Home / Pernikahan / Istri Dadakan Sahabat Papaku / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Istri Dadakan Sahabat Papaku: Chapter 21 - Chapter 30

60 Chapters

Kekompakan Putri

"Calon suamiku. Mas Brian." Putri menjawab dengan begitu polos sementara Amala kian tersentak."Calon suami?""Nah, itu dia! Mas Brian! Aku di sini!" Putri sukses memekik dan melabai cepat ke arah seorang lelaki yang tersenyum lebar di sana. Dia mengangkat plastik yang dipenuhi oleh buah-buahan bewarna oranye, yaitu jeruk.Amala kian terkejut melihat itu. Sementara Pak Rido terlihat biasa saja karena memang tidak tahu hal tersebut lebih jelas."Nah. Aku sudah beli semua yang kamu minta tadi, Put." Brian. Lelaki itu menyerahkan plastik buat tersebut kepada Putri."Mal, ini untuk Kanaya, ya." Putri menyodorkan kepada Amala kini yang bingung. Pak Rido sendiri terlihat terkejut kini. Dari mana Putri mengenal anaknya itu?"Kok untuk ....""Iya. Kemarin aku sempat tanya sama Kanaya dia suka buah apa. Aku sudah janji mau bawa dia jeruk karena buah kesukaan dia jeruk! Hehe!" Putri tertawa lucu seraya disahuti oleh Brian lelaki itu juga. Amala tidak percaya melihat mereka yang begitu kompak it
last updateLast Updated : 2024-01-18
Read more

Difitnah

"Kenapa Dik Amala tidak mengajak saya?"*Mati adalah hakikat yang pasti terjadi. Ada hal tidak bisa dibicarakan namun siapa yang ditinggal kemudian akan merasakan rindu yang tidak bisa terhimpit dengan hal yang berbau tabu.Amala. Kini diam menyusut diri. Batu nisan yang terpampang di depan mata menjadi awal di mana rasanya ingin menangis dengan begitu keras. Cukup merasa sakit dan rindu namun dia sendiri heran bagaimana demi mewujudkan dan meluapkan rasa tersebut dengan baik.Pak Rido sendiri kini duduk di dekatnya. Tidak ada kata. Selain hanya terus mengibakan doa terhadap sahabat yang telah menjadi orang tuanya juga itu. Ada beberapa hal yang selayaknya menjadi mimpi baginya bahwa sosok yang telah tiada itu sudah menjadi bagian hidupnya meski datang dengan keadaan yang telah berlalu."Mari pulang, Mas." Amala kini bangkit. Sejenak membuat suaminya itu bertanya-tanya. Mereka bahkan baru sebentar di tempat ini namun Amala telah bergelak untuk meminta pergi. Haruskah dia mengiyakan d
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more

Kalimat sakral

"Enggak, Mas. Saya bahkan enggak berbuat apapun.""Bohong! Dia tadi menamparku, Mas!" Rahmi memekik kini.Semua pandangan tertuju pada Amala. Ada hal yang ingin disampaikan oleh Rido namun dia sendiri tidak bisa seketika memihak karena tidak memiliki hal yang bisa dia lakukan.Rido tidak segera berujar. Dia memilih kini untuk segera menarik tangan Amala. Cengkraman cukup kuat. Hingga menyeretnya berjalan cepat memecah kerumunan orang-orang yang mendadak telah berkumpul.Amala jelas tersentak dengan sikap Rido tersebut. Namun dia bahkan tidak bisa berujar apapun selain hanya menyerah. Seorang perempuan yang tidak bisa berteriak hanya mengikuti alur seperti apa yang akan Rido lakukan padanya."Lepasin aku, Mas!" Amala baru menarik lengannya kala mereka telah berada di samping mobil."Apa yang kamu lakukan, Dik? Apa seperti ini? Kamu sengaja ingin mempermalukan saya di sekolah ini?" Amala menatap Rido tidak percaya. Jadi ini adalah ungkapan setelah dia sendiri yang sudah menjadi korban
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more

