Gadis itu terasa mengecil ketika Bara berdiri di dekatnya. Tinggi badan Bara membuat Kallica harus mengadah menatapnya. Posisi mereka yang cukup dekat ini mampu membuat hati Kallica geram dan ingin membunuh pria yang menjadi boss nya secara mendadak tersebut.
"Jangan selalu menentangku my cupcake,"lirih Bara.Kallica bahkan sampai lupa bernapas, terlebih Bara sudah mengurungnya dengan tubuhnya yang besar dan berotot.Kallica memutar bola mata, dia jengah mendengar panggilan sok manis dari bibir Bara."Menjauh dariku!"seru Kallica menantang Bara dengan mata menyala.Bukannya menjauh, pria itu malah semakin sengaja menyudutkan Kallica. Dengan bibir terkulum Bara mendekati Kallica seinci-seinci.Bara menahan sakit di selakangannya saat lutut Kallica tepat menendang di tengah tubuh Bara."Menyingkir kau siluman setengah anjing!" Serunya keras.Pria itu masih menahan sakit pada selangkangannya. Bahkan saking sakitnya, Bara hanya bisa menunduk sambil melirih. Sedangkan Kallica segera menjauh dari tubuh Bara, dia tidak ingin pria tersebut berada sangat dekat dengannya."Kau rasakan itu babon! Jangan coba-coba mendekatiku atau berani menyentuh tubuhku! Kalau kau nekat lagi, mungkin akan aku lakukan lebih dari ini!"seru Kallica mengancam."Mau pergi kemana kau kallica!"teriak Bara saat gadis itu membuka pintu ruangannya."Menghirup udara segar, berada di ruangan bersamamu membuat tubuhku kekurangan oksigen! Ya Tuhan! Kenapa aku harus berhadapan dengan manusia setengah siluman anjing ini!"seru gadis itu membanting pintu ruangan Bara.Kallica keluar dari ruangan Bara bersungut-sungut, dia merasa tengkuknya sudah berat sekali. Masih pagi, dan pria itu sudah berusaha memperpendek umurnya."Kau pikir kau siapa? Berani memerintahku seenak hidungmu yang seperti monyet bekantan itu,"ucap Kallica menggerutu sepanjang jalan sampai menuju pantry. Sesekali gadis itu menepuk pelan dadanya untuk mencari kesabarannya.Sesampainya di pantry gadis itu meletakan ember dengan cara menghentaknya ke lantai. Sampai air yang di dalam ember tumpah keluar."Kau memang pria sialan! Ya Tuhan, aku harus memikirkan cara agar lepas dari manusia siluman itu. Kalau tidak aku akan mati muda karena selalu berdebat dengannya,"kata Kallica merutuk.Napas gadis itu masih sesak karena berteriak dan memarahi Bara, karena emosinya yang masih di ubun-ubun dengan kesal Kallica menendang ember air pel nya."Bara brengsek!"serunya dengan penuh emosi."Lu kenape, Kal? Masih pagi euyy,"ucap Suci yang terkejut saat melihat aur sudah berserakan di lantai pantry."Gua pengen bunuh orang!"jawab Kallica enteng.Suci tidak bisa menyembunyikan tawanya, wajah kalut Kallica pagi ini membuat dia geli. Dia juga tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan teman seperjuangannya itu."Kalau ada masalah sini cerita, gua akan mendengarkan keluh kesah lu,"ucap Suci tulus namun geli."Nanti saja, gua mau ketemu dengan bu Adek."Gadis itu langsung keluar pantry dan menemui buk Adek di ruangannya."Bu!"seru Kallica sedikit keras di meja bu Adek."Ada apa Kallica? Sudahkah kamu membersihkan ruangan pak Bara?"tanya bu Adek.Kallica memutar mata muak mendengar nama Bara. Dia tidak memperdulikan pertanyaan bu Adek. Sekarang waktunya dia mengunggkapkan