Beranda / CEO / Tiga Bayi Sang Mafia / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab Tiga Bayi Sang Mafia: Bab 11 - Bab 20

309 Bab

Bab 11. Jujur

"Kamu temui Daddy sekarang juga, tidak boleh menolak setengah jam dari sekarang kamu sudah ada di rumah," ucap Tuan Rosario Sastrawinata kepada Cakra. "Ta...." Cakra menghentikan ucapannya karena panggilan karena Tuan Rosario berakhir. Cakra hanya bisa diam dia tidak tahu harus apa saat ini. Tuan Rosario kalau sudah memerintah tidak lihat situasi. Tuan Rosario selalu meminta kepadanya cepat dan tidak boleh membantah sama sekali. Cakra melihat Alena yang masih tidur. Cakra mengirimkan pesan kepada dua anak buahnya yang dia perintahkan untuk mengikuti Alena untuk datang ke rumah sakit dan menjaganya. Cakra menunggu anak buahnya datang. Dia tidak memperdulikan jika dia terlambat datang untuk bertemu Tuan Rosario Daddynya. Anak buah Cakra Bejo dan Bule yang mendapat pesan untuk ke rumah sakit segera pergi. Rumah Alena sudah ditutup oleh keduanya. Mereka pun pergi menemui Cakra di rumah sakit. "Jo, kita ke rumah sakit untuk mengawasi wanita bos Cakra ya?" tanya Bule yang duduk di bonc
Baca selengkapnya

Bab 12. Anak Nakal

Tuan Rosario mendengar apa yang dikatakan oleh Cakra membolakan matanya dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh anaknya itu. "Aku tidak pernah berbohong, itu kesalahan semalam. Aku tidak bisa menahannya. Aku melepaskan masa lajangku bersama dia, lagipula tidak ada salahnya, dia juga masih perawan jadi pas," jawab Cakra sekenaknya hingga membuat Tuan Rosario kesal kepadanya dan melemparkan buku ke arah Cakra. Bughhh! Cakra yang tidak bisa mengelak dengan lemparan dari Tuan Rosario harus pasrah. Kepalanya mengenai kening dan membuat keningnya sedikit tergores dan mengeluarkan darah. Cakra mengusap keningnya dan melihat di ujung jarinya ada sedikit darah. Hal yang wajar jika daddynya seperti itu. Tuan Rosario menahan amarahnya, nafasnya naik turun melihat anaknya yang menurutnya sangat kurang ajar. Dulu waktu mendiang istrinya masih hidup dia sangat menghargai dan menyayangi istrinya itu tapi anaknya ini malah berbanding terbalik dengan dirinya. "Anak nakal, anak tidak tah
Baca selengkapnya

Bab 13. Batal

Kedua orang tua wanita tersebut memandang ke arah anaknya yang sudah rapi dan berdiri depan mereka dengan senyum mengembang dan mengatakan jika dirinya sudah siap bertemu dengan pria yang akan menikahi dirinya. "Kamu ngomong apa? Coba katakan kepada kami berdua?" tanya pria paruh baya bernama Mansyur. "Daddy, kenapa mengatakan itu. Kamu ngomong apa. Ya ngomong kalau aku itu mau ke rumah pria yang menjadi calonku nanti. Apa Daddy lupa, aku kembali ke Indonesia karena apa? Karena perjodohan dengan Cakra. Apa Daddy lupa dengan apa yang Daddy katakan ke aku, atau Daddy sengaja tidak mau menikahi aku dengan dia, anak teman Daddy itu?" tanya wanita seksi yang bernama Della. Iya tapi, kamu tidak boleh seperti itu dandannya. Yang sopan dan kalau kamu seperti ini, kamu akan buat dia malu dan dia akan batalkan perjodohan ini, ganti pakaian kamu. Dan akan temui dia kalau kita sudah dihubungi oleh Tuan Rosario," ucap Tuan Mansyur kepada anaknya. Della yang mendengar perkataan dari Tuan Mansy
Baca selengkapnya

