Bara pulang ke rumah dengan senyuman yang tidak memudar di wajahnya. Dia masuk ke dalam rumah dengan bersenandung sambil memainkan kunci mobil di jarinya.
"Selamat sore mamaku sayang,"panggil Bara ketika melewati ruang tamu.Andrea dan Azka yang sedang berbisik menghentikan pembicaraan mereka dengan melirik Bara bersamaan. Bara menaikkan kedua alis matanya menatap curiga kepada mereka. Lalu, pria itu menyipitkan mata, hatinya yang tadinya berbunga-bunga lenyap seketika."Ada apa?"tanya Bara sangat penasaran."Kamu pulang bahagia sekali, apakah kamu senang dengan tempat kerja barumu?" Andrea menjawab pertanyaan Bara dengan pertanyaan lagi.Seketika Bara melupakan kecurigaannya kepada kedua orangtuanya."Sangat menyenangkan, aku disambut dengan penuh ceria di sana. Bahkan, mereka sangat sopan kepadaku."Di dalam hati Bara berkata." Tidak semuanya! Ada satu karyawan yang secara terang-terangan melawanku. Gadis bertubuh mungil tapi nyalinya tidak sependek ukuran tubuhnya." Bara menghela napas frustasi."Syukurlah kalau seperti itu, papa senang mendengarnya. Tadi pagi, kami sedikit khawatir karena bagaimana pun juga Pak Egit sangat disenangi oleh semua karyawannya. Papa takut kamu menerima perlakuan buruk, terlebih kamu yang minim pengalaman ini,"sela Azka menjelaskan kekhawatirannya."Papa sebenarnya memberi perhatian atau hanya ingin mengolokku,"ucap Bara merasa terhantam hulu hatinya. Kalimat terkahir Azka yang mengatakan dia tidak berpengalaman itu sangat tidak enak di dengar."Kan, memang seperti itu kenyataannya, memang kamu punya pengalam apa?"tanya Andrea menyela.Bara mendengus."Ma, jangan mulai lagi.""Duduk di sini! Mama ingin berbicara secara serius dan tidak ada sedikitpun bercanda kepadamu,"kata Andrea melanjutkan.Bara melirik Azka, papanya itu hanya mengangguk sekali. Kalau sudah seperti ini berarti mamanya benar-benar ingin berbicara serius. Bara mengambil duduk di depan kedua orangtuanya."Kami berdua sudah memutuskan lebih baik kamu kami jodohkan daripada hidupmu tidak punya arah seperti ini,"ucap Andrea begitu enteng sampai Bara sesak napas mendengarnya.Sekali lagi Bara mendengus."Ya Tuhan mama! Apa-apaan dengan semua ini. Baru saja mama dan papa memintaku bekerja di perusahaan papa. Padahal aku ingin bekerja di luar negeri, ya..walaupun aku tidak menyesali nya. Bahkan, belum sempat dua puluh empat jam berlalu. Mama kembaki meminta padaku untuk menikah.""Belum menikah, mungkin pengenalan saja dulu lebih tepatnya,"sela Andrea meluruskan maksudnya."Sama saja mama, memangnya kalau sudah bertemu, perkenalan dan jodoh-menjodohkan pasti ujung-ujungnya menikah, kan?""Kalau kamu ingin segera menikah pun juga mama nggak nolak."Bara mengusap wajahnya nampak sudah menyerah dengan keinginan terbesar mamanya."Mama nggak punya cita-cita lain selain memaksaku menikah? Kalau mama ngebet sekali punya cucu minta sama Cherea, dari tampangnya dia pasti semangat sekali memberikan mama puluhan pasang cucu,"ucap Bara tertahan, karena dia takut mamanya akan mulai mereog."Lah, kenapa aku yang bang Bara bawa-bawa,"sela Cherea di balik tubuh Bara."Sore mama dan papa,"sapa Cherea memeluk keduanya secara bergantian.Ketika Bara mulai merentangkan tangan untuk memeluk Cherea. Gadis itu adalah adik kesayangan Bara, Cherea sama sekali tidak memperdulikan Bara."Kamu tidak mau memelukku?"tanya Bara menantang."Nggak, abang bau,"jawab Cherea memeluk Azka."Diam dulu Rea, mama harus tuntaskan permasalahan abang mu hari ini jug,"sela Andrea lagi.Bara menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa lelah. Dia pikir mamanya sudah mulai lupa dengan topik permasalahan tadi."Atau begini saja Bara, anakku sayang,"ucap Andrea melanjutkan."Ma,"sel