Cakra menganggukkan kepala mengiyakan perkataan Alena, sebenarnya Alena sudah tahu jika orangnya di sini itu artinya sudah pulang. Cakra duduk kembali dan mencoba untuk tidak gugup dia memperlihatkan dirinya tenang di depan Alena. "Apa yang membuatmu terbangun, tidur saja lagi," ujarnya lagi. "Aku tidak tahu tiba-tiba ingin bangun dan aku tiba-tiba lapar, " jawabnya malu-malu. Cakra menyerngitkan keningnya, Alena lapar malam~malam. "Kenapa bisa lapar, apa tadi tidak makan? Apa tidak ada yang memberikanmu makan?" tanya Cakra kembali. "Ada, tapi aku lapar lagi. Entah kenapa aku lapar, aku mau keluar cari makan. Aku mau makan gado-gado, semoga ada yang buka," jawab Alena yang bergerak hendak turun tapi dihalangi oleh Cakra. Cakra menahan tangan Alena untuk tidak turun dan menggelengkan kepala ke arah Alena. "Jangan, aku saja yang beli," ucapnya lagi. Alena tertegun mendengarnya, dia tidak tahu harus apa. Bahagia, senang atau merasa bersalah karena mendengar perkataan dari Cakra yan
Cakra yang mendengar namanya dipanggil segera berbalik dan melihat siapa yang memanggilnya. Cakra menajamkan penglihatannya dan ternyata sahabat yang meminta dirinya untuk melepaskan masa lajang. Beno sahabat pompong Cakra mendekati sahabatnya itu dan tersenyum ke arah Cakra dia mendengar kalau Cakra tidak jadi melepaskan masa lajang karena wanita tersebut tidak datang. Melihat sahabatnya Beno muncul dengan senyuman yang menyebalkan membuat Cakra kesal dan berdecih. Beno tau jika sahabatnya ini pasti marah kepadanya. Beno menepuk pundak Cakra dan menaikkan alisnya ke atas. "Jangan komentar, pergi sana," ujar Cakra mengusir Beno yang mengejeknya. "Hahaha, bro sabar sebentar jangan marah bro, ingat kamu harus sabar jangan buat semuanya jadi runyam. Kalau ga bisa melakukannya maka lakukan lagi nanti, makanya jangan gila kerja dunk, masih perjaka tingting kan kamu," sindir Beno sambil tertawa memegang perut dan menepuk pundak Cakra. Cakra yang kesal menepis pundaknya Beno dia tidak
"Gila kamu itu, jangan buat masalah. Kalau mau bertemu dia ya sudah, dasar playboy," ejek Cakra. Beno tertawa geli mendengar apa yang dikatakan oleh Cakra dia tidak menyangka jika sahabatnya ini percaya jika dia menemui dua wanita di rumah sakit tersebut dan satu profesi. Melihat, Beno tertawa membuat Cakra menunjukkan wajah masamnya. Dia tidak menyangka jika dipermainkan lagi oleh Beno. Dari kecil selalu di jahili oleh Beno. "Bro, jangan serius kali jadi orang. Lebih baik kamu itu pikirkan masalah yang terjadi. Oh ya, kalau aku boleh tanya, masalah itu bagaimana?" tanya Beno. Cakra mendekati meja kasir dan tidak memperdulikan pertanyaan dari Beno. Dia fokus dengan pesanan Alena. "Gado~gado satu, tunggu dulu satu apa dua? Oh gado~gado du ...." Cakra menghentikan ucapannya karena mendengar ada suara dari belakang. Beno juga ikut menoleh dan melihat siapa yang memotonh pembicaraan Cakra. Saat melihatnya, Cakra lagi~lagi harus menghela nafas, bocah kosong datang. Siapa lagi kalau b
