Home / Romansa / Belitan Obsesi Presdir Dingin / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Belitan Obsesi Presdir Dingin : Chapter 101 - Chapter 110

115 Chapters

Bab 101. Ditolak

Melihat suaminya masuk ke dalam kamarnya dan berniat untuk merebahkan tubuhnya di ranjang. Valerie langsung mengambil bantal dan gulingnya. “Mau kemana?” “Aku tidak mau ngomong sama kamu, Max.” Valerie menghentakkan kakinya dengan kesal. “Dan aku juga tidak mau tidur sama kamu,” lanjutnya berniat beranjak dari tempatnya kemudian berlalu ingin keluar kamar. Tapi, Max langsung mencegahnya. “Alasannya apa?” “Kamu masih nanya, Max?!” Valerie mendelik, matanya melotot membuat Max melongo. Semakin usia kehamilannya bertambah Valerie justru semakin galak terhadapnya. “Dasar tidak peka!!” lanjutnya menepis tangan suaminya melanjutkan niatnya keluar kamar meninggalkan Max seorang diri. Dengan membawa satu toples keripik kentang serta satu botol air mineral, ia pun menuju taman belakang rumah tepatnya di sebelah kolam berenang. Duduk di kursi ayunan ia asyik mengemil sesekali menggerutu kesal, karena keinginannya mendapatkan penolakan yang besar dari sang suami. Sungguh teramat membosa
Read more

Bab 102. Harus Buat Kamu Hamil Dulu?

Dan di sinilah akhirnya Valerie dan Max berada. Di depan rumah dengan motor sport yang terparkir di depannya. Demi istrinya Max rela membeli motor baru. Sebenarnya Valerie merasa tidak masalah jika haru meminjam ke Jerry. Tapi, Max tidak mau. ‘Hei, dia anakku. Bisa-bisanya kamu ngidam dia yang nurutin!!' Ucap Max semalam. Makanya pada akhirnya Max jadi beli. Setelah semuanya siap Max sudah berada di atas motor, Valerie dengan susah payah pun ikut naik di belakangnya. Motor pun meluncur. Tapi, Valerie merasa aneh karena motornya jalan seperti siput. “Max kenapa pelan sekali?” protesnya. “Yang penting kan jalan ini biar aman buat anak kita,” sahut Max tenang. “Tidak enak sensasinya, Max. Membosankan! Ayolah yang kencang!!” “Udah diam. Yang penting udah naik!!” Valerie mendengus tidak mengira jika Max bisa bersikap semenyebalkan ini. Ia berharap putranya nanti tidak menuruni sifatnya itu. “Semoga saja putraku tidak mewarisi sifatmu ini." “Lho kenapa? Kan aku ayahnya?”
Read more

Bab 103. Tak Level

“Saya itu bingung, Nyonya. Kenapa Zenata selalu menolak lamaran saya ya?” ujar Jerry dengan heran. Sudah dua kali ia ditolak dengan gadis yang sama. Membuat ia nyaris frustasi apa yang salah darinya.“Emang kamu melamarnya bagaimana?”“Ya langsung saja saya ajak nikah begitu. Dia bilang nikah itu bukan mainan, tidak asal main paksa." Jerry mendengus. “Apanya yang maksa saya kan hanya mengajak menikah. Pas samakan Nyonya dan Tuan Max menikah karena terpaksa saja sekarang terlihat bahagia.”“Terus?”“Dia marah lalu bilang. Ya karena Valerie itu terpaksa menikah dengan Max karena sudah hamil.”Mendengarnya membuat Valerie merasa susah menelan ludahnya. “Terus kamu gimana?"“Ya saya bilang, berarti aku harus menghamili kamu dulu biar kamu mau menikah sama aku, begitu."“Ya ampun Jerry!!” pekik Valerie sangking terkejutnya akan kelakuan asisten suaminya itu. Bisa-bisanya punya pemikiran konyol di luar nalar.“Ada apa ini ada apa?" Max yang baru tiba pun terkejut dan ikut bergabung. Ia ter
Read more

Bab 104. Katakan Saja Jelek!