Bara cepat."Mama jangan memanggilku seperti itu, aku merinding dan perasaanku semakin diaduk-aduk."Cherea tertawa mengejek di dalam pelukan Azka."Atau kita membuat janji ke salah satu ustad bagaimana?"Andrea sepertinya tidak memperdulikan wajah Bara yang mulai berubah-ubah. Mulai dari wajah bingung, kesal, pasrah, lalu menggelikan dan kembali bingung lagi."Ustad untuk?"tanya Bara lembut."Untuk apalagi kalau bukan meruqyah kamu. Mama yakin kamu diberi sihir penghalang jodoh.""Mama!"seru Bara tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya.Sedangkan Cherea dan Azka menahan tawa mereka melihat wajah Bara yang sudah menyerah."Papa jangan tertawa saja, tolong bantu aku meluruskan kepada mama."Azka mengedikan bahu."Papa sudah berusaha, tetapi mama mu yang selalu menjadi pemenangnya,"jawab Azka yang tidak ingin disalahkan."Kamu maunya apa Bara? Dijodohkan tidak, ruqyah pun juga tidak mau. Mama bingung,"Bara merasa tengkuknya mulai berat, kepalanya sudah mulai berkunang-kunang. Semakin lama dia mendengarkan perkataan mamanya, pria itu yakin dia akan pingsan beberapa saat lagi."Mama takut,"kata Andrea melanjutkan."Takut apa?"tanya Bara."Takut kalau kamu..hm..kalau kamu tidak tertarik dengan perempuan,"jawab Andrea tanpa merasa bersalah."Astagfirullah."untuk pertama kalinya Bara mengucap.Cherea sudah tidak bisa menahan lagi tawanya. Wajah Bara yang sudah nampak tersiksa dan wajah mamanya yang juga tidak ada tanda-tanda bercanda. Itu perpaduan yang sangat lucu untuk ditonton."Ma, aku ingin istirahat sebentar dan juga mandi, aku ke kamar dulu,"kata Bara pamit beranjak sebelum dia benar-benar gila."Benar kata mama kan, Pa. Bara itu gay,"ungkap Andrea mengadu kepada Azka.Bara yang baru beberapa langkah menjauh, mendengar jelas semua tuduhan yang dilayangkan oleh mama kandungnya sendiri."Ma,"panggil Bara memutar tubuhnya lagi."Se-frustasi itu mama sampai menuduh ku tidak tertarik kepada wanita."Bara mendengus kesal setengah mati."Sudah Bara kamu ke istirahat, kita hentikan pembicaraan ini."Azka akhirnya melerai perdebatan yang mulai mengarah kepada yang lain.***Kallica menghela napas lelah menatap gedung hotel yang tinggi menjulang di hadapannya. Dulu, sebelum musuh bebuyutannya itu datang dan merusak pekerjaan Kallica. Gadis itu selalu bahagia pergi ke kantor, berbeda dengan hari ini kakinya begitu berat melangkah ke dalam gedung."Bara sialan, kau masih sama brengsek seperti dahulu. Malaikat maut saja enggan menjemputmu secepatnya,"ucap Kallica mendengus dan ingin rasanya menangis.Gadis itu menghentak-hentakan kakinya masuk ke dalam gedung. Selama perjalanan ke dalam, Kallica berpikir keras mencari ide untuk membuat bos nya itu marah.Di lain tempat di hari yang sama,Bara sudah duduk santai di kursi kekuasaanya di kantor. Dia bertopang dagu di atas meja kerjanya sambil menatap tajam ke arah pintu. Sesekali dia melirik jam tangannya, sudah menunjukan pukul sepuluh pagi. Tapi Kallica tidak nampak puncak hidungnya."Aku akan menunggu sepuluh menit lagi. Jika dia tidak datang lihat saja apa yang akan aku lakukan,"ungkap Bara merutuk.Sejak pukul delapan pagi tadi, pria itu selalu mengatakan sepuluh menit sampai akhirnya dua jam sudah dia menantikan Kallica.Pria itu mengubah posisi duduknya, menyandar ke sandaran kursi dengan menghentak-hentak jarinya di atas meja. Dia sudah mulai bosan, tapi ketika terdengar bunyi klik di ganggang pintunya pria itu merobah posisi duduk lebih tegap lagi.Kallica yang baru masuk dengan membawa alat-alat kebersihannya, langsung melongoskan wajahnya membuang muka dari Bara."Kau telat dua jam,"ucap Bara."Bodoh amat," tutur Kallica di dalam hati. Dia ingin berteriak, tapi ini masih terlalu pagi untuk