Share

Benar kata Putri

Penulis: Mita Author
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Papa sudah meninggal."

"Apaa?!" Putri. Untuk ke sekian kalinya kembali tersentak. Lama-lama Putri akan terkena serangan jantung.

"Om Rahman sudah meninggal. Ya ampun. Kok aku jahat ya enggak tahu Papamu meninggal, Mal." Putri mendadak merasa bersalah kini.

"Aku senang kamu pulang, Put. Sekarang aku bisa cerita apapun tanpa takut lagi." Amala tersenyum namun mendadak rasanya ingin menangis saja.

Putri iba melihat hal itu hingga segera merangkul temannya itu dengan erat. "Kamu pasti sudah lewati masalah yang berat banget ya, Mal. Aku minta maaf, ya. Sekarang kamu bisa cerita apapun sama aku. Aku janji bakal dengar apapun yang mau kamu cerita. Janji!" Putri kian memeluk sahabatnya itu dengan erat. Amala terkekeh pelan sukses dengan air matanya yang ikut jatuh.

"Tuh, kan. Aku malah nangis." Amala merengek pelan.

"Jangan nangis dong, Amal. Kamu enggak boleh nangis. Ayo puter badan kamu sekarang!" Putri. Dia sengaja membalikkan tubuh Amala ke arah kamar di mana kini terlihat Kanaya yang s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Takdir

    "Kamu tunggu apa lagi? Lagi pula mau tunggu sampai kapan? Sampai kamu jatuh cinta? Hah?"Pertanyaan itu, masih terus bermain dalam benak Amala. Dia kini berada di balkon kamar. Menumpahkan pandangan ke atas langit sana yang dipenuhi oleh rona jingga. Hari sudah semakin sore. Putri sudah pulang ke rumahnya setelah memberikan berbagai kritikan dan nasihat kepada Amala. Amala tahu, jika semua hal yang Putri katakan itu memang benar namun dia sendiri tidak tahu harus berbuat apa. "Assalamualaikum. Dik."Amala sukses terkejut karena sudah larut dalam lamunannya itu ketika mendadak melihat Pak Rido yang ternyata sudah berada di kamar, entah. Amala bahkan tidak melihat Pak Rido masuk."Sedang apa?" tanya Pak Rifo ikut menyusul ke balkon. Beliau terlihat cukup lelah dengan pekerjaannya hari ini. Terlihat dari rona wajah namun bibir itu masih bisa tersenyum dengan baik.Sekolah yang Pak Rido baktikan memang terkenal cukup bergengsi. Selain karena peraturan dan kualitas yang begitu baik, seko

  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Calon suami Putri

    "Dik, bisakah malam ini?" Pak Rido bertanya dengan lirih. Amala malah tersentak."Bi-bisa apa, Maas?""Ayo bangun. Ketika pergi."Amala kembali tersentak. Kenapa mendadak Pak Rido malah menyuruhnya berdiri kini? Mau diajak ke mana? Lalu apa maksudnya bisa? Pikiran Amala kian berkecamuk. Takut."Ehem, Dik Amala sedang berpikir apa?""Eh?" Amala cengengesan yang sontak saja membuat Pak Rido tersenyum simpul. Ada rasa untuk tertawa namun Pak Rido menahan dirinya itu. Amala benar-benar gadis yang begitu lucu. "Bisakah malam ini saya mengajak Dik Amala pergi berkeliling kota? Kita lihat pasar malam. Tidak jauh dari sini.""Oh." Amala mangut-mangut mengerti. Dia pun segera bangkit seraya berusaha menghilangkan wajahnya itu. Benar. Dia yakin kini kedua pipinya telah memerah sempurna.Pak Rido kali ini benar-benar tertawa.Jam kini menunjukkan pukul sembilan malam. Di bawah sinar rembulan dan sedikit angin yang berhembus. Amala dan Pak Rido suaminya itu pergi berjalan beriringan.Ada beberap

  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Kekompakan Putri

    "Calon suamiku. Mas Brian." Putri menjawab dengan begitu polos sementara Amala kian tersentak."Calon suami?""Nah, itu dia! Mas Brian! Aku di sini!" Putri sukses memekik dan melabai cepat ke arah seorang lelaki yang tersenyum lebar di sana. Dia mengangkat plastik yang dipenuhi oleh buah-buahan bewarna oranye, yaitu jeruk.Amala kian terkejut melihat itu. Sementara Pak Rido terlihat biasa saja karena memang tidak tahu hal tersebut lebih jelas."Nah. Aku sudah beli semua yang kamu minta tadi, Put." Brian. Lelaki itu menyerahkan plastik buat tersebut kepada Putri."Mal, ini untuk Kanaya, ya." Putri menyodorkan kepada Amala kini yang bingung. Pak Rido sendiri terlihat terkejut kini. Dari mana Putri mengenal anaknya itu?"Kok untuk ....""Iya. Kemarin aku sempat tanya sama Kanaya dia suka buah apa. Aku sudah janji mau bawa dia jeruk karena buah kesukaan dia jeruk! Hehe!" Putri tertawa lucu seraya disahuti oleh Brian lelaki itu juga. Amala tidak percaya melihat mereka yang begitu kompak it

