"Kalau gitu, berarti gak ada kak yang kakak cari disini," kata Murni sambil membuka-buka buku besar di depan nya."Namanya siapa, mbak? yang pindah ke Hongkong itu," tanya Rani penasaran. Murni pun langsung memeriksa di layar komputer di samping nya."Gak mungkin, Ran. masak sih Davin dipindah ke Hongkong. itu kan gak banget," ngotot Vania."Aku pengen tahu aja sih. siapa tahu aku dan pasien itu, bisa jadian, hihihi," canda Rani."Ih... orang lagi sibuk nyari Davin, kamu malah main-main," gerutu Vania."Namanya Russel Wong. Warga Negara Asing asal Hongkong. kayaknya dia dirampok orang, perutnya ditusuk orang. lukanya besar dan dalam, setelah kondisi nya agak stabil, dia langsung dibawa naik helikopter ke bandara, dari bandara, baru diterbangkan dengan jet pribadi ke Hongkong," tutur Murni sambil membaca di layar komputer yang letaknya agak jauh dari Vania dan Rani."Boleh lihat fotonya, gak?" tanya Rani."Boleh. ini ada foto kartu identitas nya," jawab Murni dengan nada bersahabat."I
"Gini aja pak. dimana jenazah yang memakai baju Cleaning Service, pak?" tanya Vania tidak sabaran kepada petugas di kamar mayat."Oh...itu disana. aku sendiri yang memandikan jenazah nya," kata petugas itu sambil menunjuk ke dalam," tapi, kalian keluarganya kan?" lanjut nya."Iya, pak. kami keluarga nya," timpal Rani sebelum Vania menjawab."Kalau gitu, isi dulu data-data kalian disini. tinggalkan KTP kalian, sesudah itu, barulah kalian bisa melihat jenazahnya. untuk membawa jenazahnya kalian harus mengurus data-data dan biayanya di bagian keuangan ya," kata si petugas kamar mayat."Keluarga nya dari kampung belum datang ya?" tanya Vania."Belum. kalian keluarganya yang pertama datang," jawab si petugas.Vania dan Rani segera mengisi data-data di meja petugas kamar mayat, meninggalkan KTP mereka disana, yang oleh si petugas, langsung disimpan di dalam laci, sesudah itu, si petugas mengantar Vania dan Rani masuk ke dalam ke bagian penyimpanan mayat di ruang jenazah.Sesampainya di depa
"Tentu saja aku tidak bisa membiarkan mu sendirian menghadapi maut," kata Jacklyn sambil memegang tangan Davin. di belakang Jacklyn, seorang wanita datang dan kini berdiri di samping Jacklyn serta menatap Davin sambil menghapus air matanya."Ma, mama ke Jakarta, ma?" tanya Davin yang kaget dan tidak menyangka saat melihat Miriam Wong, ibu kandungnya telah berada di samping ranjang tempat dia dirawat."Tidak. kamu yang telah pulang ke Hongkong," tandas Miriam Wong."APA? VANIA? DIMANA VANIA? DIMANA?" tanya Davin panik."Siapa Vania?" tanya Jacklyn penasaran."Vania itu calon istri ku," kata Davin sambil bergerak tapi, dia merasa kesakitan luar biasa di perutnya karena gerakan halus yang coba dia lakukan tadi."Kamu belum boleh bergerak. kamu hampir mati, Russel. jangan dulu pikirkan hal yang lain. menurut dokter, luka mu itu sangat dalam dan parah, kalau orang lain yang mengalami nya, sudah pasti mati saking parahnya. kamu juga beruntung karena langsung ditangani dengan baik dan di lan
