Home / Pernikahan / Istri Dadakan Sahabat Papaku / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Istri Dadakan Sahabat Papaku: Chapter 11 - Chapter 20

60 Chapters

Pak Rido mencuri kesempatan

"Kamu kelihatan enggak seceria dulu lagi. Padahal Amala yang dulu begitu banyak bicara dan tertawa. Kamu polos dan bicara sekenanya kamu tanpa pikir panjang, tapi kamu yang sekarang kelihatan beda saja, Mal. Apa mungkin karena Papamu meninggal? Lalu mau sampai kapan kamu menjadi seperti orang lain?" Amala bergeming. Jadi selama ini Adlan tahu apa yang berbeda darinya? "Amal. Kamu gadis kuat. Kamu harus bisa tersenyum seperti dulu. Kehidupan akan tetap terus berjalan, kan? Kalau kamu selalu sedih, Papa dan Mamamu juga akan sedih di sana. Kamu harus bisa menjadi Amala yang dulu lagi. Kamu enggak sembunyikan apapun dariku, kan, Amal?" "Lan, aku sama sekali ....""Tolong jangan bohong. Aku tahu dari raut wajah kamu saja kamu ini sedang menyembunyikan sesuatu.""Enggak ada yang perlu kamu tahu, Lan. Intinya sekarang aku baik-baik saja, bukan? Kamu enggak perlu cemaskan apapun. Sekarang pulanglah. Nanti Papamu bisa marah kalau kamu terlambat."Mendengar Amala bicara yang begitu lembut it
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more

Pembantu baru

"Ayah!" Keduanya sukses terkejut ketika mendengar suara Habil yang begitu keras dari lantai atas. Kalang kabut tidak jelas dan rasa salah tingkah yang sudah menyatu."Saya ke atas dulu, Dik!" Pak Rido beranjak cepat meninggalkan Amala yang kini terdiam bisu. Apa yang baru saja dia lakukan?*Amala. Gadis itu terlihat sudah pulas tidur di atas sofa sementara tv masih menyala. Pak Rido tersenyum melihat pemandangan indah tersebut. Dia bahkan baru meninggalkan Amala beberapa menit untuk melihat keadaan Habil namun ketika kembali Amala sudah tertidur.Pak Rido lagi-lagi tersenyum saat mengingat sikap Amala tadi padanya. Dia tahu Amala memang tidak ingin menolak apapun yang ingin dia lakukan namun rasa gengsi mengalahkan itu semua.Setelah mematikan tv. Pak Rido berlanjut untuk mengangkat Amala untuk dibawanya masuk ke kamar. Tidur di samping Habil yang sudah terlelap itu Pak Rido lagi-lagi menatap pemandangan yang menurutnya begitu indah. Dia senang anaknya Habil kini menemukan keceriaan
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more

Permintaan maaf

"Saya sudah ingin pisah bukan? Kenapa Bapak masih mempertahankan pernikahan ini?" Amala bertanya dengan suara gemetar.*Melempar pandangannya ke atas langit. Amala sejenak mencoba menenangkan diri dengan melihat taburan bintang di atas sana. Ada hal yang membuat dia tenang sejenak setelah berdebat dengan suaminya tadi.Dia memilih untuk tidak makan malam bersama Pak Rido. Menarik diri menjauh tepatnya. Dia kemudian memilih halaman belakang untuk duduk menepi membiarkan dirinya hanyut dalam ketenangan.Amala tidak tahu jika kini ada Mona yang sedang melihatnya dari jauh. Mona tidak tahu apa yang sedang dialami oleh majikannya itu namun dia hanya sadar jika terjadi pertengkaran tadi antara majikannya itu dengan seorang lelaki yang kini sedang berada di meja makan."Non. Kenapa Non berada di sini? Non enggak ikut makan?" Mona menghampiri cepat berharap Amala tidak akan terkejut dengan kehadirannya itu.Amala menoleh seraya menggeleng pelan. "Saya belum lapar, Mbak.""Non, bukan saya lan
last updateLast Updated : 2024-01-14
Read more