uneg-uneg nya."Bu, kenapa pak Egit dimutasi ke cabang lain? Bukankah ibu mengatakan beliau akan bersama kita. Lalu kenapa semuanya berubah,"ungkap Kallica dengan penuh emosi."Saya juga tidak tahu Kallica, semua keputusan ada di tangan atasan kita. Lagipula siapa kita? Yang penting kita masih bekerja dan masih bisa makan, pak Bara juga tidak galak-galak amat."Kallica menutup mata dengan keras."Jangan menyebut nama itu, Bu."Ketika bu Adek ingin menjawab ucapan Kallica, pembicaraan mereka berhenti karena telepon berdering."Ya, pak Bara,"sapa bu Adek.Lalu keningbya berkerut sambil menatap ke arah Kallica."Kallica ada di hadapan saya, pak!"Kallica menyatukan kedua telapak tangannya di dada, memohon kepada bu Adek agar jangan memberitahukan dimana dia berada. Namun, percuma bu Adek sudah terlanjur menyebutkan dimana keberadaanya."Baik, Pak! Saya akan mengatakannya kepada Kallica,"ucap bu Adek mengakhiri panggilan."Kamu diminta menemui pak Bara di ruangannya,"kata bu Adek menyampaikan perintah dari Bara."Nggak mau!"seru gadis itu lantang."Kenapa tidak mau? Kamu bisa dipecat lho.""Bagus deh! Itu yang saya harapkan, Bu. Saya tidak tahan lagi bekerja dengan monyet bekantan itu, bu Adek tolong pindahkan saya kemana gitu. Ke hotel cabang yang lain, asalkan tidak ada manusia seperti dia di sana,"kata Kallica memohon dengan setulus hati.Bu Adek nampak berpikir apa yang terjadi antara Kallica dan bos mereka Bara. Terlebih gadis itu berani melawan perintaj dan mengata-ngatai pak Bara."Kalian saling mengenal?"tanya bu Adek penasaran."Nggak!"seru Kallica cepat."Kalau tidak saling mengenal, kenapa mulut mu bisa mudah mengolok pak Bara. Kalau pak Bara tahu kamu menyebutnya monyet seperti itu. Saya yakin kamu tidak akan selamat dari kemarahan beliau. Bisa saja kamu akan kehilangan pekerjaanmu, Kallica.""Saya berharap bisa berhenti kerja di sini, tapi-"Belum sempat gadis itu melanjutkan kalimatnya, di melihat Bara akan menuju ke ruangan Bu Adek. Secepat mungkin dia berlari bersembunyi agar tidak terlihat oleh Bara. Dengan napas yang memburu, Kallica mencari tempat persembunyian yang menurutnya aman dari penglihatan Bara."Saya mohon Bu jangan mengatakan kepada dia kalau saya bersembunyi. Tolong selamatkan nyawa saya,"ucap Kallica berlebihan.Karena tidak sempat lagi untuk kekuar, karena pintu keluar cuman satu. Otomatis mereka pasti akan bedtemu jika Kallica memaksa lari keluar.Gadis itu bersembunyi di bawah kolong meja bu Adek, tubuhnya yang mungil mudah baginya untymuk bersembunyi."Selamat siang, Pak! Ada yang bisa saya bantu?"tanya bu Adek terdengar gugup."Bukankah saya meminta anda untuk menyuruh Kallica ke ruangan saya. Hampir dua puluh menit dan dia sama sekali tidak muncul. Dimana office girl itu?"tanya Bara tegas dan penuh wibawa.Bu Adek sedikit terguncang dia harus memilih antara dua pilihan. Memberitahukan keberadaan Kallica yang nantinya membuat gadis itu marah. Atau menyembunyikannya, tapi jika Bara tahu pekerjaannya yang terancam."Tadi dia mengatakan akan segera datang ke ruangan Bapak,"ucap bu Adek.Lain di mata lain di mulut, karena mata bu Adek memberitahukan kepada Bara kalau Kallica berada di bawah meja nya.Senyuman licik terukir di bibir Bara. "Menarik. Aku punya sesuatu