Perut Kallica terasa mulas sekali. Pertemuannya dengan Bara membuat semua isi perut gadis itu bergejolak. Rambut sudah acak-acakkan, matanya menyala marah dan penih kebencian. Gadis itu duduk melamun memikirkan nasibnya, entah apa yang akan terjadi dengan pekerjaan nanti, jika dia sering bertemu dengan Bara."Tunggu dulu, dia 'kan tidak mendengar suara dan juga tidak melihat wajahku," kata Kallica menenangkan hatinya, padahal sudah tidak karuan lagi."Sudah delapan tahun berlalu dan sudah banyak berubah. Gua juga tidak segendut dulu, tidak mungkin dia mengenaliku. Untung tadi menggenakan masker, kalau tidak habis sudah."Kallica masih bertanya sendiri dan menjawab sendiri. Napasnya memburu antara takut atau ingin memukuli Bara.Dia sangat panik bertemu dengan Bara yang notabene adalah mantan teman sekelasnya. Pria itu selalu menindasnya dimanapun dan kapanpun ketika lelaki brengsek itu punya kesempatan. Pria arogan, sok kuasa yang selalu berlindung di balik harta kekayaan kakek dan p
Baca selengkapnya