Cakra tidak mengatakan apapun, dia tidak bisa berhenti dari dunia yang sudah lama dia geluti, baginya menjadi mafia itu sangat menyenangkan dan ada hal yang tidak dia dapatkan di dunia nyata dalam artian dunia bisnis. "Tidak bisa ya? Kalau tidak bisa, kamu harus jaga dia, jangan sampai mereka terluka karenamu. Aku tidak menakutimu, tapi aku menasehatimu untuk menjadi pria yang tangguh menjaga mereka. Apa kamu mencintai dia atau tidak?" tanya Beno. Cakra masih diam, dia tidak tahu apakah yang dia rasakan ini cinta atau hanya rasa kasihan saja karena dirinya sudah merebut sesuatu yang berharga dari Alena. Beno masih belum mendapatkan jawaban lagi dari Cakra. Beno menghela nafas, sahabatnya ini terkenal irit bicara tapi jika sudah dalam mode cerewet maka kepala mereka akan pusing mendengarkannya. Akhirnya Beno menyerah untuk menanyakan kepada Cakra. Percuma pikirnya toh, Cakra tidak akan menjawabnya sia~sia pikirnya. "Satu pesanku, jika kamu merasa nyaman maka jangan lepaskan dan ji
Cakra memandang ke arah sahabatnya, dia tidak tahu harus berkata apa, mungkin saat ini dirinya terlihat bodoh dimata teman-temannya yang memandangnya karena Alena mengatakan dia bodyguard. "Nona cantik, dia bukan bodyguard. Dia itu calon suami, kamu ga mau kah dengan dia? Kalau tidak mau ya sudah denganku saja, bagaimana mau tidak?" tanya Beno sambil mengedipkan mata ke arah Alena yang saat ini tersipu malu. Cakra yang melihatnya, segera melempar Beno dengan jasnya tapi beruntung Beno bisa menangkapnya. Beno, Malik dan Pasha tertawa geli karena Cakra emosi melihat mereka termasuk Beno yang menggodanya. Cakra memandang ke arah Alena yang masih menatapnya. "Jangan menatapku seperti itu, aku tidak suka ditatap seperti itu."Cakra meminta Alena untuk tidak menatap dirinya karena dia tidak mau sahabatnya itu makin menggodanya. Alena mendengar apa yang Cakra katakan segera menundukkan kepala. Cakra menghela nafas saat melihat Alena mulai dalam mode yang seperti ini. "Kalian pulang, be
"Kenapa kamu tidak mengundangku Cakra? Kenapa kamu tega padaku, setelah pembatalan itu kamu sama sekali tidak anggap aku sama sekali. Oh ya, kenalkan aku Della istri dari Cakra eh calon istri Cakra, kamu pasti wanita yang sudah merebut dia dari aku, apa yang kamu punya? Apa kamu punya perusahaan atau kamu menyerahkan harga diri kamu?" tanya Della. Della menatap ke arah Alena dengan sinis. Dia sebenarnya tidak mau datang tapi dirinya marah saat mengetahui dari mata~mata yang dia sewa untuk membuntuti Cakra dan ternyata dirinya menemukan Cakra di hotel dengan pakaian yang rapi dan sebelahnya ada wanita yang memakai kebaya putih. Della tidak terima dia yang harusnya menikah dengan Cakra bukan wanita ini. Cakra mendengar apa yang dikatakan oleh Della membuat Cakra mengepalkan tangannya. Dia tidak suka jika orang lain mengatakan hal itu padanya. "Harga diri seperti apa hmmm? Bukannya kamu yang ga ada harga dirinya muncul di depan orang yang tidak memilihmu," jawab Cakra tegas. Della m
Cakra yang melihat sahabat menepuk kening menyerngitkan kening. Ada apa dengan mereka. Tapi, dia tidak peduli, Cara terus menikmati pesta pernikahannya. Arvin dan tiga sahabat Cakra sudah tidak peduli padanya. Mereka menikmati pesta pernikahan sang Mafia. Mereka menari melupakan jika ada yang membenci mereka berdua. Dari kejauhan, seorang wanita menyamar sebagai pelayan. Dirinya menatap tajam ke arah kedua pengantin yang tersenyum kecil membuat wajah wanita tersebut menakutkan."Kalian boleh tersenyum dan bahagia, tapi nanti aku akan buat kalian merasakan apa yang aku rasakan. Tidak akan aku biarkan kalian bahagia di atas penderitaanku," ucap wanita tersebut yang tidak lain Della. Della keluar dari gedung, dia meletakkan nampan dan keluar dari ballroom. Della berjalan menuju parkiran. Dia menahan rasa sakit karena ditolak oleh Cakra. Pria yang dia incar menikah dengan wanita lain dia ingin sekali membalaskan dendam ke wanita yang menikahi Cakra. "Apa yang kamu, Nona manis? Apa kam
