Semua Bab Perjalanan ke Masa Lalu Istri yang Diselingkuhi: Bab 11 - Bab 20

33 Bab

bab 11. niat jahat Adhi

Laras masih mengurung diri di dalam kamar, suasana hatinya campur aduk. Hatinya terasa sakit, bukan hanya karena pertengkarannya dengan sang ibu, tetapi juga karena kenyataan bahwa ibunya lebih percaya pada Adhi, kekasihnya, daripada dirinya sendiri. Dia duduk di tepi ranjang, memandang kosong ke arah jendela kamar yang tertutup. Laras menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri meski hatinya terasa penuh sesak."Laras, makan malam dulu," suara ayahnya terdengar pelan dari balik pintu. Ketukan pintu itu terdengar ragu, seolah sang ayah tak ingin mengganggu, tetapi juga tak tega melihat putrinya berlarut-larut."Iya," sahut Laras singkat.Tak lama, dia melangkah keluar dari kamarnya dengan langkah berat. Saat tiba di meja makan, Laras melihat ibunya sudah duduk, menyendok nasi ke piringnya sendiri. Ekspresi wajah sang ibu tampak dingin, nyaris tak peduli. Laras menahan gejolak emosinya, mencoba bersikap tenang meski amarah masih membara di dadanya.Setelah semua anggota keluarga d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya

bab 12. kekhawatiran Laras

"Duduk," perintah Adhi dengan nada datar sambil menunjuk kursi di depan meja belajarnya. Via menurut tanpa banyak bicara. Dia menarik kursi itu pelan dan duduk dengan gugup. Matanya sesekali melirik ke arah Adhi, yang kini berdiri di dekat ranjangnya, menatapnya dengan tatapan sulit ditebak."Ngapain tumben-tumbenan datang ke rumahku? Ada apa?" tanya Adhi santai, suaranya terdengar ringan, tetapi matanya tajam, menelisik setiap gerak-gerik Via.Via tersenyum kecil, mencoba menyembunyikan rasa gugupnya. "Nggak apa-apa. Cuma pengen lihat kamu aja," jawabnya jujur, suaranya pelan nyaris seperti bisikan.Adhi tersenyum miring. Tanpa peringatan, dia melangkah mendekat. Tangannya bertumpu pada sandaran kursi tempat Via duduk, tubuhnya membungkuk sedikit hingga wajahnya sejajar dengan wajah Via. Dalam sekejap, Adhi melumat lembut bibir Via tanpa aba-aba.Mata Via membelalak kaget, tetapi perlahan-lahan, rasa gugupnya mencair. Dia menutup matanya, membiarkan ciuman itu berlangsung. Ada sesuat
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya

13. alasan Laras

“Ras, kamu kenapa?” tanya Widuri dengan nada khawatir. Ia memperhatikan wajah Laras yang mendadak berubah muram, seolah-olah menahan tangis.Laras tersadar dari lamunannya. Ia menoleh pada Widuri, berusaha menyembunyikan kegundahan yang menghantui pikirannya. Ia tahu tak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya. Bahwa saat ini, dirinya sudah memiliki seorang anak. Itu adalah hal yang tak mungkin ia bagi dengan siapa pun, bahkan kepada sahabatnya sendiri.“Nggak apa-apa,” jawab Laras sambil memaksakan senyum. Namun, matanya tak mampu berbohong.Widuri menatapnya tajam, mencoba membaca isi hati sahabatnya. “Gara-gara Adhi?” tebaknya dengan nada setengah mengejek, meski ada kekhawatiran di dalamnya.Laras langsung mendengus kecil, berusaha menutupi keresahan hatinya. “Aku nggak bakalan nangisin lelaki buaya seperti Adhi,” ujarnya dengan nada penuh penekanan. Tanpa menunggu respons Widuri, Laras berjalan menuju kelas, meninggalkan Widuri yang masih memandanginya dengan bingung.---Tian sed
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya

