Beranda / CEO / Tiga Bayi Sang Mafia / Bab 41 - Bab 50

Semua Bab Tiga Bayi Sang Mafia: Bab 41 - Bab 50

309 Bab

Bab 41. Dia Istriku

Wanita yang melihat Pasha jalan bersama dengan Inez mengejar Pasha. Dia adalah wanita yang tidak lain mantan kekasih Pasha. Keduanya putus karena Pasha mengetahui wanita itu selingkuh. Pasha paling tidak suka jika ada wanita yang suka selingkuh sejak saat itu Pasha dijuluki playboy. Wanita tersebut bernama Dina. Dia berlari dan saat dekat dengan Pasha dia segera menarik lengan Pasha. Pasha yang lengannya ditarik segera menepisnya dan menoleh ke arah wanita tersebut dan tatapan Pasha terlihat dingin. Dina tersenyum ke arah Pasha. "Sayang, kamu sedang apa di sini. Bukannya kamu katakan kerja ya, ini kenapa kamu ada di mall dan sama dia lagi? Apa dia babu kamu?" tanya Dina sambil melipat tangannya di dada dan memandang rendah ke arah Inez. "Dia istriku, ayo kita pergi sekarang," jawab Pasha yang segera menarik tangan Inez untuk pergi dan meninggalkan Dina dengan raut wajah yang masam. "Awas kamu, aku akan membalas apa yang kamu lakukan padaku," ucapnya. Di rumah sakit, Alena bersi
Baca selengkapnya

Bab 42. Bayi Besar

Sesampainya di rumah Cakra mengeluarkan satu persatu bayinya. Kedatangan Cakra, Alena dan rombongan disambut oleh Tuan Rosario yang saat ini menunggu mereka di rumah. Para pelayan membawa barang-barang majikannya, suasana di rumah semakin ramai dengan kedatangan si kembar. "Cucu opa sudah datang. Duh, lucu sekali kalian ini. Cakra, Daddy mau bawa mereka jalan-jalan. Kamu jangan marah dan melarang Daddy untuk membawa mereka karena mereka adalah cucu Daddy, mengerti," ucap Tuan Rosario yang mengatakan jika dia akan membawa si kembar untuk jalan-jalan. "Ya ampun, Om mereka masih kecil jalan saja belum bisa kenapa Om meminta ayahnya untuk mengizinkan Om membawa dia jalan-jalan, aneh banget Opa si kembar ini," sahut Beno. Tuan Rosario membolakan matanya, mendengar apa yang dikatakan oleh Beno. Tuan Rosario mengetuk kepala Beno hingga sahabat Cakra meringis karena diketuk oleh Tuan Rosario. Beno datang ke rumah Cakra karena dia ingin membawa sepupu Alena untuk bertemu keluarganya dan me
Baca selengkapnya

Bab 43. Lutu Na

Alena perlahan memandikan Cakra suami manjanya. Karena dia sebisa mungkin melayani Cakra. Dia tidak mau jika suaminya ini mencari wanita lain karena dia tidak diperhatikan olehnya. Alena pernah mendengar kalau suami dilayani walaupun kita habis melahirkan, layani tipis-tipis saja dan sekarang dia pun melayani Cakra seperti yang dia dengar. "Sayangku, cintaku, manjaku, mengkekku, kamu tau tidak, aku pria yang paling beruntung karena sudah menikah denganmu. Tapi, aku minta maaf karena sudah membuat kamu kehilangan kesucian sebelum menikah, hingga kamu hamil si kembar," ucap Cakra. Cakra mulai mengingat bagaimana dulu dia merebut kesucian Alena karena dirinya meminum obat perangsang. Tapi, semuanya dibayar dengan kehadiran si kembar tiga dan istri kesayangannya ini. Alena mendengar apa yang dikatakan oleh Cakra tersenyum, dia juga tidak menyalahkan Cakra karena balik lagi, saat itu Cakra dalam keadaan tidak sadar dan dirinya terpengaruh jadi mau di apakan lagi. Balik lagi, Cakra pria
Baca selengkapnya