Della dan Minahashiro benar-benar menghabiskan malam berdua mereka terus melakukan malam indah nan panas berdua. Berbeda dengan Cakra dan Alena. Selesai dari acara keduanya berjalan menuju kamar pengantin yang sudah disiapkan oleh pihak hotel. "Mulai sekarang jangan panggil saya, Pak. Saya suami kamu, mengerti!" tegas Cakra meminta kepada Alena untuk tidak memanggilnya Pak. Alena menganggukkan kepala menandakan dia mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Cakra. Cakra melirik Alena yang menjawabnya hanya dengan anggukkan kepala dia tidak mengerti kenapa Alena takut padanya. Alena masih memikirkan apa yang akan dia panggil kepada bosnya ini. 'Apa yang harus aku panggil nantinya, Mas, abang, apa..." Alena tersentak karena Cakra mengatakan sesuatu. "Panggil sayang saja, tidak masalah buatmu bukan? Dan satu lagi, bisa tidak kamu tidak bersikap seperti ini, aku suamimu lakukan yang menurutmu benar, aku tidak suka kamu diam saja, bisa tidak?" tanya Cakra kembali karena meminta Alena unt
Sejak meninggalnya Alena membuat Cakra lebih banyak menghabiskan waktu ke pemakaman Alena dan dia hampir setiap hari ke sana membawakan bunga kesukaan Alena, perusahaan sudah diserahkannya semua kepada ketiga anaknya Kenzo, Kenzi dan Kiano. Mereka benar-benar menumpahkan semua rasa sayang mereka kepada Cakra dan mereka juga mengurus perusahaan yang diserahkan kepada mereka seluruhnya. Cakra sudah tidak lagi memikirkan perusahaan setiap hari dia selalu pulang pergi ke rumah dan pemakaman. Hari berlalu dengan cepat. Cakra sudah lebih menua. Tuan Rosario dan ibu Fatimah juga sudah pergi meninggalkan mereka keduanya yang sudah sepuh dan mereka mengikuti Alena. Ibu Fatimah dimakamkan di sebelah Alena. Sedangkan Tuan Rosario dimakamkan di samping istrinya. Saat ini, hari-hari Cakra hanya bisa bermain dengan 3 cucu kembarnya yang semuanya laki-laki anak dari Kenzi sedangkan Kenzo memiliki tiga kembar dan semuanya laki-laki juga sedangkan Kiano dua laki-laki dan 1 wanita dan saat ini cucu C
Cakra mendekati Ibu Fatimah, dia memeluk ibunya Alena dengan cukup erat. Wajah Ibu Fatimah itu mirip dengan Alena jadi dia merasa kalau Alena ada di dalam diri Ibu Fatimah. "Ibu sudah jangan menangis, Alena sudah pergi, dia tidak sakit lagi. Dia sekarang bahagia di sana bersama Mommyku. Ibu masih punya aku dan si kembar. Lagipula, cicit Ibu juga akan lahir. Aku harap Ibu bisa menjaga mereka menggantikan Alena ya, aku mohon jangan menangis. Kita harus ikhlas, Ibu," ucap Cakra yang membuat Ibu Fatimah terisak di pelukkan Cakra dan tentu saja itu membuat Cakra ikut menangis. Para menantu Alena memeluk nenek mereka, Ibu dari mertua mereka. Mika yang dekat dengan Ibu Fatimah menghapus air mata Ibu Fatimah. "Nenek cantik, jangan sedih ya, aku akan sedih jika nenek cantik sedih, Mommy akan sedih jika nenek cantik sedih, kita harus kuat dan selalu doakan Mommy ya, Nenek cantik," ujar Mika mencoba menenangkan Ibu dari mertuanya tersebut. Ibu Fatimah yang dipeluk oleh cucu menantunya menang