“Ini ada apa?” Tiba-tiba Max datang menghampiri keduanya. Membuat Valerie menoleh dan pelayan toko itupun menunduk menyapa Max dengan hormat. “Ini lho, Tuan. Kakaknya ini dari tadi cuma mutar-mutar tapi tidak ada satupun yang dibeli. Mana pakai bilang kalau harganya mahal. Saya bilang kalau tidak punya uang kenapa kemari.” Pelayan toko itu menjelaskan sambil memasang wajah kesal. Max menatap istrinya. “Kenapa?” tanyanya tapi Valerie hanya mengedikkan bahunya acuh. “Lihatlah Tuan. Cuma gayanya saja sosialita tas branded, tapi tidak punya uang. Bikin saya capek saja.” Max menarik napas berat, tanpa di sangka ia menarik tangan istrinya kemudian merangkulnya mesra. “Dengarkan aku sayang. Seharusnya kalau ada yang ingin kamu beli langsung kamu ambil saja. Atau kalau memang tidak, kamu jangan mengatakan kalau barang di sini mahal. Bilang saja kalau barang di sini jelek-jelek tidak berkualitas!!” ujar Max membuat pelayan toko itu terkejut. Bagaimana tidak perempuan yang tadi ia hina t
Read more

Bab 105. Misi Penting

Max benar-benar dibuat lelah dan pusing dengan tingkah istrinya. Seandainya diminta memilih, ia lebih baik menghadapi sepuluh kliennya dibandingkan menemani istrinya belanja. Atau justru lebih baik ia diminta membunuh puluhan orang dengan tangannya. Demi apapun ia nyaris kehabisan kesabarannya.Bagaimana tidak selain telah berjam-jam memilih di supermarket. Valerie juga memilih-milih buku begitu lama. Belum lagi saat memasuki outlet pakaian. Istrinya itu belum tentu membelinya, kadang hanya ingin melihatnya saja. Beruntung orang-orang pemilik toko tersebut sangat mengenal dirinya. Sampai di rumah karyawan dibuat melongo dengan isi mobil majikannya. Karena tidak biasanya sang majikan belanja keperluan rumah. “Aku capek banget, Max.” Valerie menjatuhkan tubuhnya di atas sofa. Max mengendurkan dasi kemejanya dan duduk di sisi istrinya. “Pijitin kaki aku dong, Max.” Ah, lihatlah. Bahkan kini Valerie dengan berani memerintah dirinya dengan cara meletakkan kakinya di atas pahanya, bahkan
Read more

Bab 106. Selera Dia Seperti Apa

Jerry baru saja turun dari mobilnya saat tiba di apartemennya. Saat itu kurir yang tadi ia perintahkan untuk mengirimkan bunga pada Zenata datang. Ia terkejut, pasalnya ia sudah mewanti-wanti jika kabar bahagia itu bisa disampaikan lewat telpon. Tapi, kenapa kurir itu datang padanya, tiba-tiba firasatnya menjadi tidak enak.“Kenapa kau kemari kan sudah ku katakan cukup kau kirim pesan atau telpon. Mengganggu saya mau istirahat saja!!” omel Jerry dengan dinginnya.“Tapi ini penting, Tuan. Dan tidak bisa saya sampaikan di telpon ataupun pesan.”Wajah dingin itu tiba-tiba berubah menjadi bersinar. Ia berpikir jika kabar yang akan kurir itu bawa pasti kabar baik. Ia yakin Zenata pasti akan menerima dan tergila-gila padanya. Tentu saja, bagaimana tidak seorang pria langka seperti dirinya itu tiba-tiba punya pemikiran seperti itu, pasti Zenata terkagum-kagum. “Bagaimana? Dia menerimanya kan?”Terlihat wajah kurir itupun meringis, lalu menggeleng. “Tidak, Tuan.”“Apa?! Saya ditolak lagi. Be
Read more

Bab 107. Dante Araujo Anderson

“Buruan, Jerry!!” “Iya, Tuan.”“Kamu itu bisa nyetir apa tidak sih. Istriku sudah kesakitan, dari tadi bawa mobil jalannya seperti keong!!” omel Max. Padahal yang terjadi Jerry sudah membawa mobil itu dengan kecepatan maksimal. Hanya saja Max saja yang berlebihan, menganggap seolah-olah jalan raya itu miliknya. Tahu gitu tadi ia sarankan saja pakai mobil ambulance. Karena hanya dengan mobil ambulance lah yang bisa menyerobot jalan dengan mudah. “Saya sudah membawanya dengan kecepatan maksimal, Tuan.”“Halah bohong buktinya tidak sampai-sampai.” Max bersungut marah. Pakaiannya yang terlihat rapi kini menjadi acak-acakan karena setiap kontraksi itu datang, Valerie akan menarik dirinya entah itu dasinya, jasnya atau bahkan lengannya. Tak terhitung sudah berapa banyak cubitan yang Valerie berikan. Seketika Max merasa sedikit teraniaya. Ah seandainya bukan karena istrinya mau melahirkan buah hatinya, Max pasti akan mengomeli Valerie habis-habisan. “Kau mau..."“Aaa... Diam! Kau berisi
Read more

