All Chapters of Istri Kontrak CEO : Hamil Sebelum Bercerai! : Chapter 41 - Chapter 50

63 Chapters

Tidak Merepotkannya

"Aku sudah membuatkan susu hamil untukmu."Stella terbangun agak siang hari ini karena tadi malam dia lumayan sulit tidur sebab rasanya tidak nyaman. Memang dia tidak mengalami mual atau muntah seperti ibu-ibu hamil pada umumnya, tapi tetap saja dia merasa tidak nyaman seperti ada yang berbeda dengan tubuhnya dan itu bisa dikatakan hormon yang mulai berubah. Syukurlah tidak begitu parah dan dia hanya salat tidur makanya dia cukup menghabiskan waktu dengan menonton video di ponselnya dan kemudian matanya merasa lelah barulah dia ketiduran sendiri. Dan ketika dia bangun hari ini, dia sudah mendapatkan kata-kata sambutan dari Bian yang tengah bersiap untuk bekerja."Kenapa harus kau yang membuatnya? Mana Amber?" tanyanya membuat Bian menyodorkan gelas itu dan tersenyum kecil."Dia aku minta untuk belanja bahan-bahan makanan yang baru karena sudah seminggu lebih kulkas itu diisi. Aku mau memastikan kau makan makanan yang sehat dan fresh, nanti juga akan ada koki dan ahli gizi yang akan me
Read more

Memulai Yang Baru

"Aku tidak pantas marah, aku hanya sensitif saja." Stella berkata pelan lalu menghela napasnya. "Tidak pantas sekali aku merasa marah padamu."Bian menggeleng, lalu mengambil kedua tangannya, menggenggamnya dengan lembut. "Kau sedang hamil, wajar jika sensitif. Aku saja yang tidak bisa memberikan pengertian untukmu. Harusnya aku mengatakan kata-kata tadi dengan lebih baik dan jelas. Agar kau tidak salah paham. Maaf, aku terlalu sering menyakitimu dulu jadi kata-kataku sekarang juga membuatmu merasa tidak bahagia. Aku tidak begitu ahli dalam mengucapkan kalimat-kalimat yang manis. Namun, aku janji akan lebih memperhatikan kata-kataku ke depannya."Stella menatap Bian dengan wajahnya yang terlihat sedih. "Kau tidak perlu meminta maaf, kau tidak menyukaiku jadi wajar saja jika kamu mengatakan kata-kata seperti itu yang bisa dikatakan kasar. Aku tidak menyalahkanmu, jika aku dipaksa untuk menikah dengan seorang pria yang tidak berguna juga mungkin aku akan mengatakan kata-kata yang sama.
Read more

Rasa Khawatir Bian

Stella merasa mual tiba-tiba begitu dia selesai minum susu. Bian sendiri sudah tidak ada di kamar, setelah pembicaraan mereka tadi Bian pergi karena tak kunjung mendapatkan jawaban.Mungkin saja pria itu marah, Stella tak peduli dan biarkan saja pria itu pergi. Dia tidak tahu sebenarnya apa yang diinginkan oleh Bian, semuanya masih terlalu ambigu untuk diteruskan dan dia bisa menjadi pribadi yang terlalu banyak berharap sementara pria itu tidak ada binatang untuk memberikan yang lebih.Mengusap bawah bibirnya yang basah, Stella menatap wajahnya yang agak pucat di kaca kamar mandi. Dia menghela napas pelan, kembali duduk ke atas ranjang dan hanya bisa diam saja di sana. Bian mengatakan kalau Amber akan membawa makanan untuknya, jadi dia tidak perlu keluar kamar dan itu membuatnya cukup terbantu karena dia malas kemana-mana. "Kau tidak bisa menyiksa Ibu begini, Nak. Tumbuhlah dengan baik di dalam, jangan buat ibu merasa mual." Stella bergumam sambil menarik napasnya.Dia tahu kalau men
Read more