  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Difitnah

    "Kenapa Dik Amala tidak mengajak saya?"*Mati adalah hakikat yang pasti terjadi. Ada hal tidak bisa dibicarakan namun siapa yang ditinggal kemudian akan merasakan rindu yang tidak bisa terhimpit dengan hal yang berbau tabu.Amala. Kini diam menyusut diri. Batu nisan yang terpampang di depan mata menjadi awal di mana rasanya ingin menangis dengan begitu keras. Cukup merasa sakit dan rindu namun dia sendiri heran bagaimana demi mewujudkan dan meluapkan rasa tersebut dengan baik.Pak Rido sendiri kini duduk di dekatnya. Tidak ada kata. Selain hanya terus mengibakan doa terhadap sahabat yang telah menjadi orang tuanya juga itu. Ada beberapa hal yang selayaknya menjadi mimpi baginya bahwa sosok yang telah tiada itu sudah menjadi bagian hidupnya meski datang dengan keadaan yang telah berlalu."Mari pulang, Mas." Amala kini bangkit. Sejenak membuat suaminya itu bertanya-tanya. Mereka bahkan baru sebentar di tempat ini namun Amala telah bergelak untuk meminta pergi. Haruskah dia mengiyakan d

  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Kalimat sakral

    "Enggak, Mas. Saya bahkan enggak berbuat apapun.""Bohong! Dia tadi menamparku, Mas!" Rahmi memekik kini.Semua pandangan tertuju pada Amala. Ada hal yang ingin disampaikan oleh Rido namun dia sendiri tidak bisa seketika memihak karena tidak memiliki hal yang bisa dia lakukan.Rido tidak segera berujar. Dia memilih kini untuk segera menarik tangan Amala. Cengkraman cukup kuat. Hingga menyeretnya berjalan cepat memecah kerumunan orang-orang yang mendadak telah berkumpul.Amala jelas tersentak dengan sikap Rido tersebut. Namun dia bahkan tidak bisa berujar apapun selain hanya menyerah. Seorang perempuan yang tidak bisa berteriak hanya mengikuti alur seperti apa yang akan Rido lakukan padanya."Lepasin aku, Mas!" Amala baru menarik lengannya kala mereka telah berada di samping mobil."Apa yang kamu lakukan, Dik? Apa seperti ini? Kamu sengaja ingin mempermalukan saya di sekolah ini?" Amala menatap Rido tidak percaya. Jadi ini adalah ungkapan setelah dia sendiri yang sudah menjadi korban

  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Sekolah tersebut

    "Kalau begitu, ceraikan saya malam ini juga." Amala berujar lirih namun sukses membuat Pak Rido bagai tersambar petir."Apa?""Itu yang saya mau! Lakukan apa yang saya inginkan, kan? Saya mau ceraikan saya malam ini juga!""Non Amala!" Amala mengepal tangannya begitu mendadak seseorang yang tidak lain adalah Mona segera menarik tubuhnya itu menjauh dari Pak Rido. Pak Rido merasa lega melihat Mona datang di waktu yang tepat."Lepasin saya, Mbak!" Amala meronta."Non. Apa yang Non katakan? Non enggak boleh main-main dengan kalimat itu, Non." Mona mencoba untuk menenangkan Amala. Amala kembali terisak kini. Dia tahu itu adalah kalimat yang begitu ditakuti oleh pasangan yang sudah menikah. Namun dia sendiri bahkan tidak peduli hal itu."Pak. Masuk saja ke kamar. Non Amala biar tidur dengan saya." Mona memberi titah pada Pak Rido yang segera diangguk cepat. Dia pun kemudian segera melenggang cepat pergi ke kamar."Mbak. Saya sudah lelah, Mbak." Amala menangis keras dalam pelukan Mona kemu

