All Chapters of Istri Kontrak CEO : Hamil Sebelum Bercerai! : Chapter 51 - Chapter 60

63 Chapters

Ke Rumah Mertua

"Ayo pulang," ajak Bian menatap Stella yang sudah berdiri di depan pintu cafenya.Wanita itu mengangguk, dia juga sudah puas di sini jadi ingin pulang sekarang daripada merasa lelah nanti sampai terlalu malam. Stella melihat Bian yang membukakan pintu untuknya langsung masuk, dia malas untuk menolak terlalu banyak karena nanti hanya akan ada perdebatan.Biarkan saja Bian mau melakukan apa, mau itu untuk anaknya atau tidak yang pasti Stella harus tetap menjaga hatinya supaya tidak jatuh begitu saja pada pria ini. Dia juga harus tetap memiliki kemampuan untuk mempertahankan harga diri, karena dia memiliki sifat sering berganti-ganti tergantung bagaimana dia menghadapi kehidupannya.Stella tidak mau nanti sudah terbawa perasaan, pria ini malah kembali pada setelan awal di mana dia merupakan seorang pria angkuh yang sangat menyebalkan. Saat itu setidaknya Stella ingin memiliki harga diri, dengan tidak terlalu banyak berharap dan mengikuti permainannya, maka Stella pasti memiliki kemampuan
Read more

Apa Istimewanya Stella?

Wajah Calista tercengang tak percaya membaca surat dokter milik Stella yang menyatakan tentang kehamilannya. Mata wanita yang sudah lebih separuh abad itu terlihat berbinar, sehingga Bian bisa tersenyum dengan rasa lega di hatinya.Nyatanya, dia masih bisa memberikan sebuah kebahagiaan untuk ibunya walaupun dia sempat menolak semua ini. walaupun dia sempat menyetujui semua ini hanya untuk ibunya tapi kemudian dia berpikir lagi kalau tidak ada salahnya sama sekali saat dia sudah mulai menjalaninya."Stella, sayang ... Mama senang sekali mendengar kabar kehamilan ini. Kalian akhirnya punya anak bersama, Mama senang dan bersyukur sekali, terima kasih banyak sudah bersedia mengandung anak Bian yang selama ini sudah jahat dan kasar padamu."Stella tersenyum dan menggeleng lembut, di hadapan Ibu mertuanya dia mana mungkin menunjukkan keburukan pria yang menjadi suaminya itu. Dia bertekad untuk merahasiakannya saja walaupun memang Ibu mertuanya tahu sebab pria itu adalah putranya."Tidak per
Read more

Karma Berbalik?

Saat keluar dari dalam kamar mandi, Bian melihat Stella yang sudah duduk dengan tenang menghadapi hidangan yang diantarkan oleh pelayan. Ibunya pasti yang sudah melakukan semua ini, karena saya tahu Stella hamil ibunya adalah orang yang paling bahagia kedua setelah dia.Tetapi kebahagiaannya tak dilihat oleh Stella sebagai sebuah hal yang wajar. Stella malah berpikir kalau Bian tidak percaya dengan anak yang ada di dalam kandungannya makanya sengaja mengajaknya untuk periksa lagi.Begitulah, pikiran Stella sudah terkontaminasi oleh kata-katanya selama ini. Sulit membuat seseorang yang sudah disakiti percaya pada apa yang dia lakukan."Tuan Muda ..."Bian hanya mengangguk singkat dan membiarkan pelayan itu pergi sebelum berjalan ke arah Stella yang sedang menatap makanan, cemilan, puding serta potongan buah. Bahkan juga ada susu di sana yang membuat Bian tahu kalau ibunya terlalu sigap dalam urusan ini."Mama perhatian sekali," gumamnya membuat Stella menghela napas pelan dan menatapny
Read more