Bab 108. Like Son Like Mom

Kedatangan Dante telah disambut antusias oleh penghuni rumah. Bahkan semua karyawan rumah Max dengan antusias telah menyiapkan kado untuk bayi mungil itu. “Aku ambil kursi roda dulu,” ujar Max menahan Valerie yang hendak turun dari mobil.“Buat apa?”“Buat kamulah.”Valerie melotot tidak percaya. “Aku bisa jalan.”“Enggak bisa. Aku sudah sediakan kursi roda buat kamu. Kamu kan baru lahirkan.”“Max aku hanya baru melahirkan bukan karena lumpuh. Aku masih bisa berjalan normal, kamu anggap aku lumpuh sampai diminta pakai kursi roda segala!” omel Valerie. “Ckk!! Udah diam. Kamu emang gak lumpuh tapi kan emang masih sakit habis melahirkan. Harusnya kamu itu bangga bukannya marah. Punya suami siaga begini,” sahut Max membuat Valerie memutar bola matanya jengah, lalu menurunkan kakinya berniat mengabaikan peringatan Max. Tapi, yang terjadi tiba-tiba tubuhnya melayang saat suaminya itu menggendongnya begitu saja.“Max. Lepasin..”“Gak!”“Turunkan aku. Aku masih jalan.”“Kamu keras kepala su
Read more

Bab 109. Syarat Zenata Untuk Jerry

Centro Rest Star adalah sebuah restoran bintang lima yang terkenal dengan keindahan dan kelezatan makanannya di kota itu. Zenata pernah sekali masuk kesana, saat ia masih bekerja di catering di mana tempatnya bekerja di sewa khusus di restoran tersebut. Ia masih tidak percaya jika akan kembali memasuki restoran mewah tersebut. Otaknya berpikir merencanakan makanan apa saja yang akan ia nikmati di dalam sana. Tapi, detik berikutnya ia pun menggelengkan kepalanya, mengenyahkan isi pikirannya. Bukankah niatnya masuk hanya menemani Jerry, kenapa ia jadi berpikir ingin ikut makan. Padahal sebelumnya ia sudah terlanjur menolak. Kalau tiba-tiba ia ikut makan, bisa-bisa jadi bahan ejekan Jerry. Sudahkah, lebih baik ia diam setidaknya ia bisa menikmati kemewahan hotel tersebut. Barangkali masih bisa ber-selfie untuk mengabadikan momen tersebut.Kejutan menanti begitu ia tiba di pintu restoran seorang sekuriti memberikan sekuntum bunga mawar putih. Dengan bingung ia pun menerimanya, tapi terny
Read more

Bab 110. Ungkapan Cinta Max

Seharusnya saat ini Valerie tengah menikmati masa-masa indahnya menjadi seorang ibu baru. Tapi, ia merasa aneh karena ASI-nya tidak keluar dengan deras, padahal dokter sudah memberikan vitamin. Hal itu membuat moodnya memburuk, ia sedih merasa menjadi ibu yang buruk bagi sang buah hati. Sore ini tiba-tiba Dante menangis dengan kencang. Ia sudah memberikan ASI padanya, tapi Dante tetap menangis, sepertinya ASI-nya tidak keluar, hingga menimbulkan bayi yang baru berusia lima hari itu kecewa. Dante terus menangis kencang, menggemparkan isi rumah. “Sabar sayang, sebentar. ASI mommy keluarnya belum lancar.” Valerie mencoba kembali menyusuinya, ia meringis merasakan gesekan bibir buah hatinya. Hal itu menimbulkan rasa perih dan sakit. Ia coba menahannya, tapi Dante kembali melepaskan pucuk dadanya dan menangis. Ia mencoba mencari cara agar ASI-nya kembali keluar, tapi tangisan Dante yang terdengar begitu kencang membuat kesabaran Valerie nyaris habis. “Dante, bekerja samalah dengan M
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status