Home / Urban / Kekasih OB-Ku Ternyata Kaya Raya / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Kekasih OB-Ku Ternyata Kaya Raya: Chapter 71 - Chapter 80

550 Chapters

71 Tindakan harus Diambil

"Peter...," kata Miriam Wong lagi."Iya, Nyonya Besar?" tanya Peter."Bagaimana dengan pacarnya Tuan Muda mu? apa dia ada disana saat peristiwa yang menimpa Tuan Muda mu terjadi?""Tidak Nyonya Besar. saat kejadian terjadi, Tuan Muda tidak sedang bersama pacarnya. bahkan, aku baru saja akan menelpon pacar Tuan Muda itu.""Jangan menelpon nya.""Tapi, Tuan Muda terluka Nyonya Besar, aku harus memberi tahu pacar nya---""Dengar kata-kata ku baik-baik. JANGAN MENELPONNYA!!! biarkan dia merasakan kesedihan kehilangan seseorang yang dia cintai. karena dialah anakku harus mengalami nasib seperti itu, karena itu, kalau dia memang mencintai anakku, dia pasti akan bersedih dan biarkan dia bersedih. aku akan membawa anakku pulang ke Hongkong dan melarang anakku bertemu dia lagi. jadi, kamu jangan pernah memberi tahu dia. mengerti?!!" potong Miriam dengan suara terdengar marah bahkan kadang-kadang dia meneriaki Peter sehingga Peter ketakutan dan hanya bisa menundukkan kepalanya."Aku berjanji Ny
Read more

72 Pembalasan dan Pencegahan

Wilson langsung menuju ke arah lokasi yang dikirimkan Melvin si Otak di handphone nya. dengan memakai motornya, dia segera melaju di jalan raya dan berakhir di sebuah perumahan kecil yang tidak memiliki pos satpam di gerbang perumahan.Wilson pun memarkir motornya dan turun di sebuah rumah, sesudah itu, dia mulai memperhatikan keadaan beberapa rumah di sekitar situ. pandangan matanya tertuju ke arah sebuah rumah, karena dia melihat jenis mobil yang sama dengan mobil yang dibawa Ardy dan kawan-kawan saat berusaha menculik Vania beberapa waktu yang lalu, karena itu, Wilson segera masuk ke dalam rumah yang ada mobil itu dan mulai mendekati sebuah jendela yang terbuka. semakin dekat dengan jendela itu, Wilson semakin mendengar ada suara-suara orang di balik jendela yang terbuka itu.Ardy yang kakinya sempat ditendang sampai patah oleh Davin, baru saja habis diurut oleh seorang ahli tulang. si bapak ahli tulang pun pamit dan berjanji akan datang lagi keesokan harinya. setelah bapak ahli tu
Read more

73 Davin Disogok?

"Bram," sapa Vania saat melihat Bram menuju pintu keluar kantor."Eh...Vania," sapa balik Bram sambil mengangkat tangan nya dan berjalan melewati Bram. Bram yang memang tidak dekat dengan Vania, mengira Vania cuma menyapa biasa saja. Bram bermaksud terus ke luar karena ada janjian dengan pacar pertama nya."Aku ingin tanya soal Davin. kamu tahu gak?" tanya Vania sambil menjajari langkah cepat Bram yang berusaha meninggalkan nya karena takut Lenny keburu keluar kantor."Davin? oh iya. kemana dia? kok dia gak balik-balik. tadi minta ijinnya sejam paling lama dua jam, tapi dia gak balik-balik, dasar tuh anak," kesal Bram sambil terus berjalan keluar kantor."Emang tadi dia minta ijin nya mau kemana?""Dia pergi sekitar jam setengah sebelas, katanya sih, mau ketemu calon mertua. itu katanya ke gue tapi dia gak balik-balik, kemana tuh anak? huh," kata Bram sambil menuju ke motor nya yang dia parkir di depan kantor. "Ayahku?" tanya Vania."Ya iyalah. siapa lagi. Davin itu tipe cowok setia.
Read more