marah. Kalau paginya di awali dengan marah, pastinya sampai malam nanti gadis itu akan badmood."Kau mendengarku Kallica!"Kallica tetap melanjutkan membersihkan sudut ruangan Bara, tanpa mengindahkan ucapan Bara sedikit pun."Kalau kau berani telat besok, aku akan memotong gajinya lima puluh ribu rupiah per jam nya."Seketika lirikan mata membunuh Kallica menghunus mata Bara. Gadis itu melempar kemocengnya ke arah lantai."Kau!"suara Kallica naik empat oktaf."Kau monyet bekantan, bisakah kau pagi ini tidak mengusik hidupku. Yang penting aku sudah membersihkan ruangamu ini!""Kau telat dua jam,"ucap Bara mengulang."Kau bodoh atau goblok,hah? Kau bisa melihat di absen bahwa aku sudah datang ke kantor sejak jam tujuh tadi pagi.""Lalu kemana saja kau selama dua jam?"tanya Bara menyelidik."Tiduran di pantry, masalah buat lu Bara.""Aku serius Kallica, bukankah dalam kontrak kerja itu kau harus datang jam delapan pagi dan sudah membersihkan ruanganku."Kallica mengedikan bahunya tidak peduli."Minggir pak bos, saya akan membersihkan meja anda. Sebaiknya anda jangan banyak bicara nanti kemasukan debu. Anda bisa sesak napas dan bisa meninggal. Walaupun saya menginginkan kematian anda, saya juga malas menjadi saksi nantinya,"ucap Kallica melirik Bara sekilas.Bara tertawa sinis." Baiklah, karena kau telat dua jam, maka untuk hukumannya kau harus membersihkan apartemenku nanti siang.""Apa!"teriak Kallica.Bara menutup kupingnya dan pura-pura mengerjakan sesuatu." Jangan berteriak Kallica aku tidak tuli. Sudah berapa kali aku katakan ruangan ini cukup kedap suara. Walau kau bergumam menyumpahiku di dalam hati, aku masih bisa mendengarkannya.""Oh kau geladah babon manusia setengah siluman anjing. Aku bukan pembantumu sialan! Aku melamar pekerjaan bukan untuk di rumamu!"Bara berhenti menulis dan menatap Kallica." Kan, dalam surat perjanjian kerja yang telah kau tandatangani berbunyi, bahwa kau bersedia menerima apa pun semua perintah dariku tanpa alasan apa pun.""Aku tidak sudi menginjakkan kaki di rumah mu itu. Kalau aku tidak mau, apa yang akan kau lakukan,hah?"tanya Kallica menantang.Bibir Bara mencebik dan memiringkan kepalanya menatap Kallica. Senyuman jahil diperlihatkan nya."Itu gampang sekali ndut, aku akan memaksamu. Kalau kau tidak keberatan aku akan menyeretmu masuk ke dalam mobilku. Mari kita lihat seberapa kuat kau menantangku kecebong."Kallica mendekati meja Bara, gadis itu tanpa rasa takut berlagak pinggang di hadapan pria tersebut."Jangan meremehkanku babon, mari kita lihat saja nanti siang. Apakah kau mampu menyeretku mengikuti semua perintah gila mu itu. Memangnya sudah berapa lama kau mengenalku? Belum sekalipun aku mengalah denganmu, kalau kau lupa akan aku ingatkan!"seru Kallica tanpa merasa takut sekalipun.Bara berdiri dari duduknya, pria itu mengitari meja dan mendekati Kallica. Kallica bergerak cepat dengan melangkah menjauhi Bara. Semakin Bara mendekat, maka semakin Kallica mundur ke belakang. Langkah gadis itu terhenti karena terhalang sofa di ruangan Bara.Dengan senyuman yang mampu membuat asam lambung Kallica kambuh. Bara berdiri sangat dekat dengan gadis tersebut."Semakin kau menantang maka semakin membuatku tertantang untuk menaklukanmu,"ucap Bara berbisik.Gadis itu terasa mengecil ketika Bara berdiri di dekatnya. Tinggi badan Bara membuat Kallica harus mengadah menatapnya. Posisi mereka yang cukup dekat ini mampu membuat hati Kallica geram dan ingin membunuh pria yang menjadi boss nya secara mendadak tersebut."Jangan selalu menentangku my cupcake,"lirih Bara.Kallica bahkan sampai lupa bernapas, terlebih Bara sudah mengurungnya dengan tubuhnya yang besar dan berotot.Kallica memutar bola mata, dia jengah mendengar panggilan sok manis dari bibir Bara. "Menjauh dariku!"seru Kallica menantang Bara dengan mata menyala.Bukannya menjauh, pria itu malah semakin sengaja menyudutkan Kallica. Dengan bibir terkulum Bara mendekati Kallica seinci-seinci.Bara menahan sakit di selakangannya saat lutut Kallica tepat menendang di tengah tubuh Bara."Menyingkir kau siluman setengah anjing!" Serunya keras.Pria itu masih menahan sakit pada selangkangannya. Bahkan saking sakitnya, Bara hanya bisa menunduk sambil melirih. Sedangkan Kallica segera menja