Tertunduk Menangis

"Apa yang Bapak lakukan?" Amala terkejut."Dik Amala masih takut pada saya?" Pak Rido menahan dirinya untuk mendekat kemudian. Amala yang terlihat sangat ketakutan itu membuatnya ragu untuk menghampiri lebih jauh. Amala sejenak terdiam. Merasa tenang ketika melihat Pak Rido yang kini menahan dirinya menjauh. Namun akankah dia berpikir bahwa begitu buruk? Mau sampai kapan dia akan selalu takut didekati oleh suaminya sendiri? "Dik, bolehkah saya meminta sesuatu?" Amala tidak menjawab namun dia kini melihat Pak Rido yang terlihat serius. Apakah ada permintaan yang sangat penting."Jika boleh saya ingin Dik Amala memanggil saya dengan sebutan mas. Apa Dik Amala bisa?""Mas?" Amala sejenak terkejut. Panggilan itu sama persis yang dilakukan oleh wanita yang ditemuinya di pesta pernikahan kemarin. "Iya. Saya ingin selayaknya panggilan suami istri. Bisakah Dik Amala melakukan itu?"Amala hanya mengangguk kemudian. Dia segera tidur kembali membelakangi Pak Rido. Berharap kali ini Pak Rido
last updateLast Updated : 2024-01-14
Read more

Pukulan Reza

"Amala, kenapa kamu nangis?" tanya Adlan dengan terkejut pula.*"Jadi kamu sudah menikah?!"Amala menunduk. Dia tidak kuasa menatap wajah Adlan yang kini melihatnya dengan cukup kaget. Seolah Adlan tertimpa dengan suatu hal yang berat. Bukan mimpi, namun dia benar-benar mendengar penuturan Mona jika Amala sudah menikah.Adlan memijit keningnya sebentar hingga segera menyeruput jus pesanannya itu dengan cepat. Dia masih tidak menyangka dengan apa yang didengarnya ini.Sebuah kafe tepatnya. Kini mereka bertiga duduk memesan minuman namun merenung dalam pikiran masing-masing. Amala yang merasa bersalah. Mona yang cemas karena Amala tidak memberitahu Adlan terkait dirinya dan Adlan, yang bagai mimpi mendengar kabar tersebut."Kenapa kamu menutupi hal ini dariku, Mal? Jadi selama ini firasatku tentang kamu menutupi sesuatu itu benar? Kenapa kamu tega memperlakukan aku seperti ini, Amala?" Adlan bertanya dengan suara lirih kini.Amala masih menunduk. Namun Mona mencoba membelai tangannya i
last updateLast Updated : 2024-01-15
Read more

Perhatian

Bugh!"Reza!" Amala sukses memekik begitu Reza berhasil menghadiahkan sebuah bogem mentah tepat di rahang Adlan. Adlan kesakitan."Kamu ini siapa! Berhenti menganggu Ibu Amala! Paham!" Reza membentak kemudian."Reza, sudah. Bukan apa-apa. Sebaiknya kita segera pergi. Ayo." Amala berhasil mengajak Reza untuk masuk ke mobil menyusul Kanaya yang sudah terkejut itu. Amala sejenak kemudian melihat Adlan yang kini menatapnya dengan pandangan trenyuh.Amala benar-benar tidak tahu harus mengatakan hal apa namun dia hanya berpikir untuk bukan saatnya bicara dengan Adlan sekarang. "Adlan, maafkan aku." Amala berujar lirih hingga segera masuk ke mobil."Amala! Amala tunggu!" Adlan memekik. Dia hanya memandangi mobil itu dengan pandangan nanar sekarang. Ada rasa sakit yang membuncah. Apakah ini yang dinamakan dengan penyesalan tanpa hujung? Dia tahu dia sudah terlambat untuk bisa bertemu dengan Amala lagi.*"Ibu Amala baik-baik saja, kan?" tanya Reza setelah membawakan Amala secangkir teh hang
last updateLast Updated : 2024-01-15
Read more

Sahabatku datang

"Alhamdulillah. Saya tahu Dik Amala adalah orang baik. Dik Amala akan menjadi istri yang baik untuk saya dan anak-anak saya." "Le-lepaskan saya, Mas.""Oh!" Pak Rido tersadar kemudian."Ma-maaf, Dik. Ehem, susunya saya minum sekarang, ya." Pak Rido. Beliau kemudian sukses membuat Amala terkejut saat menghabiskan segelas susu itu dalam sekejap. Amala tidak bisa menahan tawanya melihat kejadian itu hingga Pak Rido kebingungan sendiri."Dik, kenapa malah tertawa?""Enggak apa-apa. Saya ke kamar mandi dulu." Amala segera beranjak masuk ke kamar mandi. Dia tahu sikapnya ini begitu berbeda sekarang. Lalu benar. Wajahnya sudah memerah sempurna. Apa Pak Rido tidak menyadari ada perubahan pada wajahnya itu? Amala tidak menyangka akan semalu ini.Dekapan Pak Rido tadi masih terasa hangat dalam dirinya. Perasaan apa itu sebenarnya? Apa Amala telah berhasil luluh? Keluar dari kamar mandi. Amala kini melihat Pak Rido yang ternyata sudah berbaring bersiap akan tidur. Amala antara kikuk tidak jelas
last updateLast Updated : 2024-01-15
Read more