Stella Drop

Bian menunggu Stella bangun dan tak pergi lagi setelah pulang tadi. Dia menyiapkan banyak hal yang dibutuhkan istrinya, bahkan dia sengaja meminta asistennya untuk membelikan lilin yang aroma terapi, beberapa pengharum ruangan beraroma terapi dan juga meminta Amber menyiapkan beberapa makanan untuk Stella agar setelah dia bangun nanti, dia bisa langsung makan kalau dia merasa lapar.Bian sudah memutuskan untuk mempertahankan wanita itu dalam hidupnya, walaupun dia tahu kalau Stella pasti menolak karena dia yang selama ini sudah bersikap jahat pada wanita itu. Dia tahu, kalau apa yang dilakukan memang salah makanya dia tidak mau memaksakan wanita itu terlalu banyak."Kenapa dia belum bangun juga," gumam Bian seraya bangkit dan menghampiri Stella yang masih tidur. "Apakah dia baik-baik saja?"Bian menyentuh lengan Stella, lalu merasai dahinya dengan lembut dan tak menemukan Stella demam atau sejenisnya. Dia tak mengerti kenapa istrinya ini bisa lama sekali bangunnya, seperti tidak baik-b
Read more

Akan Menjaga Kandungan Ini

Stella berbalik dengan kaget mendengar ucapan itu. Tadi dia menemukan Bian dalam keadaan sedang menonton televisi dan tidak menyadari kalau dia turun. Makanya dia kaget ketika pria ini menghampirinya ke dapur."Ah, aku tadinya agak haus. Aku memanggil Amber tapi dia tidak menjawab makanya aku turun." Stella berkata pelan lalu terdiam. Untuk apa dia menjelaskannya sampai sedetail itu? Stella menunduk pelan lalu kembali menghadap kulkas dan mengambil air dingin. Dia menoleh ke arah Bian yang sudah mengambil alih botol itu, lalu menuangkannya ke dalam gelas dan menyerahkannya pada Stella dengan lembut."Duduklah untuk meminumnya."Stella diam dengan wajah kaku, dia masih belum terbiasa menghadapi Bian yang memberikannya perhatian seperti ini. Namum dia tetap menurut dan berjalan ke arah kursi ketika pria itu menuntunnya. Dia minum air di gelas perlahan, lalu menoleh ke arah Bian yang sedang membuka kulkas dan mengambil dessert. "Makanlah," ucap Bian sambil duduk dan meletakkan dessert
Read more

Deeptalk?

Stella menatap Bian dengan wajahnya yang kaget. "Apa?"Bian tersenyum, bergerak mendekatinya. "Bermesraan, Sayang. Sudah kukatakan, kalau mungkin aku akan melakukan beberapa hal padamu. Aku hanya ingin bermesraan, kurasa itu tidak salah."Stella menghela napasnya, dia tahu kalau Bian pernah mengatakannya. "Untuk apa? Kenapa harus denganku?" tanyanya hingga Bian tersenyum. "Kau seharusnya bisa melakukannya dengan wanita-wanita yang ada di luar sana, 'kan? Mereka tidak akan pernah menolakmu."Bian mengangguk. "Benar, hanya saja aku tidak mau dengan mereka. Bukankah ada istriku? Kenapa harus dengan wanita lain?" tanyanya santai membuat Stella tak habis pikir.Dia tak mengerti apa sebenarnya yang dikatakan oleh Bian. Padahal dengan uang yang dia punya dia bisa mendapatkan dan melakukan apapun yang dia mau. Biar bagaimanapun, Bian adalah salah satu pengusaha ternama. tidak akan ada yang mau menolaknya kalau dia mencari seperti itu, tapi entah kenapa harus dengannya seperti sengaja ingin me
Read more

Pagi Yang Sama

Stella tertidur lagi dengan lebih pulas saat ini. Dia memunggungi Bian, tapi pria itu dengan santai memeluknya dari belakang walau Stella belum menjawab tentang permintaan maafnya.Paginya, barulah Stella bangun dengan perasaan yang lebih baik. Dia tak tahu apakah dia benar-benar sakit atau tidak tadi malam, walaupun dia memang tadi malam melepaskan infus dari tangannya dan itu sudah cukup untuk menjadi sebuah bukti kalau dia benar-benar sakit."Sepertinya kehamilan ini tidak mudah kujalani, andaikan saja aku menjalaninya dengan suami yang benar-benar mencintaiku, pasti akan jauh lebih mudah. Dengan Bian yang lebih dulu menyakitiku seperti itu, ingin bermanja dengannya juga bukan sebuah hal yang baik. Biar bagaimanapun, dia tetaplah Bian yang dulu, yang tidak suka denganku." Stella merasa kalau pria ini pun mungkin menyukainya karena dia hamil, semata-mata untuk anaknya. Biar bagaimanapun, Stella tetaplah seorang anak orang miskin yang tidak layak untuk Bian seperti yang dikatakan ol
Read more

