabuknya. “Masuklah,” Emrys membuka pintu.Sekali lagi Valerie menengadah menatap ke atas apartemen Rick. Apakah Isabelle akan baik-baik saja? Walau dia mengatakan hal-hal untuk menyatukan keduanya, jika terjadi sesuatu saat Rick mabuk, maka itu tidak baik. Hal itu hanya akan menyakiti Isabelle dan merugikannya.“Bagaimana kalau kamu saja yang menemani
Read more

Ibumu Sakit

Setelah mandi dan mengenakan pakaian santai, Emrys duduk di balkon seraya menatap pemandangan pagi yang masih bergerimis. Tadi malam hujan turun dengan sangat lebat hingga membuat daun-daun tanaman di balkon menunduk dan nyaris mencium tanah. Di dalam kamar, Valerie sedang menerima telepon. Dia bilang itu dari teman Lissa, Ibunya. Sambil menghirup aroma kopi yang disajikan Valerie, Emrys menoleh sesekali ke dalam kamar di mana Valerie sedang bicara dengan serius.Tidak pernah terpikirkan dalam diri Emrys jika dia akan mencintai Valerie, gadis belia berusia sembilan belas, yang sebelumnya dia tolak mentah-mentah. Entah bagaimana gadis itu menggugah perasaannya dan merebut kembali kepercayaan dirinya untuk jatuh cinta. Dia menyukai cara Valerie bergerak, suaranya, rengekannya, aromanya. Dia menyukai semua hal tentang Valerie dan dia yakin bisa menghabiskan sepanjang waktu bersama gadis itu.“Ada apa?” Emrys menatap wajah Valerie yang terlihat gugup setelah dia selesai melakukan panggil
Read more

Kebohongan Besar

“Le-Leukimia? Maksudnya...”Dokter tersebut mengangguk, lalu melepas kaca mata yang menggantung di hidungnya. “Sebenarnya, Nyonya Lissa sudah mengetahui tentang penyakitnya ini sekitar lima bulan lalu. Namun dia menunda, bukan, lebih tepatnya menolak semua pengobatan yang Saya tawarkan. Dia bilang dia tidak ingin membebani anak perempuan satu-satunya yang baru saja menikah waktu itu.”Otak Valerie semakin kacau, berputar bagai pusaran tornado yang menyapu semua hal yang ada di sekitarnya.“Nyonya Lissa juga mengatakan jika dia hanya ingin bertemu suami dan anaknya lebih cepat. Jadi, Saya tidak punya pilihan lain selain mengabulkan permintaannya.”“Mom...”Namun, nama itu tersangkut di tenggorokan Valerie. Tidak ada suara yang sanggup keluar dari mulutnya. Tenggorokannya tersekat, seolah seutas tali mengikatnya dengat kuat dan erat. Valerie menunduk, tidak sanggup membayangkan apa yang baru saja didengarnya. Kenapa?Kenapa saat seperti ini dia baru tahu jika Lissa juga memperhatikanny
Read more

Bangun Dan Jawab Aku

Keesokan harinya menjelang sore, Valerie baru bisa menemui Lissa di ruang perawatan. Betapa kagetnya Valerie ketika dia nyaris tidak mengenali Lissa lagi. Tubuhnya ringkih dan ceking hingga nyaris hanya menyisakan tulang. Tulang wajahnya terlihat menonjol dengan jelas, dalam sekejap mata perawakan Lissa mendadak seperti wanita lanjut usia.“Mom,” ujar Valerie pelan. Dia meraih pergelangan tangan Lissa lalu menaruhnya di atas tangannya. Dengan lembut Valerie mengelus tangan itu sembari menatap wajah Lissa yang belum menunjukkan tanda-tanda jika dia akan bangun. “Mom, maafkan aku.”“Kenapa menyembunyikan hal sebesar ini dariku, Mom? Kenapa tidak langsung memberitahuku lima bulan lalu? Kenapa menunggu hingga separah ini baru aku mengetahuinya? Mom, kamu membuatku menjadi anak yang tidak tahu terimakasih.” isaknya pelan.Valerie meletakkan kembali tangan Lissa, memasukkannya ke dalam selimut. Hatinya benar-benar sakit memikirkan kemungkinan terburuk yang mungkin akan terjadi. Dan melihat
Read more

Kamu Juga Memiliki Puteri Di Sini

“Sudah makan?”Emrys melepas long coat hitamnya dan meletakkannya di sofa. Dia mendekati Valerie yang berjaga sejak kemarin di rumah sakit, mencium kepala gadis itu lembut lalu mengelus punggungnya. Valerie hanya menggeleng. Dia menatap Emrys sendu. Matanya bengkak dan merah karena dia terus menangis.“Mom akan baik-baik saja,” Emrys tersenyum, membawa Valerie ke dalam pelukannya. Valerie tidak menyahut. Dalam pelukan Emrys, matanya terus tertuju pada Lissa, menunggu siapa tahu jika Lissa tiba-tiba membuka matanya. “Ky sudah menunggumu di parkiran,” ujar Emrys tiba-tiba.Valerie menegakkan tubuhnya, melepas diri dari pelukan Emrys. “Menungguku? Untuk apa?”“Malam ini aku yang akan menjaga Mom. Kamu kembali dan istirahat dengan baik, besok pagi kamu boleh kembali ke sini.”“Tapi Emrys..”“Jangan membantah Valerie. Aku tidak ingin kamu sakit karena kelelahan. Lagipula Mom belum sadar, kamu juga tidak terlalu perlu berada di sini. Ada perawat yang memantau keadaannya selama dua puluh e
Read more

Semua Ini Pura-Pura?

Pagi-pagi sekali Valerie langsung pergi meninggalkan rumah walau tadi malam dia dan Isabelle sudah berjanji akan ke rumah sakit bersama-sama. Tapi begitu Emrys mengabarinya jika Lissa sudah sadar, dia mendadak lupa dengan Isabelle. Pusat perhatian Valerie hanya Lissa seorang. Dan dia sangat ingin bertemu dengannya –dan bertanya tentang banyak hal.Di rumah sakit, Emrys menyibak tirai yang menutupi jendela. Dia membiarkan cahaya matahari masuk, menaikkan sandaran tempat tidur Lissa hingga ke posisi yang nyaman, lalu menyajikan sarapan yang baru saja diantar oleh perawat ke ruangan Lissa. Lissa sendiri langsung menatap ke luar jendela setelah Emrys membuka tirai, seolah dia hendak terbang ke luar, namun tidak kuasa karena tubuhnya yang tak bertenaga.“Mom, makan dulu.” Emrys menyodorkan sendok dan garpu pada Lissa.“Maksudmu, Valerie mengetahuinya?” gumam Lissa, pandangannya masih tertuju ke luar.Emrys hanya mengangguk. “Panggilan mengenai pingsannya Mom tertuju ke ponselnya. Aku tidak
Read more
PREV
1
...
678910
...
15
DMCA.com Protection Status