Benar kata Putri

"Papa sudah meninggal.""Apaa?!" Putri. Untuk ke sekian kalinya kembali tersentak. Lama-lama Putri akan terkena serangan jantung."Om Rahman sudah meninggal. Ya ampun. Kok aku jahat ya enggak tahu Papamu meninggal, Mal." Putri mendadak merasa bersalah kini."Aku senang kamu pulang, Put. Sekarang aku bisa cerita apapun tanpa takut lagi." Amala tersenyum namun mendadak rasanya ingin menangis saja. Putri iba melihat hal itu hingga segera merangkul temannya itu dengan erat. "Kamu pasti sudah lewati masalah yang berat banget ya, Mal. Aku minta maaf, ya. Sekarang kamu bisa cerita apapun sama aku. Aku janji bakal dengar apapun yang mau kamu cerita. Janji!" Putri kian memeluk sahabatnya itu dengan erat. Amala terkekeh pelan sukses dengan air matanya yang ikut jatuh."Tuh, kan. Aku malah nangis." Amala merengek pelan."Jangan nangis dong, Amal. Kamu enggak boleh nangis. Ayo puter badan kamu sekarang!" Putri. Dia sengaja membalikkan tubuh Amala ke arah kamar di mana kini terlihat Kanaya yang s
last updateLast Updated : 2024-01-16
Read more

Takdir

"Kamu tunggu apa lagi? Lagi pula mau tunggu sampai kapan? Sampai kamu jatuh cinta? Hah?"Pertanyaan itu, masih terus bermain dalam benak Amala. Dia kini berada di balkon kamar. Menumpahkan pandangan ke atas langit sana yang dipenuhi oleh rona jingga. Hari sudah semakin sore. Putri sudah pulang ke rumahnya setelah memberikan berbagai kritikan dan nasihat kepada Amala. Amala tahu, jika semua hal yang Putri katakan itu memang benar namun dia sendiri tidak tahu harus berbuat apa. "Assalamualaikum. Dik."Amala sukses terkejut karena sudah larut dalam lamunannya itu ketika mendadak melihat Pak Rido yang ternyata sudah berada di kamar, entah. Amala bahkan tidak melihat Pak Rido masuk."Sedang apa?" tanya Pak Rifo ikut menyusul ke balkon. Beliau terlihat cukup lelah dengan pekerjaannya hari ini. Terlihat dari rona wajah namun bibir itu masih bisa tersenyum dengan baik.Sekolah yang Pak Rido baktikan memang terkenal cukup bergengsi. Selain karena peraturan dan kualitas yang begitu baik, seko
last updateLast Updated : 2024-01-17
Read more

Calon suami Putri

"Dik, bisakah malam ini?" Pak Rido bertanya dengan lirih. Amala malah tersentak."Bi-bisa apa, Maas?""Ayo bangun. Ketika pergi."Amala kembali tersentak. Kenapa mendadak Pak Rido malah menyuruhnya berdiri kini? Mau diajak ke mana? Lalu apa maksudnya bisa? Pikiran Amala kian berkecamuk. Takut."Ehem, Dik Amala sedang berpikir apa?""Eh?" Amala cengengesan yang sontak saja membuat Pak Rido tersenyum simpul. Ada rasa untuk tertawa namun Pak Rido menahan dirinya itu. Amala benar-benar gadis yang begitu lucu. "Bisakah malam ini saya mengajak Dik Amala pergi berkeliling kota? Kita lihat pasar malam. Tidak jauh dari sini.""Oh." Amala mangut-mangut mengerti. Dia pun segera bangkit seraya berusaha menghilangkan wajahnya itu. Benar. Dia yakin kini kedua pipinya telah memerah sempurna.Pak Rido kali ini benar-benar tertawa.Jam kini menunjukkan pukul sembilan malam. Di bawah sinar rembulan dan sedikit angin yang berhembus. Amala dan Pak Rido suaminya itu pergi berjalan beriringan.Ada beberap
last updateLast Updated : 2024-01-18
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status