Bab 14. Pelan-pelan Saja

"Minumnya, pelan-pelan saja, jangan terburu-buru," ucap Cakra dengan suara berat dan nafas yang terasa hangat menerpa wajah Alena. Alena menutup matanya entah kenapa dirinya merasakan kenyamanan saat didekat Cakra. Apalagi parfum yang dia cium sama dengan parfum yang ada dibaju Cakra waktu itu. Cakra yang melihatnya menarik sudut bibirnya. Tanpa basa basi Cakra segera memeluk Alena dalam dekapannya. Mendapatkan pelukkan dari Cakra membuat Alena merasa tenang dan Alena balik membalas pelukkan Cakra. "Bos, ada kabar da...." Arvin yang tiba-tiba masuk terkejut melihat bos Cakra sedang memeluk Alena. Dia seketika berbalik agar tidak melihat pemandangan yang membuat dirinya merasa rendah diri karena sebagai kaun jomblo pasti pemandangan yang dia lihat tadi sangat membuatnya iri. Cakra mendengar suara Arvin langsung melepaskan pelukkannya dan berdehem kecil. Mendengar deheman dari Cakra, Arvin segera berbalik dan menundukkan kepala kepada Cakra. Arvin mendekati Cakra dan membisikkan ses
Baca selengkapnya

Bab 15. Tinggalkan Dia

Cakra hanya bisa diam dan tidak mengatakan apapun dirinya tidak bisa berkata apa-apa dengan apa yang dilakukan anak buahnya itu. Cakra menahan amarahnya karena di depannya ada Alena yang mengatakan dirinya jangan menembaknya. Sejak kapan dia akan menembak mereka dan Cakra pasti menyangka jika ini ulah mereka yang mengatakan kalau dia marah akan menembak mereka. "Pak Cakra maafkan saya. Saya tidak sengaja," jawab Arvin merasa bersalah karena sudah membuat Cakra terluka."Saya juga bos, maafkan saya. Karena saya sudah membuat Anda juga terluka," sahut anak buahnya Bejo yang merasa bersalah karena sudah membuat Cakra terbentur pintu. Cakra hanya menatap tajam ke arah ketiganya dia hanya menganggukkan kepala dan memegang perban di keningnya. Kepalanya masih sedikit berdenyut. Melihat Alena duduk di kursi sebelahnya Cakra segera bergerak untuk bangun dia tidak tega melihat Alena duduk. Alena melihat Cakra bangun dirinya juga ikut bangun dan memegang lengan Cakra. Keduanya saling memanda
Baca selengkapnya

Bab. 16. Tidak Terima

Cakra tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Tuan Rosario dan Tuan Mansyur juga tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh wanita yang akan dinikahi oleh Cakra. "Apa maksudmu mengatakan hal itu, siapa kamu yang berani meminta aku untuk tinggalkan dia, jangan bermimpi kamu," ucap Cakra yang emosi karena perkataan wanita yang ingin dijodohkan olehnya. "Aku calon istrimu, aku dan kamu sudah dijodohkan, jadi jangan melirik orang lain. Aku tidak terima karena aku ini orang yang akan menjadi pasanganmu. Jadi, tidak ada wanita lain yang menjadi pasanganmu!" pekik Della dengan kencang di depan Cakra. Della benar-benar tidak terima dengan pembatalan ini, dia sudah meninggalkan kekasihnya tapi pada kenyataannya dia malah ditolak oleh pria yang dia idamkan. Cakra yang melihat wanita di depannya ini berteriak kencang tepat di depan wajahnya mengepalkan tangannya. Tapi, Cakra tidak peduli dia segera berbalik. Sebelum berbalik dirinya menatap ke arah Daddynya dan juga Tuan Mansyur. "Sudah
Baca selengkapnya

Bab 17. Ayo Ami Geng Cimol

Cakra menganggukkan kepala mengiyakan perkataan Alena, sebenarnya Alena sudah tahu jika orangnya di sini itu artinya sudah pulang. Cakra duduk kembali dan mencoba untuk tidak gugup dia memperlihatkan dirinya tenang di depan Alena. "Apa yang membuatmu terbangun, tidur saja lagi," ujarnya lagi. "Aku tidak tahu tiba-tiba ingin bangun dan aku tiba-tiba lapar, " jawabnya malu-malu. Cakra menyerngitkan keningnya, Alena lapar malam~malam. "Kenapa bisa lapar, apa tadi tidak makan? Apa tidak ada yang memberikanmu makan?" tanya Cakra kembali. "Ada, tapi aku lapar lagi. Entah kenapa aku lapar, aku mau keluar cari makan. Aku mau makan gado-gado, semoga ada yang buka," jawab Alena yang bergerak hendak turun tapi dihalangi oleh Cakra. Cakra menahan tangan Alena untuk tidak turun dan menggelengkan kepala ke arah Alena. "Jangan, aku saja yang beli," ucapnya lagi. Alena tertegun mendengarnya, dia tidak tahu harus apa. Bahagia, senang atau merasa bersalah karena mendengar perkataan dari Cakra yan
Baca selengkapnya