untuknya.""Dia baru saja pergi, Pak," kata bu Adek melanjutkan agar terlihat menyakinkan untuk Kallica. Gadis itu menepuk dadanya lega karena buk Adek tidak memberitahukan kalau dia sedang bersembunyi.Tapi, tangan bu Adek tidak berhenti menunjuk ke bawah meja. Seketika Bara mengangguk menangkap sinyak yang diberikan."Kamu tidak makan siang?"tanya Bara berbasa-basi kepada bu Adek.Tujuannya adalah meminta bawahannya itu untuk menyingkir dan meninggalkan mereka berdua."Ini saya juga mau keluar, Pak. Kalau begitu saya istirahat makan siang dulu." Bu Adek langsung pergi dari mejanya tanpa menunggu Kallica keluar dari persembunyiannya. Bunyi jejak sepatu bu Adek semakin lama semakin menjauh. Kallica semakin lega karena Bara mempercayai ucapan bu Adek. Lima belas menit kemudia gadis itu keluar dari persembunyiannya. Seketika Kallica terkejut dengan apa yang ada di depannya."Kau mau bersembunyi dimana?"tanya Bara melipatkan tangannya di dada.Mereka saling memandang, sebelum Kallica berhasil kab
Ketika Bara menggesekan hidung mereka, saat itu juga Kallica sedang memikirkan cara untuk menyingkir dari kukungan tubuh pria tersebut. Sekali lagi Bara memekik keras karena Kallica menendang bagian tengah kaki Bara. Kallica langsung berdiri setelah tangan Bara terkulai dan merintih kesakitan."Berhenti menendang masa depanku, Kallica! Kenapa kau hobi sekali menyentuh si 'jarot' ku. Ini asetku yang paling berharga."Kallica mendengus kasar karena tidak paham apa yang dikatakan oleh Bara."Jarot?"tanya gadis itu polos.Bara kembali ke mode menyebalkannya, pria itu melingkarkan kedua kakinya layaknya duduk seperti bos. Walaupun dia memang bos Kallica."Kau tahu maksudku!"serunya mengedipkan mata. Langsung Kallica membuang muka mual.Kallica menggeleng tidak peduli." Ucapan yang keluar dari mulut mu itu tidak semua yang bisa kupahami."Gantian Bara yang mendengus karena kepolosan Kallica. Dengan santai pria tersebut melipat kedua tangannya di belakang kepala. Kakinya diselonjorkan menga
"Jasmine,"teriak Kallica saat bertemu dengan Jasmine di depan gang masuk kos-kosan mereka."Lu kenapa Kal? Lu kenapa lari? Lu dikejar satpol PP atau bagaimana? Kenapa pulang secepatnya ini? Lu nggak kabur dari tempat kerja, kan?"tanya Jasmine bertubi-tubi tanpa memikirkan kalau napas Kallica sudah ngos-ngosan."Cepetan lari!"seru Kallica menarik tangan Jasmine lalu berlari bersama menuju rumah kos mereka.Dengan gobloknya Jasmine ikut berlari bersama Kallica tanpa tahu alasan kenapa temannya itu seperti ini. Yang penting perintah sahabat harus dikerjakan."Napas gua sesak, Kal! Gua butuh oksigen bentar!"seru Jasmine sudah tidak tahan lagi, dia kelelahan.Kallica melirik ke sana-sini dan merasa posisinya sudah aman. Dengan menyandar menopang tubuhnya di dinding pagar rumah orang. Kallica meredakan sesak napas dan mengembalikan nyawanya yang hampir ikutan menghilang."Sudah aman,"ucapnya ngos-ngosan.Sedangkan Jasmine tidak kalah lelahnya, gadis itu tersandar dan belum mampu berkata apa