  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Perihal Reza

    "Mbak. Saya harus batalin ini.""Kenapa, Non?"*Amala mendesah pelan seraya memegang amplop surat itu dengan kuat. Benar. Ada rasa cemas memikul kemudian. Berjalan menyusuri lorong kampus dengan lunglai. Dia berpikir bahwa sudah kehilangan kesempatan untuk membatalkan segera.Lucu memang. Dia sendiri tidak bisa percaya. Begitu banyak sekolah yang ada di kotanya ini namun tempat penelitian dirinya jatuh pada sekolah suaminya itu mengajar dan bahkan banyak orang yang tidak dikenalnya itu di sana pula.Amala sudah berusaha membujuk Bu Lusi untuk membatalkan hal itu namun apa boleh buat. Beliau bahkan tidak bisa melakukan apapun karena hanya mengikuti perintah dari yang lainnya. Mau tidak mau, kini Amala harus menanggung semua risiko yang terjadi.Berdiri di depan gerbang kampus seraya melihat ke segala arah. Amala berharap ada sebuah taksi yang bisa ditumpangi olehnya. Namun sudah beberapa menit berlalu kendaraan itu tidak terlihat satu pun. Amala kadang heran, mengapa tantenya begitu m

  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Cemas

    "Kamu bohong. Matamu sudah menjelaskan semuanya.""Lan. Kamu ini sedang bicara apa, sih? Lagi pula kenapa aku enggak bahagia, kan? Kamu lihat anak perempuan kecil yang digendong Reza kemarin? Dia begitu baik padaku.""Jadi, namanya Reza?"Amala terdiam kini. Bermaksud untuk menceritakan perihal Kanaya pada Adlan, namun Adlan malah terfokus pada sosok Reza. Amala baru sadar sudah salah bicara tepatnya."Apa dia seumuran dengan kita?""Dia bukan anak suamiku, Lan. Kenapa kamu harus terus bertanya mengenai hal itu?""Bukankah itu lebih buruk lagi? Aku malah memilih dia menjadi anak suamimu, saja.""Kenapa?""Kamu tahu apa yang aku maksud."Amala mendesah keras. Adlan sudah terlalu banyak bicara sekarang. Amala sudah berpikir jika menceritakan perihal kampus dengannya namun Adlan terlihat lebih bersemangat untuk memintanya terus informasi akan keluarga suaminya itu."Kalau kamu terus bahas hal itu, aku rasa aku pergi saja, Lan." Amala segera mengambil tasnya."Amal. Enggak. Aku ... Aku en

Bab terbaru

  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Inisiatif

    Putri mendesah pelan. "Kita hanya mencoba untuk menerka, Mal. Lalu siapa lagi sekarang? Bukankah mertuamu sangat benci dengan kamu? Kamu tahu, kan?""Tapi, tapi aku enggak yakin itu perbuatan Ibunya Mas Rido, Put.""Aku tahu. Ini berat buat kamu, Mal, tapi aku hanya membicarakan hal yang mengarah ke sana. Aku harap, kamu baik-baik saja dan kamu bisa memaklumi semuanya. Oke?"Amala tidak menjawab. Dia akan membiarkan semuanya terjadi begitu saja. Namun dia tetap akan memikirkan dengan apa yang sudah Putri ujarkan padanya itu."Aku harap kamu bisa percaya, Mal. Aku juga harap, kamu bisa menerima kenyataan jika itu sebenarnya benar. Sini. Biar aku saja yang antarkan ini pada Mbak Mona," ujar Putri seraya mengambil gelas minuman pada tangan Amala dan dia segera berlalu.Amala masih berdiri di tempatnya. Pikirannya bermain dengan cepat. Ada hal yang seolah membuat dirinya kian frustasi. Haruskah kembali mengatakan pada Pak Rido jika dia mencurigai ibu mertuanya sendiri?*"Orangnya tinggi,

  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Sidang

    "Tidak. Satu hal lagi. Rahmi akan segera diturunkan dari jabatan kepala sekolah.""Apa?" Amala dan Mona, kompak terkejut.*"Nilaimu sangat bagus, Amala."Bu Lusi, kini melihat lembar penilaian Amala selama masa penelitian dengan senyum senang. Ada hal yang membuat Amala ikut senang.Pak Rido telah berhasil memberikan dia ketenangan dan kini dia berhasil meraih nilai yang sudah dia inginkan itu."Bu, kapan saya akan segera ikut sidang?""Urus saja semua syaratnya, ya. Jadwal akan turun dalam dua Minggu ini."Amala terlonjak senang. "Ibu benarkah?"Bu Lusi mengangguk pasti. "Iya. Selamat, ya. Akhirnya kamu akan sidang juga. Kamu hanya perlu revisi sedikit lagi dan kamu akan mendapatkan yang selama ini kamu lakukan. Oke?"Amala mengangguk pasti. Dia pun segera pamit pada Bu Lusi tidak lupa segera mengabari Putri terkait dirinya itu. Ada hal yang membuat sahabatnya itu ikut bergembira sekarang.Putri memang sedang berada di kampus. Dia mencoba melupakan hatinya yang pernah sakit dan kini