"Iya, ma. aku janji. kali ini aku tidak akan mengecewakan mama," tegas Jacklyn sambil menatap Miriam. "Bagus," kata Miriam sambil berlalu meninggalkan Jacklyn yang masih berdiri di depan pintu kamar tempat Davin dirawat itu.Setelah Miriam dan Jacklyn keluar dari kamar nya, Davin merasa sangat kesal dengan kehadiran Jacklyn itu, wanita yang pernah sangat dicintainya tapi juga pernah mengecewakan nya di masa lalu. apalagi saat melihat kedekatan antara Ibunya dan Jacklyn, wanita yang dianggapnya penipu dan matre itu.Sejak berumur belasan tahun, Davin terlalu fokus untuk belajar bisnis di Harvard dan juga belajar ilmu-ilmu beladiri dari perguruan nya, Perguruan Tapak Emas, sehingga, dia melalaikan kehidupan percintaannya. Saat di Amerika, Davin mengalami kesulitan bergaul dengan teman-teman kuliah nya karena mereka semua berumur beberapa tahun diatasnya, sementara Davin sendiri, karena kejeniusannya sudah menjadi mahasiswa terpandai di usia lima belas tahun dengan teman-teman seangkat
Saat lampu di dalam apartemen itu menyala, keduanya kaget setengah mati saat melihat ada seseorang yang sedang duduk di depan mereka. mereka lebih kaget lagi saat menyadari kalau yang duduk itu adalah Davin."Russel, sayang....aku eh aku," kata Jacklyn tergagap sambil menghampiri Davin dan berlutut di depan Davin. Jacklyn semakin merasa bersalah saat melihat ada air mata yang turun di pipi Davin."Gak ada yang perlu dijelaskan lagi. aku sudah mengerti semua nya," kata Davin pelan."Tapi ini salah paham. aku bisa jelasin---""GAK ADA LAGI YANG PERLU DI JELASIN," teriak Davin sambil berdiri dan menatap geram ke arah Conrad, sementara tangannya dipegang Jacklyn yang mulai menangis mengiba-iba meminta Davin untuk mendengar penjelasan nya."Russel, i'm sorry. ini tidak seperti dugaan mu---""Sudahlah. gak perlu ada penjelasan. aku juga tidak akan meminta kembali semua uang yang telah kalian tipu dariku," potong Davin, menghentikan kata-kata Conrad. mendengar kata-kata Davin itu, Conrad pun
Setelah Dokter Vincent selesai memeriksa tubuh Davin, dia pun pamitan kepada Davin, dua perawat yang bersama dia sejak tadi, mulai membungkukkan tubuhnya untuk pamitan."Tunggu!!!" "Ada apa Tuan Wong?" tanya Dokter Vincent, dua perawat wanita di sampingnya juga ikut menghentikan langkah mereka."Aku ingin dua perawat itu tetap bersama ku di dalam sini. terkadang, tubuhku sakit, karena itu aku membutuhkan mereka selalu berada di dalam sini," kata Davin ngotot. Davin ingin bersama dua perawat itu, agar supaya dia tidak perlu berdua di kamar dengan Jacklyn, wanita pengkhianat yang dibencinya itu."Tapi, Nyonya Wong meminta----""Dokter, yang jadi pasien disini, aku bukan ibuku. yang merasakan sakit itu aku, bukan ibuku. jadi, tolong, dengarkan aku bukan ibuku," potong Davin tegas dengan nada suara meninggi.Dokter Vincent nampak terdiam, dia menatap Davin kemudian melirik sekilas ke arah Jacklyn, hingga akhirnya, dia membolehkan juga dua perawat wanita itu untuk diam di dalam kamar temp
Dokter Jamie Tan mengajak Vania masuk ke sebuah ruangan dan mempersilakan Vania duduk di dalam ruangan sejuk itu, sesudah itu, dia pun menutup pintu ruangan nya dan duduk di depan Vania."Gimana, Dokter?" tanya Vania tidak sabaran. Vania sudah siap dengan kata-kata dokter didepan nya ini tentang kondisi ayahnya. "Gini, saya sudah menunggu beberapa hari ini sejak keluarga Vania datang ke rumah sakit ini, akhirnya Vania datang juga," kata Dokter Jamie memulai kata-katanya."Sebenarnya ada apa? apa ada yang tidak beres dengan donor hati ayahku? atau apa ini tentang kondisi ayahku?" tanya Vania akhirnya."Oh, bukan. bukan. sama sekali bukan. semuanya baik-baik aja. gak ada masalah. baik soal donor maupun soal kondisi pasien," jawab Dokter Jamie dengan suara lembut dan wajah ramah."Jadi? ini soal apa?" tanya Vania penasaran."Ini soal kepemilikan rumah sakit ini. beberapa hari yang lalu, rumah sakit ini, telah berpindah tangan dari Golden Peninsula Group menjadi miliknya Dinasti Group as