"Kallica bangun oi...bangun!"teriak Jasmine membahana di kamar kos mereka sampai ke langit ke tujuh.Kallica menarik selimut untuk menutupi tubuhnya lagi, sedangkan Jasmine menarik lagi ke bawah agar bisa membangunkan Kallica. Terjadi lah tarik menarik antara Kallica dan Jasmine."Sudah jam delapan Kal! Lu nggak kerja? Lu mau bolos? Yakin gua lu ada masalah di pekerjaan, sejak lu kabur tidak menentu kemarin, feeling gua mengatakan ada yang tidak beres!"serunya dengan penuh keyakinan."Gua hanya butuh hidup tenang sekarang! Lu berangkat dulua saja, Jasmine. Beri limat menit untuk mengembalikan nyawa setelah itu gua pergi ke kantor,"ucapnya memohon dengan sangat tulus.Jasmine semakin bingung memperhatikan sikap Kallica yang tidak biasanya. Padahal dia yang paling semangat bekerja setiap hari, berbeda dengan apa yang dilihatnya sekarang. Gafis itu sedikit berbeda dan tidak semangat untuk hidup lagi."Lu yakin baik-baik saja, Kal? Ada yang menindas lu di kantor? Coba lu sebutin deh biar
"Honey, aku datang." Suara pintu terbuka dan suara manja seorang wanita membuat Bara dan Kallica sama-sama terkejut.Mereka saling memandang ke arah pintu, kening Bara mengernyit sedangkan mata Kallica membola besar."Apakah aku terlambat?"tanya wanita itu lagi masih dengan nada yang manja. Lalu dengan angkuh masuk ke dalam ruangan Bara."Pakaian apa yang dikenakan wanita ini?"lirih Bara berbisik geram tapi di dengar oleh Kallica.Dengan tertawa mengejek Kallica menyela." Jangan sok kaget pak bos! Kan, anda sangat suka sekali dengan wanita yang mengenakan baju kekurangan bahan seperti yang di depan anda sekarang!"Kallica memperhatikan teman wanita Bara yang baru saja menyelamatkannya dari kukungan tubuh Bara. Gadis itu memiliki kaki jenjang yang menawan, body bak gitar spanyol, sedangkan wajahnya hasil permakan dokter. Nampak jelas terlihat itu tidak asli. Dengan make up yang sangat mencolok kalau Kallica boleh jujur."Dimana si babon ini menemukan ondel-ondel,"pikir Kallica tertawa.
Kallica tidak berhenti memandangi dengan wajah masam makanan yang baru saja dikirimi oleh bos sekaligus musuh bebuyutannya. Kalian tahu apa yang membuat Kallica menggeleng tidak percaya, porsi makanan itu sangat banyak yang sangat mustahil untuk Kallica menghabiskannya."Busyettt lu kelaparan apa gimana sih Kal? Pesan makanan sebanyak itu, udah tidak makan berapa minggu?"tanya Suci dengan mata membelak besar."Kalau lu mau ambil saja Suci, gua juga nggak bakalan habis sebanyak ini,"ucap Kallica menggerutu."Bara siluman setan ini benar-benar tidak punya otak. Bisa-bisanya dia mengirim makanan sebanyak ini,"tutur Kallica di dalam hati.Entah sudah berapa kali gadis itu mendengus kesal. Bahkan dia tidak bisa membedakan lagi entah Bara itu perhatian kepadanya atau hanya mengerjainya. Lamunan Kallica dihentakan oleh bunyi ponselnya yang nyaring.Tanpa memperhatikan siapa yang tengah menghubunginya, Kallica menjawab panggilan itu dengan suara datar."Iya, hallo selamat siang!""Sudahkah ka
"Mau lari kemana kau kecebong? Kau pikir bisa membodohiku untuk kedua kalinya?"kata Bara di dekat telinga Kallica.Pria itu menarik tas sandang Kallica, sampai tubuh Kallica tertarik ke belakang dengan kencang."Kau terlabat dua menit!"teriak Kallica meronta dari pegangan erat tangan Bara."Sudah waktu jam pulang ku dan aku tidak ingin lembur!"seru Kallica lagi."Ayo cepat ikut aku kembali ke kantor,"balas Bara yang tidak memperdulikan teriakan Kallica."Kalau kau tidak malu berteriak di