  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Rahmi Dipecat

    "Masih untung saya menerima kamu di sekolah ini! Kamu masih banyak tanya, hah! Kalau kamu saya tolak, nilai segini saja kamu tidak akan punya! Anak kemarin sore so-soan mau mengajari saya! Tidak tahu malu!"Amala bergeming. Dia tidak sadar kini, mengepal kedua tangannya dengan kuat. Gemetar."Keluar!"Amala tidak bisa lagi mempermalukan dirinya. Dia segera keluar. Ada isak tangis yang akan pecah namun sebisa mungkin berusaha menahan diri.Dia tidak lekas menemui Pak Rido suaminya itu selain kini segera ke toilet. Duduk di sana mencoba melepaskan semua hal yang membuatnya terpikat.Amala terkadang kian heran, apa yang sebenarnya Rahmi itu inginkan padanya. Bukankah seharusnya masalah pribadi tidak dikaitkan dengan hal yang ingin dia capai sekarang? Bagaimana bisa dia menjelaskan pada dosennya terkait nilai yang begitu buruk diberikan oleh pihak sekolah.Amala hanya takut, jika orang kampus juga akan mengira dia melakukan suatu hal yang jahat di sekolah ini, meskipun kenyataan Amala sam

  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Rahmi Sengaja

    "Pepes ikannya enak lho, Bu. Ayah emang pintar masak, hehe!" Dia terkekeh lucu di sana yang semakin membuat Amala merasa trenyuh, sedih dan kasian karena Kanaya harus ikut dalam masalah ini.*Amala memandang lekat anak-anak dengan tatapan yang sedih. Hari ini, dia tidak bisa percaya adalah hari terakhir bertemu dan mengajar anak-anak di kelas lima itu.Ada hal puas yang hinggap dalam hatinya. Dia puas dan senang karena bisa mengajar walaupun hanya sebentar. Dia juga merasa puas karena berhasil menjadi seorang pendidik yang mereka inginkan. Meskipun kini amala akan merasa sedih karena harus meninggalkan mereka karena telah selesai masa penelitiannya itu.Dia hanya melepas anak-anak dengan berpelukan hangat. Amala bahkan sengaja tidak mengatakan apapun pada mereka terkait dirinya yang tidak akan pernah masuk lagi ke kelas lima itu, namun begitu kelas telah usai, seperti biasa hanya Andi yang tertinggal, Amala pun berniat untuk mengatakan padanya saja."Andi harus menjadi anak yang puny

  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Kasihan Kanaya

    "Mas, ada apa?""Mas hanya ingin memeluk istrinya Mas sekarang. Apa boleh?""Kenapa mendadak seperti ini, Mas? Apa ada yang Mas pikirkan?" Amala sebenarnya sudah tahu apa yang membuat suaminya itu terlihat berbeda kini. Namun dia tidak lekas mengatakannya dengan segera.Pak Rido menyudadi dekapannya kemudian menatap Amala cukup lama. Lama sekali, hingga Amala merasa malu sendiri."Ada apa, Mas?""Dik Amala sudah menerima saya, kan?""Tentu. Kenapa Mas masih bertanya?""Bolehkah jika saya meminta Dik Amala untuk mencintai sepenuh hati Dik Amala? Apakah ada seseorang yang lain dalam hati Dik Amala sekarang?"Amala tidak berkata kini. Apa yang sebenarnya dipikirkan oleh suaminya sekarang? Haruskah dia mengatakan jika itu adalah suatu hal yang sebenarnya besar.Amala tahu, jika sekarang Pak Rido sedang cemburu pada Adlan."Kenapa Mas enggak beritahu saya kalau sudah pernah bertemu dengan Adlan?" Amala mengalihkan pembicaraan kini."Kenapa Dik Amala harus bertanya hal itu?""Mas cemburu pa