Bab 18. Ngidam

Cakra yang mendengar namanya dipanggil segera berbalik dan melihat siapa yang memanggilnya. Cakra menajamkan penglihatannya dan ternyata sahabat yang meminta dirinya untuk melepaskan masa lajang. Beno sahabat pompong Cakra mendekati sahabatnya itu dan tersenyum ke arah Cakra dia mendengar kalau Cakra tidak jadi melepaskan masa lajang karena wanita tersebut tidak datang. Melihat sahabatnya Beno muncul dengan senyuman yang menyebalkan membuat Cakra kesal dan berdecih. Beno tau jika sahabatnya ini pasti marah kepadanya. Beno menepuk pundak Cakra dan menaikkan alisnya ke atas. "Jangan komentar, pergi sana," ujar Cakra mengusir Beno yang mengejeknya. "Hahaha, bro sabar sebentar jangan marah bro, ingat kamu harus sabar jangan buat semuanya jadi runyam. Kalau ga bisa melakukannya maka lakukan lagi nanti, makanya jangan gila kerja dunk, masih perjaka tingting kan kamu," sindir Beno sambil tertawa memegang perut dan menepuk pundak Cakra. Cakra yang kesal menepis pundaknya Beno dia tidak
Baca selengkapnya

Bab 19. Bocah Kosong

"Gila kamu itu, jangan buat masalah. Kalau mau bertemu dia ya sudah, dasar playboy," ejek Cakra. Beno tertawa geli mendengar apa yang dikatakan oleh Cakra dia tidak menyangka jika sahabatnya ini percaya jika dia menemui dua wanita di rumah sakit tersebut dan satu profesi. Melihat, Beno tertawa membuat Cakra menunjukkan wajah masamnya. Dia tidak menyangka jika dipermainkan lagi oleh Beno. Dari kecil selalu di jahili oleh Beno. "Bro, jangan serius kali jadi orang. Lebih baik kamu itu pikirkan masalah yang terjadi. Oh ya, kalau aku boleh tanya, masalah itu bagaimana?" tanya Beno. Cakra mendekati meja kasir dan tidak memperdulikan pertanyaan dari Beno. Dia fokus dengan pesanan Alena. "Gado~gado satu, tunggu dulu satu apa dua? Oh gado~gado du ...." Cakra menghentikan ucapannya karena mendengar ada suara dari belakang. Beno juga ikut menoleh dan melihat siapa yang memotonh pembicaraan Cakra. Saat melihatnya, Cakra lagi~lagi harus menghela nafas, bocah kosong datang. Siapa lagi kalau b
Baca selengkapnya

Bab 20. Maaf

Cakra tidak mengatakan apapun, dia tidak bisa berhenti dari dunia yang sudah lama dia geluti, baginya menjadi mafia itu sangat menyenangkan dan ada hal yang tidak dia dapatkan di dunia nyata dalam artian dunia bisnis. "Tidak bisa ya? Kalau tidak bisa, kamu harus jaga dia, jangan sampai mereka terluka karenamu. Aku tidak menakutimu, tapi aku menasehatimu untuk menjadi pria yang tangguh menjaga mereka. Apa kamu mencintai dia atau tidak?" tanya Beno. Cakra masih diam, dia tidak tahu apakah yang dia rasakan ini cinta atau hanya rasa kasihan saja karena dirinya sudah merebut sesuatu yang berharga dari Alena. Beno masih belum mendapatkan jawaban lagi dari Cakra. Beno menghela nafas, sahabatnya ini terkenal irit bicara tapi jika sudah dalam mode cerewet maka kepala mereka akan pusing mendengarkannya. Akhirnya Beno menyerah untuk menanyakan kepada Cakra. Percuma pikirnya toh, Cakra tidak akan menjawabnya sia~sia pikirnya. "Satu pesanku, jika kamu merasa nyaman maka jangan lepaskan dan ji
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
31
DMCA.com Protection Status