jalanan, silahkan kau lakukan sampai urat leher mu putus dan suara mu habis,"ujar Bara lagi menarik Kallica yang berusaha melepaska tarikan keras dari tangan Bara.Dengan menghentak-hentakkan kakinya Kallica mengikuti Bara kembali ke ruangan kerja pria itu tanpa pakasaan lagi. "Kalau kau yang telat datang, kenapa aku yang kau siksa? Lagipula ruanganmu sudah aku bersihkan, untuk apa aku harus ikut lagi ke sana. Kalau kau ingin lembur! Lembur saja! Tidak perlu mengajakku!"teriak Kallica di dalam lift
Kallica PoV"Setelah ini, kau harus menemaniku makan malam,"ujarnya enteng se enteng isi dompetku."What the hell?"tanyaku setengah berteriak.Memang tiada otak si Bara monyet bekantan ini. Bisa-bisanya dia mengatur semuanya tanpa persetujuanku sama sekali."Kau sedang berkumur-kumur atau sedang mabuk? Kau gila atau bagaiaman Bara? Sebaiknya kau pulang dan beristirahat, lah. Sepertinya otakmu sedang dihinggapi banyak rayap makanya lenyap dari kepalamu,"ujarku dengan penuh penekanan.Dan kalian tahu apa respon manusia setengah siluman anjing ini. Ya, dia hanya mengulum senyumannya. Dia pikir dia memiliki senyuman paling manis di seantaro universe ini. Apa dia menganggpku badut, makanya setiap kali aku marah dan menyumpahinya dengan sumpah serapah, responnya pasti hanya tersenyum."Aku tidak lapar Kallica! Ayo cepat!"serunya mulai menarik tali tas punggungku.Aku berusaha menjangkau sesuatu yang bisa menahanku dri tarikan gorilla ini. Aku menggantungkan harapanku..eh salah tanganku di p
"Kau juga ikut!"serunya seenak jidatnya yang lebar tersebut.Aku melototi Bara."Hah!"Apa aku tidak salah dengar dengan apa yang telah dikatakan oleh manusi purba ini."Kau juga ikut,"ulangnya lagi menyakinkan ku."Kau gila!"seru ku.Aku tidak peduli beberapa sisa makanan yang ada di dalam mulut bisa keluar untuk menyembur wajah pas-pasan Bara."Ku peringatkan,Bara! Jangan seenak hidup mu mengatur kehidupan ku!"seru ku tertahan.Aku masih punya malu agar tidak bersikap layaknya wanita bar-bar. Tapi sepertinya bos yang paling kubenci ini, mampu membuat sikap itu keluar daei jiwa ku seketika.Pria itu malah tersenyum manis dan seolah tidak peduli dengan kemarahan ku. Bahunya terguncang karena tertawa, itu semakin membuatku melototinya."Apanya yang lucu, babon!"seruku kepadanya."Berhenti melototiku seperti itu, Kallica! Tampang mu sekarang serasa ingin memakanku.""Bagus kau sadar!""Tenanglah Kal, itu mustahil rasanya aku membawamu. Aku yakin wanita sepertimu tidak mempunyai paspor. K
Kallica PoV"Setelah ini, kau harus menemaniku makan malam,"ujarnya enteng se enteng isi dompetku."What the hell?"tanyaku setengah berteriak.Memang tiada otak si Bara monyet bekantan ini. Bisa-bisanya dia mengatur semuanya tanpa persetujuanku sama sekali."Kau sedang berkumur-kumur atau sedang mabuk? Kau gila atau bagaiaman Bara? Sebaiknya kau pulang dan beristirahat, lah. Sepertinya otakmu sedang dihinggapi banyak rayap makanya lenyap dari kepalamu,"ujarku dengan penuh penekanan.Dan kalian tahu apa respon manusia setengah siluman anjing ini. Ya, dia hanya mengulum senyumannya. Dia pikir dia memiliki senyuman paling manis di seantaro universe ini. Apa dia menganggpku badut, makanya setiap kali aku marah dan menyumpahinya dengan sumpah serapah, responnya pasti hanya tersenyum."Aku tidak lapar Kallica! Ayo cepat!"serunya mulai menarik tali tas punggungku.Aku berusaha menjangkau sesuatu yang bisa menahanku dri tarikan gorilla ini. Aku menggantungkan harapanku..eh salah tanganku di p