Bab 44. Nasib Suami Takut Istri

Cakra duduk di sebelah sahabatnya yang menahan tawa melihat Cakra yang cemong. Cakra mendengus kesal ketiga sahabatnya ini bukannya membelanya malah takut. Terlebih lagi asisten dan Daddnya yang saat ini meliriknya."Ngapain lo ke sini?" tanya Cakra kepada Pasha yang saat ini sibuk dengan ponselnya. Pasha yang tengah sibuk dengan ponselnya tidak menghiraukan apa yang ditanya oleh Cakra dan dia juga tertawa sendiri. Cakra, Beno, Malik dan Tuan Rosario saling memandang satu sama lain, mereka heran kenapa bisa Pasha ketawa sendiri saat melihat ponsel. Beno mendekati tubuhnya ke Cakra dan berbisik. Alena yang melihatnya memicingkan mata ke arah mereka berdua. Saat ini Alena tengah melihat barang yang dibeli oleh sepupunya itu untuk lamaran. Barang yang dibeli Arvin dan Beno mewah juga berkelas. Alena senang karena sepupunya bisa mendapat semuanya. Walaupun baru kenal tapi keseriusan pria tersebut membuat Alena terharu. "Lo curiga ga sama dia, gue rasa dia sedang WA dengan wanita club.
Baca selengkapnya

Bab 45. Dia Temanmu, Sayang

Cakra mendengar apa yang dikatakan oleh si penelepon. Wajahnya berubah menjadi tegang dan dirinya terlihat seperti orang yang ingin menghabisi atau melenyapkan musuhnya. "Kenapa dengan dia? Apa ada yang menyerang markasnya lagi? Apa mereka tidak takut jika singa sudah mengaum maka akan buat mereka lenyap?" tanya Beno di telinga Malik. Malik mengangkat bahunya, dia juga tidak habis pikir kenapa suka mengusik sahabatnya ini. Wajar diusik karena dia ketua mafia sebagian ada yang tidak suka padanya itu hal wajar menurutnya. Sahabat Cakra duduk sambil melirik ke arah Cakra yang tidak bicara sama sekali hanya diam dan wajahnya datar. Tuan Rosario sedikit curiga tapi dia tidak bertanya, karena selama ini dia tidak tau anaknya seorang mafia. "Maaf semua, tadi temanku telpon katanya mau menikah, dia telpon Arvin tapi ga dijawab," ucap Cakra yang sudah mengakhiri panggilannya. Arvin mendengar apa yang bosnya katakan hanya diam, karena dia tau siapa yang dimaksud bosnya ini. Dia pasti anak
Baca selengkapnya

Bab 46. Kerja Salon I

"Luna, kamu kenalin ini suamiku. Kamu ga datang waktu itu jadi belum kenalan. Yuk kenalan, ga kenal maka ga sayang," ucap Alena menunjukkan ke arah Cakra yang menatap tajam ke arah Luna. Cakra masih menunggu jawaban yang terpotong tadi. Dia tidak ada niat untuk berkenalan tanda ga sayang itu. Bukan termasuk dilist pertemanan Cakra. Masa bodo orang beranggapan dia jahat atau kejam. Luna si pria setengah wanita itu mendekati Cakra. Ya Luna yang nama aslinya Lukman mengulurkan tangannya. Cakra memandang tajam ke arah teman Alena. Melihat tidak ada respon dari Cakra membuat Alena geram. Dia menyikut suaminya hingga suaminya tersentak dan menoleh ke arahnya. "Apa, Sayang?" tanya Cakra dengan gigi yang dirapatkan. Alena menunjukkan lirikkan matanya ke arah tangan Luna. Cakra ikut melirik dan pasrah dia akhirnya mengulurkan tangannya ke arah Luna jika tidak maka Nyonya besar akan mengusir dia dari kamar. "Cakra, itu Beno, Malik, Pasha dan itu Daddyku. Salaman juga sama mereka karena ka
Baca selengkapnya

Bab 47. Kerjasama

Beno melirik ke arah Luna dan sahabatnya yang lain. Luna tidak peduli dia masih melihat kukunya yang dicat berwarna pink dan ada gambar barbie. "Hei, you, dengar sini, i mau kasih keuntungan buat you. Apa you mau mendengarkan apa yang i katakan?" tanya Beno yang membuat Cakra menyerngitkan keningnya mendengar apa yang dikatakan oleh Beno. Luna menghentikan sejenak melihat kukunya dan dia memandang ke arah Beno yang mengatakan keuntungan. Luna mencondongkan tubuhnya ke arah Beno. Beno menaikkan alisnya ke atas, dia tau kalau pria di depannya ini penasaran. Luna menunggu Beno mengatakannya begitu juga dengan Cakra, Malik dan Pasha yang menatap ke arah Beno. "You, mau katakan apa? Penawaran seperti apa?" tanya Luna kembali. "Penawaran yang berbentuk kerja sama. Cakra akan membayarnya bagaimana, suka tidak?" tanya Beno dengan mengangkat kedua alisnya. Cakra mendengar jika dia akan membayar si Luna dan ada kata kerja sama mulai protes. "Ak .... " Cakra menghentikan ucapannya karena
Baca selengkapnya