Sekolah tersebut

"Kalau begitu, ceraikan saya malam ini juga." Amala berujar lirih namun sukses membuat Pak Rido bagai tersambar petir."Apa?""Itu yang saya mau! Lakukan apa yang saya inginkan, kan? Saya mau ceraikan saya malam ini juga!""Non Amala!" Amala mengepal tangannya begitu mendadak seseorang yang tidak lain adalah Mona segera menarik tubuhnya itu menjauh dari Pak Rido. Pak Rido merasa lega melihat Mona datang di waktu yang tepat."Lepasin saya, Mbak!" Amala meronta."Non. Apa yang Non katakan? Non enggak boleh main-main dengan kalimat itu, Non." Mona mencoba untuk menenangkan Amala. Amala kembali terisak kini. Dia tahu itu adalah kalimat yang begitu ditakuti oleh pasangan yang sudah menikah. Namun dia sendiri bahkan tidak peduli hal itu."Pak. Masuk saja ke kamar. Non Amala biar tidur dengan saya." Mona memberi titah pada Pak Rido yang segera diangguk cepat. Dia pun kemudian segera melenggang cepat pergi ke kamar."Mbak. Saya sudah lelah, Mbak." Amala menangis keras dalam pelukan Mona kemu
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more

Perihal Reza

"Mbak. Saya harus batalin ini.""Kenapa, Non?"*Amala mendesah pelan seraya memegang amplop surat itu dengan kuat. Benar. Ada rasa cemas memikul kemudian. Berjalan menyusuri lorong kampus dengan lunglai. Dia berpikir bahwa sudah kehilangan kesempatan untuk membatalkan segera.Lucu memang. Dia sendiri tidak bisa percaya. Begitu banyak sekolah yang ada di kotanya ini namun tempat penelitian dirinya jatuh pada sekolah suaminya itu mengajar dan bahkan banyak orang yang tidak dikenalnya itu di sana pula.Amala sudah berusaha membujuk Bu Lusi untuk membatalkan hal itu namun apa boleh buat. Beliau bahkan tidak bisa melakukan apapun karena hanya mengikuti perintah dari yang lainnya. Mau tidak mau, kini Amala harus menanggung semua risiko yang terjadi.Berdiri di depan gerbang kampus seraya melihat ke segala arah. Amala berharap ada sebuah taksi yang bisa ditumpangi olehnya. Namun sudah beberapa menit berlalu kendaraan itu tidak terlihat satu pun. Amala kadang heran, mengapa tantenya begitu m
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more

Cemas

"Kamu bohong. Matamu sudah menjelaskan semuanya.""Lan. Kamu ini sedang bicara apa, sih? Lagi pula kenapa aku enggak bahagia, kan? Kamu lihat anak perempuan kecil yang digendong Reza kemarin? Dia begitu baik padaku.""Jadi, namanya Reza?"Amala terdiam kini. Bermaksud untuk menceritakan perihal Kanaya pada Adlan, namun Adlan malah terfokus pada sosok Reza. Amala baru sadar sudah salah bicara tepatnya."Apa dia seumuran dengan kita?""Dia bukan anak suamiku, Lan. Kenapa kamu harus terus bertanya mengenai hal itu?""Bukankah itu lebih buruk lagi? Aku malah memilih dia menjadi anak suamimu, saja.""Kenapa?""Kamu tahu apa yang aku maksud."Amala mendesah keras. Adlan sudah terlalu banyak bicara sekarang. Amala sudah berpikir jika menceritakan perihal kampus dengannya namun Adlan terlihat lebih bersemangat untuk memintanya terus informasi akan keluarga suaminya itu."Kalau kamu terus bahas hal itu, aku rasa aku pergi saja, Lan." Amala segera mengambil tasnya."Amal. Enggak. Aku ... Aku en
last updateLast Updated : 2024-01-19
Read more

Spesial

"Dik Amala mencemaskan saya?"Amala. Dia menggigit bibirnya itu lembut. Dia sendiri heran mengapa mendadak khawatir seperti ini?"Saya hanya ingin memastikan keadaan Mas seperti apa. Malam ini Kanaya ada di rumah. Dia terus saja menanyakan keadaan Mas." Amala akhirnya berkata jujur. Lagi pula dia juga hanya ingin meluruskan semua hal yang Kanaya anak sambungnya itu tuturkan sedari tadi."Jadi, Kanaya tidur di rumah Dik Amala?""Iya.""Dia pasti sangat merindukan Dik Amala, bukan? Anak itu memang akan merepotkan sekali sepertinya.""Kok Mas bicara seperti itu? Kanaya sama sekali enggak merepotkan aku kok. Aku malah senang dia tinggal di sini karena aku punya teman untuk bicara.""Dik Amala benar mengatakan hal itu?"Amala terdiam. Ah. Apa lagi ini? Dia sudah salah bicara lagi tepatnya. Aneh saja. Kenapa rasa gengsinya begitu besar terhadap suaminya itu sendiri."Sebaiknya Mas sekarang segera makan dan minum obat.""Baik, Dik.""Kalau begitu, saya tutup sekarang ya.""Tunggu sebentar Di
last updateLast Updated : 2024-01-20
Read more