"Mau lari kemana kau kecebong? Kau pikir bisa membodohiku untuk kedua kalinya?"kata Bara di dekat telinga Kallica.Pria itu menarik tas sandang Kallica, sampai tubuh Kallica tertarik ke belakang dengan kencang."Kau terlabat dua menit!"teriak Kallica meronta dari pegangan erat tangan Bara."Sudah waktu jam pulang ku dan aku tidak ingin lembur!"seru Kallica lagi."Ayo cepat ikut aku kembali ke kantor,"balas Bara yang tidak memperdulikan teriakan Kallica."Kalau kau tidak malu berteriak di jalanan, silahkan kau lakukan sampai urat leher mu putus dan suara mu habis,"ujar Bara lagi menarik Kallica yang berusaha melepaska tarikan keras dari tangan Bara.Dengan menghentak-hentakkan kakinya Kallica mengikuti Bara kembali ke ruangan kerja pria itu tanpa pakasaan lagi. "Kalau kau yang telat datang, kenapa aku yang kau siksa? Lagipula ruanganmu sudah aku bersihkan, untuk apa aku harus ikut lagi ke sana. Kalau kau ingin lembur! Lembur saja! Tidak perlu mengajakku!"teriak Kallica di dalam lift
Kallica tidak berhenti memandangi dengan wajah masam makanan yang baru saja dikirimi oleh bos sekaligus musuh bebuyutannya. Kalian tahu apa yang membuat Kallica menggeleng tidak percaya, porsi makanan itu sangat banyak yang sangat mustahil untuk Kallica menghabiskannya."Busyettt lu kelaparan apa gimana sih Kal? Pesan makanan sebanyak itu, udah tidak makan berapa minggu?"tanya Suci dengan mata membelak besar."Kalau lu mau ambil saja Suci, gua juga nggak bakalan habis sebanyak ini,"ucap Kallica menggerutu."Bara siluman setan ini benar-benar tidak punya otak. Bisa-bisanya dia mengirim makanan sebanyak ini,"tutur Kallica di dalam hati.Entah sudah berapa kali gadis itu mendengus kesal. Bahkan dia tidak bisa membedakan lagi entah Bara itu perhatian kepadanya atau hanya mengerjainya. Lamunan Kallica dihentakan oleh bunyi ponselnya yang nyaring.Tanpa memperhatikan siapa yang tengah menghubunginya, Kallica menjawab panggilan itu dengan suara datar."Iya, hallo selamat siang!""Sudahkah ka
"Honey, aku datang." Suara pintu terbuka dan suara manja seorang wanita membuat Bara dan Kallica sama-sama terkejut.Mereka saling memandang ke arah pintu, kening Bara mengernyit sedangkan mata Kallica membola besar."Apakah aku terlambat?"tanya wanita itu lagi masih dengan nada yang manja. Lalu dengan angkuh masuk ke dalam ruangan Bara."Pakaian apa yang dikenakan wanita ini?"lirih Bara berbisik geram tapi di dengar oleh Kallica.Dengan tertawa mengejek Kallica menyela." Jangan sok kaget pak bos! Kan, anda sangat suka sekali dengan wanita yang mengenakan baju kekurangan bahan seperti yang di depan anda sekarang!"Kallica memperhatikan teman wanita Bara yang baru saja menyelamatkannya dari kukungan tubuh Bara. Gadis itu memiliki kaki jenjang yang menawan, body bak gitar spanyol, sedangkan wajahnya hasil permakan dokter. Nampak jelas terlihat itu tidak asli. Dengan make up yang sangat mencolok kalau Kallica boleh jujur."Dimana si babon ini menemukan ondel-ondel,"pikir Kallica tertawa.