  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Obat

    "Amal, kamu kenapa mendadak takut begini?" Adlan menukas cepat. Amala terhenyak. Diam seketika.*Mobil kini bergerak perlahan. Masih tidak ada kata yang keluar dari bibir Amala semenjak pergi. Pak Rido sendiri sejenak menoleh dan melihat dengan harap-harap cemas. Ada beberapa hal yang bermain dalam benaknya itu namun tidak segera ingin mengungkapkan cepat.Pak Rido tahu jika kini ada hal yang tidak beres sedang dipikirkan oleh istrinya itu.Amala tidak banyak berkomentar apapun. Dia hanya tidak ingin memperpanjang masalah yang ada."Dik, kamu kenapa diam saja?""Enggak, Mas. Cuma memikirkan masalah Kanaya saja.""Tidak apa. Kanaya sudah membaik, kok. Dik Amala tidak perlu terlalu cemas, ya."Amala mengangguk tersenyum. Dia tidak mengatakan apapun lagi selain kembali diam. Dia hanya berharap suaminya itu tidak terlalu menggubris apa yang sudah Adlan katakan sejak tadi.*"Ibu Amala!" Kanaya, gadis kecil itu kini berlabuh dalam dekapan Kanaya. Tidak ada kata yang keluar darinya setel

  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Bertemu kembali

    "Amala, kamu tahu kapan waktunya."Rahmi, berujar tajam dan menatap dengan tatapan penuh kebencian.*Makanan cukup menggugah selera, belum lagi dengan rasa lapar yang sudah menghadang, Amala, dan suaminya Pak Rido kini menikmati hidangan makan siang mereka dengan nyaman.Amala tahu, sedari tadi menikmati makanannya itu dia terus merasa jika Pak Rido terus menatap dengan hikmat. Tidak ada yang keluar namun Amala hanya terkekeh sejenak."Apa yang Mas lihat?" Dia bertanya kemudian."Tidak. Hanya ingin memastikan Dik Amala menikmati makan siang ini. Enak, kan?""Iya. Kenapa Mas enggak pernah mengajak saya ke sini, ya?""Hehe. Maaf ya, Dik. Mas tidak bisa pulang dengan begitu cepat.""Haha, kenapa Mas menanggapi serius? Saya hanya bercanda. Saya tahu kok, Mas pasti sangat sibuk sekali, kan?""Tidak. Mas tahu kok Dik Amala juga sekalian curhat."Amala kini tertawa kemudian.Keduanya terus larut dalam pembicaraan mengenai mengajar Amala, hingga kemudian penuturan mereka sejenak terputus ket

  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Tatapan benci

    "Ada satu orang lagi yang harus saya temui, Dik."Amala menoleh cepat. "Siapa, Mas?""Dik Amala tidak perlu memikirkan hal itu sekarang. Besok, Dik Amala akan kembali ke sekolah, kan? Lebih baik pikirkan hal apa yang Dik Amala perlukan untuk besok mengajar. Oke?" Pak Rido berkata seraya membelai lembut wajah istrinya itu.Amala bahkan baru teringat jika besok dia sudah harus masuk sekolah kembali. Dia memiliki kesempatan dua Minggu lagi untuk selesai penelitian Hinga harus kembali ke kampus.Ada beberapa hal yang membuatnya berpikir bahwa dia memang tidak pernah mengira akan secepat itu selesai."Dik Amala pasti sudah merindukan anak-anak, kan?""Iya. Aku sangat rindu mereka Mas. Besok, walaupun kaki saya masih belum sempurna sembuh saya akan tetap datang. Saya ingin segera menyelesaikan kuliah ini.""Bagus. Lalu, Dik Amala tidak perlu memikirkan hal yang sama sekali tidak penting itu. Oke?"Amala mengangguk pasti. Siapapun orang yang berpikir buruk terhadapnya itu dia akan berharap j

  • Istri Dadakan Sahabat Papaku   Seusia istrinya

    "Saya Rido, suami Amala. Bisa kita bicara sebentar?" Adlan bergeming."Bicara apa? Saya sedang begitu sibuk karena kebetulan hari ini saya yang bertugas untuk berdiri di kasir, jadi ....""Nak. Hanya bicara sebentar saja." Pak Rido menukas cepat. Adlan sukses menegang mendengarkan panggilan nak yang keluar dari mulut suami Amala itu.Adlan kemudian tersenyum ketus. Merasa cukup rendah di hadapan lelaki yang sudah lama ingin dilihat olehnya."Bisa bicarakan di sini saja, Pak Rido?" Adlan bertanya dengan nada menyindir kini."Baiklah." Pak Rido membuang napas gusar. "Apa yang sudah kamu katakan pada Amala kemarin?"Adlan terkejut. "Apa maksud, Pak Rido?""Nak, tolong jangan bertele-tele. Kamu tahu, kamu sudah menganggu kenyamanan rumah tangga saya dengan istri saya."Adlan mendadak tertawa kini. "Pak Rido menyalahkan saya dengan masalah keluarga Bapak sendiri? Seharusnya Bapak yang instrospeksi diri untuk melihat sebenarnya apa yang sedang terjadi. Kenapa datang kemari dan menyalahkan

DMCA.com Protection Status