Tepat hari ini, Cakra menghadapi cobaan yang luar biasa, dia harus merasakan sakit yang teramat dalam. Wanita kesayangannya pergi dalam pelukkannya. "Katanya kamu nggak akan pergi, kenapa pergi juga, kenapa tinggalkan aku. Bukannya kita akan menua bersama, kamu kenapa berbohong kepadaku?" tanya Cakra yang masih memeluk Alena dan dia tidak mau membawa Alena pergi dari tempat tersebut. Kenzi, Kenzo, Kiano tidak tahan melihat separuh jiwa daddynya pergi dan belahan jiwa mereka pergi. Kiano menangis histeris dan tubuhnya bergetar saat ini. "Mommy, kenapa tega meninggalkan aku. Apa salah Mommyku Tuhan, aku tidak mau Mommyku pergi, kembalikan dia. Kembalikan dia aku mohon, kembalikan dia, Mommy kembali, jangan tinggalkan aku!" tangis Kiano membuat mereka semuanya menangis melihat keluarga Cakra mendapatkan cobaan yang cukup besar. "Bawa Ibu Fatimah ke mobil, sadarkan dia ya, tolong bantu dia kuat," ucap Tuan Rosario meminta kepada Hana dan Hani untuk membangunkan bibi mereka. "Baik, P
"Baiklah, Dokter. Saya permisi dulu. Saya harap semuanya akan lancar dan tidak ada kanker yang menyebar di seluruh tubuh istri saya, tapi rambut istri saya sudah gugur. Apakah itu berpengaruh karena sakitnya?" tanya Cakra yang akhirnya mengatakan kalau rambut Alena gugur.Mendengar pertanyaan dari Cakra, Dokter tersebut menganggukkan kepala. "Iya benar, itu adalah efeknya dan juga efek kemoterapi yang waktu itu tapi Anda jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja, semoga istri Anda bisa kuat dan dia bisa dioperasi dan juga kankernya tidak menyebar ke seluruh tubuhnya," jawab Dokter. Mendengar perkataan dari Dokter, Cakra menganggukkan kepala, itulah yang dia harapkan Alena sembuh. Apapun akan dia lakukan untuk sembuh. "Ya sudah, Dokter, terima kasih. Saya pergi dulu, saya ingin bertemu dengan istri saya," jawab Cakra yang dianggukan oleh dokter. Keduanya bersalaman dan tersenyum. Cakra keluar dari ruangan Dokter. Tubuhnya lemas kakinya bergetar dia merasakan ada sesuatu yang hi
Tuan Rosario tidak tau pasti dengan jawabannya. "Apakah Anda yakin besan?" tanya Ibu Fatimah."Aku tidak yakin dan tidak tahu kapan anak perempuanku itu akan bangun karena saat ini dia sepertinya masih enggan untuk melihat kita, dia masih betah dengan dunianya yang di alam mimpi. Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, aku sudah melarangnya untuk tidak tertidur. Saat itu, tapi nyatanya dia tidur juga. Apakah aku bisa melarangnya jika anakku ingin tidur?" tanya Tuan Rosario yang akhirnya menumpahkan semua rasa kesedihannya dengan air matanya. Dia yang kuat dan dia yang menasehati semuanya untuk tidak menangis. Tapi, saat melihat anak perempuannya tidak juga bangun membuat dirinya sedih terlebih lagi sejak Alena muncul dalam kehidupan anaknya Cakra. Cakra sudah berubah menjadi pria yang dia inginkan dan sekarang jika Alena tidak ada, apakah Cakra akan kembali ke mode yang dulu. Luna dan ketiga sahabat Cakra juga dua sahabat Alena serta dua sepupu masing-masing memeluk suami mereka. Merr
Setiap hari Cakra terus membuat obrolan yang kalau orang mendengar pasti akan membosankan tapi tidak dengan Cakra, dia terus mengatakan semuanya hingga Cakra perlahan putus asa karena setiap hari obrolannya tidak direspon malah Alena semakin menutup matanya. "Sayang, Kiano ingin menikah, dia ingin kamu menyaksikannya. Apakah kamu tidak kasihan dengan Kiano. Dia menunggumu, Sayang, bangunlah aku ingin melihat kamu menyaksikan, anak semata wayangmu itu mau menikah. Ayo bangunlah, tidak maukah kamu melihatnya. Dia sangat membutuhkanmu, Sayang. Dia menunggumu, bangunlah, sudah sebulan lebih kamu tidak bangun dan kamu juga tidak meresponku, aku tidak masalah kamu tidak meresponku tapi mereka yang di luar menunggu kamu. Ibu, Dadddy, sahabatmu, sepupumu keponakanmu dan juga menantu serta anakmu. Dan aku menunggumu, bangunlah. Tidak maukah kamu bangun, Sayang. Apakah sesulit itu untuk membuka matamu, apa yang dokter berikan kepadamu sehingga kamu menutup mata, coba katakan biar aku menghabis