Membujuk bayi

"Kepalaku agak sakit."Bian yang sudah terbangun tapi masih memejamkan matanya mendengar ucapan Stella itu dengan jelas. Hal itu membuatnya bangkit dan Stella langsung terperanjat kaget melihatnya.'"Bian ... kau mengigau?"Bian menggeleng lalu mengusap wajahnya dan menatap Stella dengan tatapan serius. "Benar-benar merasa pusing ya? Apakah kau kembali turun darah?"Stella terdiam mendengar pertanyaannya, ternyata Bian mendengar ucapannya barusan kalau dia katakan dengan begitu pelan. Apakah pria ini sudah bangun dari tadi tapi tetap tiduran?"Sejak kapan kau bangun? Ini masih jam berapa, besok kau masih harus bekerja? Kenapa harus menghabiskan waktu di sini." Stella berkata dengan wajah bingung membuat Bian tersenyum pelan."Lupakan saja tentang pekerjaan, aku akan libur total hari ini untuk menjagamu. Biar kuambilkan dulu obat, ya?" ujarnya lalu bergerak turun dan memakai sandal.Stella memperhatikan apa yang dilakukan Bian itu dengan wajah bingung. Kenapa pria itu tiba-tiba aneh d
Read more

Tidak Ada Hak

Stella benar-benar enggan meninggalkan ranjang hari ini, dia hanya duduk seharian sambil membaca buku kehamilan dan segala macam artikel tentang kehamilan yang ada di ponselnya."Menyusui ... tidak, aku tidak harus menyusui bayi ini ketika dia lahir nanti karena aku akan langsung pergi begitu saja. Jadi, aku tidak harus mempelajarinya karena anak ini pasti akan mendapatkan susu formula berkualitas tinggi dan terjamin daripada air susuku." Stella bergumam sambil menatap gambar ibu yang sedang menunggu bayinya sambil menyusui itu.Dia juga ingin menjadi Ibu yang murni, yang benar-benar melakukan semua hal untuk anaknya. Tetapi keadaan saat ini memaksanya untuk tidak melakukan itu karena memang tidak bisa. Hubungan dia dan Bian terlalu retak dan parah untuk diperbaiki dan dia sama sekali tidak ada niatan untuk memperbaikinya.Sekali seorang pria menjadi brengsek dan jahat seperti ini maka kedepannya di dalam pernikahan yang lebih pasti nanti maka dia besar kemungkinan dia akan melakukan
Read more

Terserah Padamu

Stella yang melihat Bian terdiam hanya bisa menelan makanannya sebelum bersuara. "Makanan ini sudah cukup untukku jadi kau tidak perlu merasa harus menegur mereka. menjalankan tugas dari kau tidak perlu melakukan sesuatu kesalahan yang malah membuat mereka merasa takut. Mereka sudah lebih lama menjadi pelayan kalian dibandingkan aku yang menjadi istrimu. Jangan lakukan apapun yang membuat mereka merasa bersalah," balasnya membuat Bian menarik napasnya dalam-dalam.Nyatanya ada banyak hal yang membuat Stella tak mau menerimanya dengan mudah. Dian sudah melakukan banyak kesalahan yang tak termaafkan hanya karena pernikahan itu tadi yang tidak dia inginkan. "Maaf ..." ucapnya lirih membuat Stella menghela napas."Tidak perlu minta maaf. Aku sudah mengalami selama beberapa bulan terakhir saja menjadi istrimu. Sekarang dan dulu juga tidak ada bedanya bagiku, kau tidak perlu khawatir karena aku juga mengerti apa yang kau inginkan hanya untuk kebaikanmu. Tetapi, apakah nanti anak ini akan m
Read more

Meminta Saran Calista

"Aku mau." Stella menatap Bian dengan wajah datar. "Mau apa?" Bian melihat Stella dari atas sampai bawah, berulang-ulang membuat wanita itu memalingkan wajahnya dengan tatapan datar yang tak berubah. Dia sudah tahu apa yang dimaksudkan oleh pria ini, rasanya seperti tak masuk akal karena Bian bisa-bisanya meminta secara terang-terangan begini. "Apa yang kau pikirkan sebenarnya? Sadar tidak sih kalau aku sedang hamil?" "Memangnya kalau hamil tidak bisa melakukannya?" tanya Bian dengan wajah tak percaya. "Apa yang kau rasakan? Ada yang sakit lagi?" Stella menghela napasnya dalam-dalam lalu berjalan ke arah ranjang dengan rasa malas. "Aku belum fit, kalau kita lakukan malah beresiko. Itu bukan hal yang kuinginkan, aku mau mempertahankan anak ini. Apapun keadaannya, aku tidak akan membuatnya kenapa-napa. Kau harus tahu, keguguran pertama kali bisa membuat resiko macam-macam, salah satunya mungkin tidak akan bisa hamil lagi. Jadi, berhenti meminta sebelum keadaanku membaik." "O
Read more

Menemui Mama?