Bab. 48. Suami Kepo

Keesokan harinya, Cakra dan Alena sudah bangun mereka sedang memakaikan pakaian untuk si kembar, kerjasama yang apik untuk keduanya. Alena bagian memandikan dan Cakra memakai pakaian walaupun ada drama antara Cakra dan si kembar yang nomor dua. "Hei, boy, sudah cukup dramamu itu, Daddy ini sudah keringatan karena ulahmu, kenapa kamu ini selalu membuat Daddy emosi. Apa kamu mau Daddy ini terkena stroke, hmm?" tanya Cakra yang masih belum berhasil memakaikan baju ke si kembar. Sedangkan abang si kembar nomor dua tidak seperti dirinya. Anteng dan menurut tidak banyak drama. Berbeda dengan yang satu ini, membuat dirinya harus tegang urat leher. "Uuu!" si kembar nomor dua menatap ke arah Cakra tanpa rasa bersalah. Dia terus menggerakkan tangannya dan sekali-kali tangannya dipukul ke arah wajah Cakra. Cakra menahan dirinya untuk bersabar dia tidak mungkin marah atau mencubit si kembar bisa ditendang dia jauh dari sini. Cakra terus menurunkan emosinya agar tidak menjentil kuping si kemba
Baca selengkapnya

Bab 49. Iya Di Situ

Alena, Cakra, Luna juga ibu Aminah serta dua sepupu Alena makan dengan lahap, tidak ada yang bicara sama sekali hanya suara dentingan yang terdengar. Selesai makan, Cakra bersiap akan pergi ke kantor. Arvin sudah datang dan menunggu di luar. Hana yang melihat Arvin datang tersenyum sedangkan Arvin hanya menatap calon istrinya dengan senyuman kecil itu tidak terlihat. "You mau nikah dengan balik es, kalau i ga mau, lihat senyum aja ga, sama mereka. I heran dengan you pada, suka dengan pria balok es, ga tau kapan cairnya. Mungkin di ranjang kali, ya," sindir Luna yang menatap ke arah Cakra dan juga Arvin. Kedua pria tersebut hanya memandang Luna dengan datar tanpa sedikitpun tersenyum. Entah kenapa mereka ingin mengarungi sahabat Alena yang satu ini. "Hei you, ayo ikut kita. Bukannya mau kerja?" tanya Beno yang tiba-tiba datang menyapa Luna tidak lupa dia menghampiri Hani yang saat ini berdiri dan tersenyum ke arah calonnya itu. Beno mendekati Hani dan menatapnya penuh cinta. Beno
Baca selengkapnya

Bab 50. Bucit Akut Lo

"Gue ikut saja yang penting semua senang dan tidak ada masalah. Gue ga jamin jika si pinky boy ini kena hajar dan ditembak, karena gue bisa kasih saran pakai anti peluru, jika tidak ingin lo menjadi tamu malaikat maut," jawab Cakra setuju dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya. "You aja yang jadi tamu malaikat maut, jangan I, menyebalkan sekali, sejak kapan I jadi tamu malaikat maut, ogah I. Jadi, kapan nih I bisa bekerja. I tau siapa orangnya yang jadi ular, kalau you pada penasaran cari yang bertato gambar ikan dan buaya di lengannya," ucap Luna mengatakan ciri dari orang yang memata-matai klan Cakra. "Baik, kita pergi sekarang, Cakra lo ikut kita?" tanya Beno. "Gue, kerja lo pada ga kerja, mau jatuh miskin lo pada?" tanya Cakra kepada sahabatnya yang semangat untuk menangkap mata-mata tersebut. Pasha menepuk keningnya dan baru ingat kalau ada meeting. Dia segera berdiri dan meninggalkan ruangan tersebut. Begitu juga dengan Malik, tinggal Beno dan Luna. Keduanya saling meliri
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
31
DMCA.com Protection Status