"Sakit?" tanya Alex yang menatap ke arah Nilam. "Iya, sakit. Apakah kamu sakit?" tanyanya kembali. Menurutmu, apakah aku sakit setelah semua yang terjadi kepadaku, Nilam? Aku sakit karena baru tahu selama ini Ibuku menderita, dia terlihat bahagia tapi nyatanya dia malah sedih apakah pantas jika aku tidak mengatakan aku sakit?" tanya Alex.Nilam menggelengkan kepala, dia tahu kalau saat ini pasti Alex sangat sakit dan dia juga mengerti kalau saat ini Alex merasakan sakit yang teramat dalam, kehilangan orang yang dicintai yang dia sayangi sedari dulu dan orang itu meninggal di tangannya. "Jika kamu sakit maka datangi dia, minta maaf lah kepadanya seperti apapun ibumu, dia tetaplah ibumu, dia tahu kamu tidak akan mau melakukan itu dan aku yakin dia pasti sudah memaafkanmu. Jauh sebelum kamu meminta maaf karena kamu tahu seorang ibu memaafkan anaknya walaupun anaknya sudah melakukan kesalahan sebesar apapun itu, dia pasti memaafkannya," ucap Nilam.Alex yang mendengar perkataan dari Ni
Orang yang membuat Alex kesal siapa lagi kalau bukan Kahfi. Kahfi datang menemui Alex dan dia bersama sepupunya untuk menjenguk Alex dan tentu saja itu membuat Alex kesal, bukan tidak suka jika mereka menjenguknya tapi dia menyindirnya bukankah itu menyebalkan? Ya, sangat menyebalkan. "Mau apa, kamu ke sini, hahh? Berani-beraninya kamu ke sini, pergi sana. Aku tidak membutuhkanmu," usir Alex kepada Kahfi. Namun, Kahfi tidak peduli dia masuk bersama dengan yang lainnya.Mereka duduk dan meletakkan buah-buahan yang sudah mereka bawa. "jangan terlalu perasaan, ingat semua sudah berakhi, lebih baik kamu tenang dan jangan memikirkan siapapun. Oh, ya bagaimana kondisimu. Apa sudah baikan?" tanya Mike kepada Alex. "Menurutmu, apakah aku sudah baik-baik saja? Jawabannya tentu tidak. Lihatlah, aku masih terbaring di sini. Kalian mau apa ke tempatku dan kalian bawa apa untukku? Hanya buah-buahan, ya? Aku tidak butuh buah-buahan yang aku butuhkan nuklir, mana dia serahkan cepat," jawab Alex ya
Alex mendengar suara Nilam yang terdengar khawatir ada perasaan hangat di hatinya karena saat ini ada yang mengkhawatirkan dirinya."Sudah jangan nangis aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja kamu bisa datang ke rumah sakit ya minta sopir ke sini dan satu lagi bisa tidak kamu masakin aku makanan karena aku sangat menginginkan makanan darimu, makanan di sini tidak enak," pinta Alex yang bertingkah seperti anak kecil dan dia merengek kepada Nilam untuk membawakannya makanan.Nilam yang saat ini tengah mendengar rengekan dari Alex hanya tersenyum dia pun mengiyakan apa yang diminta oleh Alex. Keduanya saling bercanda satu sama lain sedangkan Rian saat ini tengah mengurus pemakaman dari Maria, dia menunggu di ruang kamar mayat karena saat ini pihak rumah sakit sedang memandikan Maria.Rian pun harus bolak-balik ke kamar mayat dan ke kasit untuk membayar semua administrasi yang dibutuhkan termasuk biaya pemakaman dan yang lainnya. Rian sudah mencari pemakaman yang benar-benar terbaik untuk