"Terserah apa katamu. yang penting, keluarga ku tidak berhutang padamu. aku tidak berhutang padamu. kalaupun aku berhutang pada orang, berarti, aku berhutang kepada pihak Dinasti Group asal Hongkong. perusahaan yang sekarang menjadi pemilik rumah sakit ini," tegas Vania sambil menatap Ivan. Ivan langsung duduk terdiam dan mengambil sapu tangan nya untuk menghapus peluh yang tiba-tiba turun di pipi nya, padahal dia sedang berada di ruangan berpendingin udara yang sejuk.Mendengar Ivan terdiam, Sita pun tahu kalau kata-kata Vania tadi adalah suatu kebenaran, karena itu, Sita tidak lagi menyalahkan Vania saat Vania yang sempat berdiri untuk mendebat Ivan, kembali duduk di samping nya.Vartan menatap wajah Ivan, Vartan tidak menyangka kalau ternyata rumah sakit milik keluarga Ivan ini sudah berganti kepemilikan. Ivan memang tidak memberi tahu Vartan soal itu, sehingga Vartan sangat kaget dengan apa yang terjadi ini. Vartan terus menatap Ivan yang duduk di samping nya tapi Ivan menghindar
Saat berada di pesawat menuju ke Hongkong, Davin selalu mendekap tubuh Vania, dia hanya melepaskan tubuh istrinya saat salah satu diantara keduanya pergi ke toilet. Saat makan pun Davin selalu memegang tangan istrinya bahkan menyuapi istrinya."Kenapa ketawa? tanya Davin saat melihat Vania tertawa."Kayaknya kata-kataku tadi sangat mengena di hatimu, sehingga kamu sangat memanjakan aku.""Kamu membuat aku takut, sayang.""Hahaha, padahal walaupun kita cek up kesehatan menyeluruh di tubuhku selama 5 hari berturut-turut pun, tidak akan mendapatkan penyakit apapun, paling cuma ada kolesterol mungkin sedikit darah rendah tapi tidak ada penyakit yang berat," yakin Vania."Lalu kenapa tadi kata-katamu seperti itu?""Karena aku sedih melihat Xiaoyu dan aku sangat bersimpati kepada Xiaoyu, Jadi kalau memang aku tiba-tiba pergi, aku ingin ada Xiaoyu yang mendampingi aku, jadi, aku mengatakan itu bukan karena aku lagi sakit, tapi itu luapan kebanggaanku kepadamu dan juga luapan rasa simpatiku k
Akhirnya, tangisan dari Xiaoyu bahkan memerlukan waktu 2 jam bagi Davin dan Vania untuk bisa menenangkan Xiaomi. Vania yang lembut hatinya itu, malah sempat beberapa kali memberi isyarat kepada Davin agar Davin merubah keputusannya itu dan mau menerima Xiaoyu sebagai istri kedua Davin, tapi Davin tetap tegas kepada keputusannya untuk tidak menerima Xiaoyu menjadi istri keduanya.Walaupun Xiaoyu terus menangisi keputusan Davin itu, tetapi Davin terus mengeraskan hatinya, bagi Davin, Xiaoyu harus menerimanya sekarang walaupun berat, tapi Xiaoyu harus mulai belajar menerima kalau dirinya tidak akan mungkin bisa bersatu dengan Davin walaupun hanya menjadi istri yang kedua.Xiaoyu sempat beberapa kali memanfaatkan kelembutan hati Vania untuk mengetuk pintu hati Davin, karena itu Vania beberapa kali meminta Davin untuk memikirkan ulang keputusannya itu, bahkan Vania sempat ikut-ikutan menangis dengan Xiaoyu saat mendengar cerita Xiaoyu tentang betapa merananya dia sejak kecil menunggu Davin