bab 14. rencana Laras

“Wid, aku udah mutusin sesuatu,” kata Laras sambil menyandarkan sendok di mangkuk yang kini sudah kosong. Sisa kuah soto yang tersisa sedikit ia aduk pelan dengan ujung sendok, wajahnya menunjukkan keseriusan.“Mutusin apa?” tanya Widuri tanpa mengalihkan pandangannya dari bakso yang sedang ia suapkan ke mulut.“Aku bakalan deketin Tian,” jawab Laras mantap, menatap Widuri penuh keyakinan.Widuri yang baru saja menggigit bakso tiba-tiba tersedak. Refleks, ia memuntahkan potongan bakso yang nyaris meluncur ke tenggorokan, membuat Laras meliriknya dengan jijik sekaligus kesal.“Tunggu… apa?” Widuri mengelap mulutnya dengan tisu sambil menatap Laras dengan mata terbelalak. “Deketin Tian? Setelah kamu nolak dia mentah-mentah? Seriusan nih?” tanyanya penuh kaget.Laras mengangguk pelan namun pasti. “Aku udah mutusin. Aku bakalan deketin Tian. Aku tahu aku bisa bikin masa depanku berubah.”Widuri mengerutkan kening, merasa bingung dengan nada serius yang digunakan Laras. “Masa depan? Maksud
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya

15. mulai dari awal

Tian dan Laras akhirnya melangkah keluar dari bus yang mengantarkan mereka sejauh ini. Laras, yang masih setengah mengantuk, mengusap wajahnya dengan punggung tangan. Mereka berdiri di tepi terminal kecil yang ramai dengan suara klakson dan panggilan calo bus. Bau asap knalpot bercampur dengan aroma gorengan dari pedagang kaki lima yang berjejer di pinggir jalan. Tian menoleh ke Laras, yang kini mengerutkan dahi sambil mengatur tas selempangnya.“Kenapa Kakak nggak bangunin aku?” tanya Laras sambil meluruskan rambutnya yang berantakan.“Kamu tidur nyenyak banget,” jawab Tian sambil tersenyum kecil. “Kayaknya nggak tega kalau ngebangunin.”Laras hanya mengangguk pelan, menerima jawaban itu. Tian, tanpa sadar, merogoh saku celananya untuk mengambil uang yang ia lipat kecil-kecil tadi. Namun, sebuah kertas lain terjatuh ke aspal. Laras melirik kertas itu sekilas, yang ternyata sebuah amplop kecil berwarna merah muda. Tian segera membungkuk, mengambilnya, lalu memasukkan surat itu ke dal
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-28
Baca selengkapnya

bab 16. pria manipulatif

Laras melangkah masuk ke dalam rumah Tian, sebuah rumah sederhana dengan dinding bercat kusam dan beberapa furnitur tua yang terlihat sudah bertahun-tahun dipakai. Ia pernah ke sini sebelumnya, waktu Tian habis dipukuli Adhi hingga lebam-lebam. Laras datang saat itu untuk menjenguknya, bersama Widuri, teman dekat mereka di sekolah. Tapi kali ini, rumah itu terasa lebih sunyi. Tidak ada Widuri, tidak ada siapa pun selain dirinya dan Tian.“Ibu Kak Tian di mana?” tanya Laras pelan, mencoba memecah keheningan.“Mungkin masih kerja,” jawab Tian sambil meletakkan tasnya di sofa tua yang sedikit berderit. Ia melangkah ke dapur tanpa berkata banyak, mencari sesuatu untuk disuguhkan kepada Laras.Tak lama kemudian, Tian kembali dengan segelas air putih di tangannya. “Ini, minum aja dulu. Aku mau ganti baju,” katanya sebelum berlalu menuju kamarnya.Laras mengangguk sambil menerima gelas itu. Tapi tangannya sedikit gemetar. Ada sesuatu yang membuatnya gugup berada di sini, meski ia tahu diriny
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-28
Baca selengkapnya

17. fitnah Adhi

Hari itu berjalan seperti biasa sampai Tian tiba-tiba dipanggil ke ruang kepala sekolah.Laras yang baru saja keluar kelas melihat beberapa siswa berbisik-bisik di koridor. Beberapa tatapan aneh mengarah padanya, dan bisikan itu semakin jelas saat ia lewat.“Katanya Tian sama Laras semalam ngelakuin hal nggak bener di rumah Tian…”“Kepala sekolah manggil Tian buat klarifikasi, tapi katanya sih ada tekanan dari seseorang di luar sekolah.”Laras merasakan dadanya menegang. Ia segera bergegas menuju ruang kepala sekolah, tapi sebelum sampai, ponselnya bergetar di saku rok. Sebuah pesan dari nomor tak dikenal masuk:"Kamu pikir Tian bisa selamat dari ini? Lihat aja."Jantung Laras berdegup lebih cepat. Ia tahu betul gaya ancaman seperti ini. Adhi.Dia tidak akan membiarkan hidup Laras tenang. Ia tak tahu mengapa dulu dia melihat Adhi begitu hebat dan keren. Padahal yang sebenarnya Adhi lebih busuk dari yang ia kira. Adhi jahat sejak bahkan sebelum mereka menikah. ---Di Ruang Kepala Seko
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-03
Baca selengkapnya