74 Mencari Keberadaan Davin

Besok paginya, Vania sengaja datang lebih awal ke kantor nya, begitu tiba di kantor nya, Vania langsung mencari Davin tapi, Davin tidak ada. Vania menunggu di dekat ruangan Cleaning Service sambil berusaha menelpon Davin tapi semuanya sia-sia, handphone Davin masih tidak bisa dihubungi, hingga Vania harus masuk ke ruangan nya.Saat jam istirahat, Vania kembali berusaha mencari keberadaan Davin, untuk itu, Vania mengajak Lenny bersama nya ke ruangan nya Bram. dengan posisi Bram saat ini di bagian umum yang juga membawahi Cleaning Service, Vania yakin kalau Bram bisa membantu nya soal Davin."Dia tidak masuk hari ini. dia tidak datang ke kantor dan tidak ada pemberitahuan sama sekali," kata Bram sesaat setelah Vania bertanya tentang Davin."Huh! kemana sih dia? aku takut terjadi sesuatu kepada nya," keluh Vania sementara Lenny dengan santainya langsung duduk di samping Bram."Sebaiknya kamu datang ke kostnya. mungkin dia sakit," kata Bram kepada Vania yang langsung diiyakan oleh Lenny.
Read more

75 Terjadi Banyak Tragedi

"Kalau gitu, berarti gak ada kak yang kakak cari disini," kata Murni sambil membuka-buka buku besar di depan nya."Namanya siapa, mbak? yang pindah ke Hongkong itu," tanya Rani penasaran. Murni pun langsung memeriksa di layar komputer di samping nya."Gak mungkin, Ran. masak sih Davin dipindah ke Hongkong. itu kan gak banget," ngotot Vania."Aku pengen tahu aja sih. siapa tahu aku dan pasien itu, bisa jadian, hihihi," canda Rani."Ih... orang lagi sibuk nyari Davin, kamu malah main-main," gerutu Vania."Namanya Russel Wong. Warga Negara Asing asal Hongkong. kayaknya dia dirampok orang, perutnya ditusuk orang. lukanya besar dan dalam, setelah kondisi nya agak stabil, dia langsung dibawa naik helikopter ke bandara, dari bandara, baru diterbangkan dengan jet pribadi ke Hongkong," tutur Murni sambil membaca di layar komputer yang letaknya agak jauh dari Vania dan Rani."Boleh lihat fotonya, gak?" tanya Rani."Boleh. ini ada foto kartu identitas nya," jawab Murni dengan nada bersahabat."I
Read more

76 Davin Tidak Kunjung Ditemukan

"Gini aja pak. dimana jenazah yang memakai baju Cleaning Service, pak?" tanya Vania tidak sabaran kepada petugas di kamar mayat."Oh...itu disana. aku sendiri yang memandikan jenazah nya," kata petugas itu sambil menunjuk ke dalam," tapi, kalian keluarganya kan?" lanjut nya."Iya, pak. kami keluarga nya," timpal Rani sebelum Vania menjawab."Kalau gitu, isi dulu data-data kalian disini. tinggalkan KTP kalian, sesudah itu, barulah kalian bisa melihat jenazahnya. untuk membawa jenazahnya kalian harus mengurus data-data dan biayanya di bagian keuangan ya," kata si petugas kamar mayat."Keluarga nya dari kampung belum datang ya?" tanya Vania."Belum. kalian keluarganya yang pertama datang," jawab si petugas.Vania dan Rani segera mengisi data-data di meja petugas kamar mayat, meninggalkan KTP mereka disana, yang oleh si petugas, langsung disimpan di dalam laci, sesudah itu, si petugas mengantar Vania dan Rani masuk ke dalam ke bagian penyimpanan mayat di ruang jenazah.Sesampainya di depa
Read more

77 Tidak Berdaya

"Tentu saja aku tidak bisa membiarkan mu sendirian menghadapi maut," kata Jacklyn sambil memegang tangan Davin. di belakang Jacklyn, seorang wanita datang dan kini berdiri di samping Jacklyn serta menatap Davin sambil menghapus air matanya."Ma, mama ke Jakarta, ma?" tanya Davin yang kaget dan tidak menyangka saat melihat Miriam Wong, ibu kandungnya telah berada di samping ranjang tempat dia dirawat."Tidak. kamu yang telah pulang ke Hongkong," tandas Miriam Wong."APA? VANIA? DIMANA VANIA? DIMANA?" tanya Davin panik."Siapa Vania?" tanya Jacklyn penasaran."Vania itu calon istri ku," kata Davin sambil bergerak tapi, dia merasa kesakitan luar biasa di perutnya karena gerakan halus yang coba dia lakukan tadi."Kamu belum boleh bergerak. kamu hampir mati, Russel. jangan dulu pikirkan hal yang lain. menurut dokter, luka mu itu sangat dalam dan parah, kalau orang lain yang mengalami nya, sudah pasti mati saking parahnya. kamu juga beruntung karena langsung ditangani dengan baik dan di lan
Read more