Davin dan Vania masih terus berpegangan tangan mereka menunggu di depan kamar pemulihan pasca operasi tempat Xiaoyu dirawat setelah operasi, sementara A Hua masih sedang diperiksa di kantor polisi untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu di tempat ini, saat para ninja menyerang.Di sekeliling Davin dan Vania, para pengawal yang masih tersisa duduk mengawal mereka berdua, selain 2 pengawal tersisa Vania, yaitu Silvia dan A Tek, juga ada Wilson dan Melvin yang baru saja bergabung. Bersama mereka, juga ada David dan Eric Ginola yang sebenarnya tugas sehari-hari mereka adalah menjaga perusahaan-perusahaan Davin di Eropa Barat tapi karena mereka sedang liburan di New York maka mereka juga menjadi pengawal dadakan bagi Davin saat ini.Sebelumnya, salah satu dokter sudah keluar dan mengabarkan kalau operasi berjalan sukses tinggal menunggu Xiaoyu pulih dari anestesi yang dia terima saat operasi tadi karena itu Davin dan Vania tinggal menunggu di depan kamar pemulih
Tepat saat samurai di tangan Ninja yang bernama Robby ini akan ditusukkan ke tubuh Silvia yang saat itu sudah pasrah karena dia tidak mampu menghadapi tenaga dari Robby ini, tiba-tiba saja, samurai itu tidak bisa bergerak sama sekali saat jarak tinggal beberapa sentimeter lagi dari tubuh Silvia.Robby sudah berusaha menambah tenaganya tapi semua itu sia-sia, samurai tajam itu tidak bisa tertancap ke tubuh Silvia karena sebuah tangan yang kuat sudah memegang samurai itu dengan tanpa pengaman sama sekali.Setelah itu, tangan yang memegang samurai itu, langsung mendorong tubuh Silvia jauh-jauh ke belakang hingga Silvia melepaskan ikat pinggangnya yang telah mengikat tangan Robby tadi. "Lindungi nyonya mudamu," itulah yang Silvia dengar saat tangan yang menyelamatkan dia tadi, mendorong tubuh Silvia jauh ke belakang.Silvia yang nyawanya hampir saja melayang itu merasa sangat bersyukur dengan kedatangan orang yang mendorong tubuhnya itu karena orang itu, adalah tuan mudanya, Davin, yang
Di tempat lain, A Hua yang saat ini sedang berada di depan kamar operasi tempat Xiaoyu baru saja masuk untuk dioperasi, sudah menyuruh semua anggotanya untuk berjaga-jaga di depan pintu karena A Hua sudah sempat survei ke ruang operasi ini dan satu-satunya pintu masuk untuk ke ruang operasi ini hanya yang berada di belakang A Hua saat ini, sehingga A Hua hanya fokus di depan pintu.Beberapa saat sebelumnya, A Hua juga sudah menyuruh anak buahnya untuk memberi kabar-kabar bohong kepada para pengunjung yang ada di sekitar sini, agar supaya mereka tidak menunggu di sekitar tempat ini supaya tidak ada korban orang tak berdosa yang ikut-ikutan jatuh di tempat ini saat para ninja datang nanti.Tiba-tiba, terdengar suara besi yang diseret di lantai dan berasal dari arah timur dan di saat bersamaan terdengar suara besi yang di ketuk-ketukan di dinding beton dan berasal dari arah utara.A Hua langsung tahu kalau para ninja itu sudah datang dan mereka datang dari dua arah berlawanan, mereka sen
Sementara itu, di depan sana, mobil yang membawa Vania dan para pengawalnya sebenarnya sudah berada di bandara, Tapi terjadi kemacetan parah di depan bandara, hal ini membuat Silvia menjadi cemas, Silvia selalu menengok ke arah belakang karena dia takut mobil yang tadi mengejar-ngejar mobil mereka sudah berhasil keluar dari hadangan drone.Beberapa saat yang lalu, mobil yang mengejar itu, hampir bisa mengejar mobil Silvia ini, untungnya, mobil yang membawa si samurai itu, dihadang dua buah drone yang menurut dugaan Silvia, pasti berasal dari Melvin, karena itu mobil si samurai itu sempat terhenti dan tidak mengejar lagi ke arah mobilnya Silvia dan kawan-kawannya.Silvia sempat lega melihat hal itu, karena untuk sementara, mereka bisa melepaskan diri dari mobil itu, mobil di mana samurai itu berada.Tapi saat ini keadaan kembali memprihatinkan dan menegangkan, saat mobil yang ditumpangi oleh Sylvia ini harus mengalami kemacetan yang parah. Silvia tidak khawatir akan keselamatan dirinya