18. mencari bukti

Laras berdiri di depan sebuah kafe kecil dengan lampu neon redup. Tempat ini terkenal sebagai tongkrongan anak-anak kaya di kota ini—dan tentu saja, Adhi sering ke sini.Dari luar, ia bisa melihat sosok Adhi yang duduk santai di dalam, tertawa bersama beberapa temannya. Tapi matanya langsung terpaku pada seorang perempuan yang duduk di sebelah Adhi, terlalu dekat untuk hanya sekadar teman. Perempuan itu adalah teman kuliah Adhi. Laras pernah melihatnya sebelumnya, tapi malam ini, pemandangan itu terasa berbeda.Tangan Adhi melingkar santai di pinggang perempuan itu, sesekali berbisik di telinganya dengan senyum penuh godaan.Laras merasakan amarah membakar dadanya. Begitu mudahnya Adhi berpura-pura tak bersalah, begitu santainya dia merusak hidup orang lain.Laras menarik napas dalam, memastikan alat perekam suara di dalam sakunya sudah menyala. Di sudut lain, tanpa sepengetahuannya, Widuri bersembunyi di balik semak dengan handycam yang sudah merekam sejak tadi.Dengan langkah mantap
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-03
Baca selengkapnya

bab 19. dukungan dari ibu

Malam itu, di Kamar LarasLaras duduk di sudut kamar, tangannya gemetar saat menekan tombol play pada handycam. Layar kecil menyala, memperlihatkan Adhi yang duduk di sofa dengan lengannya melingkar di pinggang perempuan lain.Wajah Laras tetap datar saat menonton, tapi di dalam dadanya, ada sesuatu yang bergejolak. Kemarahan, kekecewaan, dan perasaan tidak percaya. Dulu, ia pernah melihat Adhi sebagai pria yang dewasa dan bisa diandalkan. Sekarang? Yang ada hanya lelaki manipulatif yang merasa bisa menang dengan cara kotor.Suara dalam rekaman mulai terdengar jelas."Kamu yang menyebarkan fitnah itu, kan?" suara Laras terdengar penuh tuduhan.Di layar, Adhi menyeringai. "Kalau iya, kenapa? Emangnya kamu bisa apa?"Laras mengepalkan tangannya, nyaris menutup rekaman itu sebelum bagian yang paling menyakitkan datang.PLAK!Suara tamparan itu terasa lebih menusuk daripada saat benar-benar mengenainya. Laras melihat bayangannya sendiri dalam rekaman—wajahnya yang terkejut, lalu sorot mat
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-03
Baca selengkapnya

bab 20. skors dicabut

Keheningan masih menyelimuti ruangan kepala sekolah ketika tiba-tiba seorang guru, seorang pria berusia sekitar 40-an dengan kacamata tebal, berdeham dan melangkah maju. Namanya Pak Rahmat, guru matematika yang terkenal tegas tapi adil.“Saya rasa keputusan untuk menskors Tian terlalu tergesa-gesa,” katanya dengan nada mantap. “Sebagai wali kelasnya, saya bisa memastikan bahwa Tian adalah anak yang baik dan berprestasi. Saya mengenalnya sebagai murid yang rajin dan memiliki rekam jejak yang bersih. Tidak ada alasan bagi kita untuk langsung percaya pada tuduhan tanpa bukti yang jelas.”Beberapa guru saling bertukar pandang. Ada yang terlihat tidak setuju, tapi ada juga yang tampaknya mulai mempertimbangkan kata-kata Pak Rahmat.“Bukan hanya itu,” lanjutnya, “saya juga tahu bahwa Tian sering membantu guru-guru di sini. Saya tidak tahu apakah ini ada hubungannya dengan fitnah yang beredar, tapi saya bisa pastikan Tian bukan tipe anak yang suka berbuat seenaknya.”Mata ibu Laras sedikit m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-06
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status