"Kallica bangun oi...bangun!"teriak Jasmine membahana di kamar kos mereka sampai ke langit ke tujuh.Kallica menarik selimut untuk menutupi tubuhnya lagi, sedangkan Jasmine menarik lagi ke bawah agar bisa membangunkan Kallica. Terjadi lah tarik menarik antara Kallica dan Jasmine."Sudah jam delapan Kal! Lu nggak kerja? Lu mau bolos? Yakin gua lu ada masalah di pekerjaan, sejak lu kabur tidak menentu kemarin, feeling gua mengatakan ada yang tidak beres!"serunya dengan penuh keyakinan."Gua hanya butuh hidup tenang sekarang! Lu berangkat dulua saja, Jasmine. Beri limat menit untuk mengembalikan nyawa setelah itu gua pergi ke kantor,"ucapnya memohon dengan sangat tulus.Jasmine semakin bingung memperhatikan sikap Kallica yang tidak biasanya. Padahal dia yang paling semangat bekerja setiap hari, berbeda dengan apa yang dilihatnya sekarang. Gafis itu sedikit berbeda dan tidak semangat untuk hidup lagi."Lu yakin baik-baik saja, Kal? Ada yang menindas lu di kantor? Coba lu sebutin deh biar
"Jasmine,"teriak Kallica saat bertemu dengan Jasmine di depan gang masuk kos-kosan mereka."Lu kenapa Kal? Lu kenapa lari? Lu dikejar satpol PP atau bagaimana? Kenapa pulang secepatnya ini? Lu nggak kabur dari tempat kerja, kan?"tanya Jasmine bertubi-tubi tanpa memikirkan kalau napas Kallica sudah ngos-ngosan."Cepetan lari!"seru Kallica menarik tangan Jasmine lalu berlari bersama menuju rumah kos mereka.Dengan gobloknya Jasmine ikut berlari bersama Kallica tanpa tahu alasan kenapa temannya itu seperti ini. Yang penting perintah sahabat harus dikerjakan."Napas gua sesak, Kal! Gua butuh oksigen bentar!"seru Jasmine sudah tidak tahan lagi, dia kelelahan.Kallica melirik ke sana-sini dan merasa posisinya sudah aman. Dengan menyandar menopang tubuhnya di dinding pagar rumah orang. Kallica meredakan sesak napas dan mengembalikan nyawanya yang hampir ikutan menghilang."Sudah aman,"ucapnya ngos-ngosan.Sedangkan Jasmine tidak kalah lelahnya, gadis itu tersandar dan belum mampu berkata apa
Ketika Bara menggesekan hidung mereka, saat itu juga Kallica sedang memikirkan cara untuk menyingkir dari kukungan tubuh pria tersebut. Sekali lagi Bara memekik keras karena Kallica menendang bagian tengah kaki Bara. Kallica langsung berdiri setelah tangan Bara terkulai dan merintih kesakitan."Berhenti menendang masa depanku, Kallica! Kenapa kau hobi sekali menyentuh si 'jarot' ku. Ini asetku yang paling berharga."Kallica mendengus kasar karena tidak paham apa yang dikatakan oleh Bara."Jarot?"tanya gadis itu polos.Bara kembali ke mode menyebalkannya, pria itu melingkarkan kedua kakinya layaknya duduk seperti bos. Walaupun dia memang bos Kallica."Kau tahu maksudku!"serunya mengedipkan mata. Langsung Kallica membuang muka mual.Kallica menggeleng tidak peduli." Ucapan yang keluar dari mulut mu itu tidak semua yang bisa kupahami."Gantian Bara yang mendengus karena kepolosan Kallica. Dengan santai pria tersebut melipat kedua tangannya di belakang kepala. Kakinya diselonjorkan menga
"Dia baru saja pergi, Pak," kata bu Adek melanjutkan agar terlihat menyakinkan untuk Kallica. Gadis itu menepuk dadanya lega karena buk Adek tidak memberitahukan kalau dia sedang bersembunyi.Tapi, tangan bu Adek tidak berhenti menunjuk ke bawah meja. Seketika Bara mengangguk menangkap sinyak yang diberikan."Kamu tidak makan siang?"tanya Bara berbasa-basi kepada bu Adek.Tujuannya adalah meminta bawahannya itu untuk menyingkir dan meninggalkan mereka berdua."Ini saya juga mau keluar, Pak. Kalau begitu saya istirahat makan siang dulu." Bu Adek langsung pergi dari mejanya tanpa menunggu Kallica keluar dari persembunyiannya. Bunyi jejak sepatu bu Adek semakin lama semakin menjauh. Kallica semakin lega karena Bara mempercayai ucapan bu Adek. Lima belas menit kemudia gadis itu keluar dari persembunyiannya. Seketika Kallica terkejut dengan apa yang ada di depannya."Kau mau bersembunyi dimana?"tanya Bara melipatkan tangannya di dada.Mereka saling memandang, sebelum Kallica berhasil kab