Hanya Tentang Mama

Bian menatap Stella yang terlihat duduk tenang di belakang rumah. Sejak tadi wanita itu ada disana, setelah dia selesai makan pun dia tetap di sana dan tak beranjak sama sekali. Hal itu membuat Bian sebenarnya agak khawatir tapi karena melihat Stella yang sepertinya suka menikmati suasana asri di halaman rumah, membuatnya tidak mau menganggu untuk saat ini."Dia masih saja menjauhiku padahal dia bisa melakukan apa saja kalau dia mau. Aku tidak akan menolak permintaannya tapi itu memang menjadi sebuah ganjalan besar. Terkadang seseorang ditawarkan itu akan lebih malas untuk melakukan dan mengambil penawarannya dibanding seseorang yang tidak ditawarkan." Bian bergumam lalu menghela napas.Satu hal yang masih disesalinya di saat ini adalah kebodohannya dulu. Kenapa dia harus menyakiti perasaan Stella berulang-ulang? Sekarang meyakinkan wanita itu jauh lebih sulit daripada dia harus mengalahkan rekan bisnisnya di dalam urusan saham."Bian ..."Pria itu menoleh ke arah Stella yang sudah be
Read more

Di Cafe Stella

Bian duduk di salah satu kursi cafe milik Stella dan memperhatikan sekitarnya. Cafe ini memiliki interior yang cukup segar dengan nuansa anak muda dan tidak begitu mencolok. Cream dan putih adalah warna dasarnya sehingga membuat semuanya terlihat begitu alami ditambah lagi ada beberapa tanaman hidup di dalamnya dan lukisan-lukisan serta coretan tembok yang sepertinya dibuat oleh sosok yang iseng.Bian sudah menikah dengan Stella selama beberapa bulan tapi baru kali ini dia datang dan duduk di sini. Itu karena selama ini dia adalah seorang pria yang menyebalkan dan tak pernah menghargai setelah sama sekali padahal wanita itu juga tak pernah menyusahkannya.Stella justru seorang wanita yang memiliki tekad dan semangat kerja keras yang cukup tinggi. Bian tahu kalau cafe ini dibuka oleh Stella saat mereka baru menikah dan itu menunjukkan kalau Stella tidak mengharapkan uang darinya untuk hidup. Wanita itu lebih memutuskan untuk membangun bisnis sendiri dan menyibukkan dirinya dibandingkan
Read more

Memikirkan Cara

Stella melihat kepergian Bian yang sudah meninggalkan cafenya. Dia menghela napasnya dalam-dalam, merasa tak habis pikir walau sudah lelah untuk kembali memikirkan pria itu."Kau merasa dia terkena apa? Kenapa sikapnya seperti seorang pria yang sangat berbeda?" tanya Stella pada Lyra yang juga menyaksikan kepergian Bian."Entahlah, wajah angkuh pria itu sudah hilang banyak. Terakhir kali aku melihatnya waktu itu ketika dia marah-marah padamu. Apa yang membuatnya menjadi seperti itu?"Stella menggeleng. "Entahlah, di awal perjanjian semuanya masih sama saja dan dia bahkan bersikap seperti seorang pria yang paling berkuasa dan sombong. Aku tidak tahu apa sebenarnya yang sudah terjadi, tapi dia benar-benar berubah karena terakhir kali ku ingat. Sejak kehamilanku juga, dia semakin perhatian dan bisa dikatakan posesif. Aku jadi takut anak ini sampai kenapa-napa sebelum lahir," ucap Stella seraya mengusap perutnya."Aku takut nanti anak ini malah kenapa-napa, lalu dia akan menyalahkanku. Ap
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status