78 Memory Lama

"Iya, ma. aku janji. kali ini aku tidak akan mengecewakan mama," tegas Jacklyn sambil menatap Miriam. "Bagus," kata Miriam sambil berlalu meninggalkan Jacklyn yang masih berdiri di depan pintu kamar tempat Davin dirawat itu.Setelah Miriam dan Jacklyn keluar dari kamar nya, Davin merasa sangat kesal dengan kehadiran Jacklyn itu, wanita yang pernah sangat dicintainya tapi juga pernah mengecewakan nya di masa lalu. apalagi saat melihat kedekatan antara Ibunya dan Jacklyn, wanita yang dianggapnya penipu dan matre itu.Sejak berumur belasan tahun, Davin terlalu fokus untuk belajar bisnis di Harvard dan juga belajar ilmu-ilmu beladiri dari perguruan nya, Perguruan Tapak Emas, sehingga, dia melalaikan kehidupan percintaannya. Saat di Amerika, Davin mengalami kesulitan bergaul dengan teman-teman kuliah nya karena mereka semua berumur beberapa tahun diatasnya, sementara Davin sendiri, karena kejeniusannya sudah menjadi mahasiswa terpandai di usia lima belas tahun dengan teman-teman seangkat
Read more

79 Tiada Maaf Bagimu

Saat lampu di dalam apartemen itu menyala, keduanya kaget setengah mati saat melihat ada seseorang yang sedang duduk di depan mereka. mereka lebih kaget lagi saat menyadari kalau yang duduk itu adalah Davin."Russel, sayang....aku eh aku," kata Jacklyn tergagap sambil menghampiri Davin dan berlutut di depan Davin. Jacklyn semakin merasa bersalah saat melihat ada air mata yang turun di pipi Davin."Gak ada yang perlu dijelaskan lagi. aku sudah mengerti semua nya," kata Davin pelan."Tapi ini salah paham. aku bisa jelasin---""GAK ADA LAGI YANG PERLU DI JELASIN," teriak Davin sambil berdiri dan menatap geram ke arah Conrad, sementara tangannya dipegang Jacklyn yang mulai menangis mengiba-iba meminta Davin untuk mendengar penjelasan nya."Russel, i'm sorry. ini tidak seperti dugaan mu---""Sudahlah. gak perlu ada penjelasan. aku juga tidak akan meminta kembali semua uang yang telah kalian tipu dariku," potong Davin, menghentikan kata-kata Conrad. mendengar kata-kata Davin itu, Conrad pun
Read more

80 Masih Tidak Ada Tanda-Tanda

Setelah Dokter Vincent selesai memeriksa tubuh Davin, dia pun pamitan kepada Davin, dua perawat yang bersama dia sejak tadi, mulai membungkukkan tubuhnya untuk pamitan."Tunggu!!!" "Ada apa Tuan Wong?" tanya Dokter Vincent, dua perawat wanita di sampingnya juga ikut menghentikan langkah mereka."Aku ingin dua perawat itu tetap bersama ku di dalam sini. terkadang, tubuhku sakit, karena itu aku membutuhkan mereka selalu berada di dalam sini," kata Davin ngotot. Davin ingin bersama dua perawat itu, agar supaya dia tidak perlu berdua di kamar dengan Jacklyn, wanita pengkhianat yang dibencinya itu."Tapi, Nyonya Wong meminta----""Dokter, yang jadi pasien disini, aku bukan ibuku. yang merasakan sakit itu aku, bukan ibuku. jadi, tolong, dengarkan aku bukan ibuku," potong Davin tegas dengan nada suara meninggi.Dokter Vincent nampak terdiam, dia menatap Davin kemudian melirik sekilas ke arah Jacklyn, hingga akhirnya, dia membolehkan juga dua perawat wanita itu untuk diam di dalam kamar temp
Read more
PREV
1
...
678910
...
55
DMCA.com Protection Status