Stella menoleh ke arah Bian saat pria itu sengaja meletakkan lauk di piringnya. Padahal dia tidak memintanya sama sekali tapi pria ini memang sengaja melakukannya dan menggunakan Calista yang ada dihadapan mereka untuk semakin berpura-pura.Saat ini mereka sedang makan pagi bersama dan Bian terlihat seperti seorang suami dan calon ayah yang baik. Dia tak tahu bagaimana harus menolaknya tapi saat ini dia hanya bisa diam saja dan memakan makanan itu tanpa banyak bicara."Makanlah yang banyak, agar kandunganmu sehat." Calista bersuara membuat Stella mengangguk tanpa menatapnya.Dia malas untuk banyak berbasa-basi saat ini, terlalu melelahkan. Sepertinya jika dia kembali ke rumah atau ke kamarnya yang ada di cafe akan lebih baik, dia tidak akan menyinggung atau membuat siapapun harus terusik. Dia bukan orang yang hebat dan bahkan dia selalu menjadi orang yang terhina.Stella menghela napas panjang lalu duduk di kursi dan melihat Bian serta Calista yang sedang bicara. Sejak tadi dia tahu m
Read more

Tekad dan Tekad

Setelah pulang, tak ada lagi pembicaraan yang dilakukan oleh Bian dan Stella. Keduanya masuk ke dalam rumah dan disambut Amber, tapi karena tak ada yang dikatakan dan dibicarakan oleh kedua majikannya jadi Amber juga hanya diam dan berniat untuk memasak makan siang sebab sebentar lagi sudah harus makan. Stella masuk ke kamarnya dan memutuskan untuk beristirahat sambil berpikir. Dia merasa sifat Bian saat ini sudah terlalu jauh, pria itu sudah tak sama lagi dan itu membuatnya khawatir. Besar kemungkinan jika seperti ini maka mereka tidak akan berpisah sesuai dengan harapan pria itu. "Tidak ada dasar yang kuat kenapa dia berubah dan berniat untuk mempertahankanku. Aku bukan orang yang tidak punya hati sampai mengabaikan apa yang dia lakukan dan dia inginkan, tapi kalau dia tidak memiliki dasar yang kuat untuk mempertahankan pernikahan ini maka dia akan bisa mengabaikannya dengan mudah ke depannya. Dia tidak tahu bagaimana harus menjadi dirinya sendiri, karena bagaimanapun semua ini
Read more

Mulai Dekat

Beberapa bulan berlalu setelah kehamilan Stella dan dia tetap mendapati sikap penuh perhatian dan juga segala hal yang diberikan Bian mulai lebih terlihat banyak dan berkembang.Pria angkuh dan kaku itu bahkan seolah sengaja untuk menjadi dirinya yang lebih baik, tidak lagi bermulut pedas, tidak lagi bertampang datar dan dingin, tidak lagi menjadi sosok yang menyebalkan.Stella menikmati semua perubahannya tapi juga dia masih berusaha menjaga jarak. Dia tidak bisa kalau harus membiarkan pria itu melakukan sesuatu padanya semakin jauh, tapi dia juga tidak memiliki kemampuan untuk menghalanginya hingga hanya bisa menerima."Maaf, aku terlambat datang. Tadi aku meeting dulu dengan klien baru setelahnya aku datang ke sini karena itu klien yang cukup penting. Dia sudah datang jauh-jauh dari luar negeri, makanya aku layani dulu," ucap Bian begitu masuk ke cafe Stella.Wanita berdress hitam itu menoleh ke arah Bian, lalu diam selama beberapa saat. "Kau bicara seolah menjadi gigolo saja," uja
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status