Tersadar

"Kenapa Mas melakukan ini untuk saya?" tanya Amala kemudian setelah mencium mawar itu berkali-kali. "Maksud Dik Amala?""Iya. Kenapa Mas melakukan ini?"*"Dik Amala adalah istri saya. Saya akan mencoba menjadi suami yang baik dan akan membuat Dik Amala senang telah menjadi bagian hidup dari saya mau pun anak-anak. Saya juga sangat berharap setelah ini Dik Amala mampu menjadi sosok istri dan Ibu yang penyayang terhadap anak-anak saya maupun anak kita nanti."Amala tanpa sadar tersenyum seraya memandangi mawar di tangannya itu. Ada rasa gembira yang menusuk relung hatinya. Tidak tahu mengapa cukup senang saja dengan pemberian dan perhatian Pak Rido padanya hari ini.Beberapa kali dia mencoba untuk lebih baik. Lalu kini Amala berhasil membuat semua masalah yang pernah terjadi seolah sudah mengalir. Amala hanya merasa bahwa dia memang cukup tenang untuk membiasakan dirinya itu.Berdiri di balkon kamar memandangi bulan di sana. Amala tidak ingin menganggu Kanaya dan ayahnya itu yang seda
last updateLast Updated : 2024-01-20
Read more

Pertama ngajar

"Kalau Putri yang ajak, saya enggak bisa buat apa-apa, Mbak." Dia berkata kemudian.*"Semuanya bagus-bagus! Aah!" Amala hanya bisa diam pasrah melihat sikap sahabatnya itu yang terus merengek lucu kala melihat semua gaun yang dikeluarkan untuknya. Dia ingin memakai semua gaun itu tepatnya meskipun tidak mungkin.Sudah ada beberapa pilihan namun Putri bingung akan mengambil yang mana karena banyak yang disukainya itu. Amala sendiri heran mengapa Putri hanya datang sendiri tanpa Brian? Bukankah pengantin akan fiting baju secara bersamaan?"Brian sibuk. Kantornya sedang ada rapat sekarang." Putri berkata seolah tahu apa yang ada dalam benak sahabatnya itu. Amala terkekeh sendiri melihatnya."Mbak. Apa ada gaun lain yang kira-kira lebih cocok untuk tubuh mungil dan imut seperti sahabat saya ini?" tanya Amala pada wanita yang sedang melayani mereka berdua itu. Wanita itu mengangguk hingga berlalu sejenak.Putri hanya terkekeh saja mendengar penuturan Amala tadi. Dia memang memiliki tubuh
last updateLast Updated : 2024-01-21
Read more

Ingin berjumpa Ibu

"Cieee!!" Satu kelas kini riuh. Amala berusaha menahan tawanya itu sementara Pak Rido terlihat kaku dan salah tingkah."Ciee! Bapak ditemani istrinya!""Anak-anak. Sudah ya bercandanya. Sekarang kalian sudah kenal kan sama Ibu Amala? Jadi selama dua bulan ini Bu Amala yang akan mengajar kalian pada pelajaran Bahasa Indonesia. Oke?""Oke, Paak!" Amala hanya tersenyum kepada Pak Rido yang sukses membuat anak-anak begitu patuh. Amala kemudian segera keluar duduk di sana seraya menunggu Pak Rido beberapa menit lagi. Setelah bel istirahat dia yang akan masuk ke kelas dan mulai melakukan hal yang seharusnya dia lakukan. Amala hanya berpikir jika anak-anak itu masih kecil. Tingkatan sekolah dasar tentu tidak akan begitu sulit untuk mengajari mereka.*"Ibu, yang nomor lima tulisannya apa?" Amala segera berbalik badan dan melihat ke belakang ketika mendengar seorang anak yang kini bertanya mengenai tulisannya yang di papan tulis. Amala terkekeh sendiri. Dia tidak biasa menulis di papan se
last updateLast Updated : 2024-01-22
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status