"Orang itu memiliki gerakan yang sangat cepat dan dia bisa menangkis peluru dengan samurainya, dia sangat hebat, dia bukan orang sembarangan, bahkan nampaknya, dia cuma bisa ditandingi oleh Tuan Muda," kata Silvia sambil menatap ngeri ke arah belakang.Vania yang mendengar kata-kata Silvia ini ikut-ikutan menjadi ngeri."Percepat mobilnya, kita masih dikejar, nampaknya dia sudah menghabisi orang-orang kita yang tersisa dan nampaknya dia memakai mobil ke-4 kita untuk mengejar kita," kata Silvia kepada pengemudi mobil."Iya, Silvia," kata pengemudi mobil yang langsung memacu mobilnya menuju ke arah bandara.Sylvia terus menatap ke arah belakang, dia terus menatap ngeri ke arah belakang karena di belakang sana ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dan melakukan beberapa kali zig-zag yang bahkan kerapkali menyenggol mobil-mobil yang berada di samping kiri dan kanannya.**Sementara itu, di belakang sana, Davin baru saja mendapatkan telepon dari Melvin," Iya, ada apa, Melvin
Davin mengerutkan alisnya dia tidak menyangka kalau dalam waktu sesingkat ini, dia harus mendapatkan ancaman baru. Ancaman baru bernama Robby, ancaman baru yang berasal dari keturunannya Howard Livingstone.Davin segera teringat kepada Vania. Davin sangat khawatir akan Vania," bagaimana dengan Vania? hubungi Silvia ceritakan tentang ancaman baru ini.""Iya, tuan muda," kata A Hua yang langsung menghubungi Silvia."Tapi, Davin tidak puas hanya menyuruh A Hua, kemudian, dia sendiri yang putuskan untuk mengambil handphonenya dan menelepon Vania, karena kalau Robby itu sudah berhasil melakukan teror dengan membunuh 3 orang anak buahnya Melvin, itu berarti Robby itu memang memiliki kemampuan, karena itu Davin mulai mengkhawatirkan keselamatan Vania."Halo, sayang," sapa suara lembut Vania di ujung telepon."Kamu di mana? Kamu masih di hotel kan? aku akan segera kesana.""Kami sedang menuju ke bandara," jawab Vania di ujung telepon."Kenapa ke bandara?""Aku putuskan untuk balik ke Hongkong
"Aku sangat senang saat ini," kata Xiaoyu dengan mata berbinar-binar. Dia menatap Davin tanpa berkedip sehingga membuat Davin tidak tega untuk tidak membalas tatapan matanya ini."Aku berjanji, aku akan berusaha mencapai kondisi terbaik untuk operasi berikutnya yang harus aku jalani itu. Aku juga sudah mengundang beberapa dokterku di Shanghai untuk ikut membantu dalam operasiku nanti dan setelah operasi yang aku yakin sekali akan sukses itu, kamu harus melamarku di depan orang tuaku, Oke?" lanjut Xiaoyu sambil menatap mesra ke arah Davin."Ya sudah. Sebaiknya sekarang ini kamu istirahat supaya kamu bisa mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk persiapan operasi nanti. Ayo tidur.""Tapi aku mau tidur bersamamu," pinta Xiaoyu."Lihat! tanganmu itu penuh dengan selang infus, aku belum bisa tidur bersamamu.""Belum bisa? berarti nanti, begitu aku selesai operasi kamu bisa kan tidur denganku?" todong Xiaoyu.Davin tampak tersentak kaget karena kata-katanya tadi ternyata disalahartikan ol