"Dia baru saja pergi, Pak," kata bu Adek melanjutkan agar terlihat menyakinkan untuk Kallica. Gadis itu menepuk dadanya lega karena buk Adek tidak memberitahukan kalau dia sedang bersembunyi.Tapi, tangan bu Adek tidak berhenti menunjuk ke bawah meja. Seketika Bara mengangguk menangkap sinyak yang diberikan."Kamu tidak makan siang?"tanya Bara berbasa-basi kepada bu Adek.Tujuannya adalah meminta bawahannya itu untuk menyingkir dan meninggalkan mereka berdua."Ini saya juga mau keluar, Pak. Kalau begitu saya istirahat makan siang dulu." Bu Adek langsung pergi dari mejanya tanpa menunggu Kallica keluar dari persembunyiannya. Bunyi jejak sepatu bu Adek semakin lama semakin menjauh. Kallica semakin lega karena Bara mempercayai ucapan bu Adek. Lima belas menit kemudia gadis itu keluar dari persembunyiannya. Seketika Kallica terkejut dengan apa yang ada di depannya."Kau mau bersembunyi dimana?"tanya Bara melipatkan tangannya di dada.Mereka saling memandang, sebelum Kallica berhasil kab
Ketika Bara menggesekan hidung mereka, saat itu juga Kallica sedang memikirkan cara untuk menyingkir dari kukungan tubuh pria tersebut. Sekali lagi Bara memekik keras karena Kallica menendang bagian tengah kaki Bara. Kallica langsung berdiri setelah tangan Bara terkulai dan merintih kesakitan."Berhenti menendang masa depanku, Kallica! Kenapa kau hobi sekali menyentuh si 'jarot' ku. Ini asetku yang paling berharga."Kallica mendengus kasar karena tidak paham apa yang dikatakan oleh Bara."Jarot?"tanya gadis itu polos.Bara kembali ke mode menyebalkannya, pria itu melingkarkan kedua kakinya layaknya duduk seperti bos. Walaupun dia memang bos Kallica."Kau tahu maksudku!"serunya mengedipkan mata. Langsung Kallica membuang muka mual.Kallica menggeleng tidak peduli." Ucapan yang keluar dari mulut mu itu tidak semua yang bisa kupahami."Gantian Bara yang mendengus karena kepolosan Kallica. Dengan santai pria tersebut melipat kedua tangannya di belakang kepala. Kakinya diselonjorkan menga
"Jasmine,"teriak Kallica saat bertemu dengan Jasmine di depan gang masuk kos-kosan mereka."Lu kenapa Kal? Lu kenapa lari? Lu dikejar satpol PP atau bagaimana? Kenapa pulang secepatnya ini? Lu nggak kabur dari tempat kerja, kan?"tanya Jasmine bertubi-tubi tanpa memikirkan kalau napas Kallica sudah ngos-ngosan."Cepetan lari!"seru Kallica menarik tangan Jasmine lalu berlari bersama menuju rumah kos mereka.Dengan gobloknya Jasmine ikut berlari bersama Kallica tanpa tahu alasan kenapa temannya itu seperti ini. Yang penting perintah sahabat harus dikerjakan."Napas gua sesak, Kal! Gua butuh oksigen bentar!"seru Jasmine sudah tidak tahan lagi, dia kelelahan.Kallica melirik ke sana-sini dan merasa posisinya sudah aman. Dengan menyandar menopang tubuhnya di dinding pagar rumah orang. Kallica meredakan sesak napas dan mengembalikan nyawanya yang hampir ikutan menghilang."Sudah aman,"ucapnya ngos-ngosan.Sedangkan Jasmine tidak kalah lelahnya, gadis itu tersandar dan belum mampu berkata apa
"Kallica bangun oi...bangun!"teriak Jasmine membahana di kamar kos mereka sampai ke langit ke tujuh.Kallica menarik selimut untuk menutupi tubuhnya lagi, sedangkan Jasmine menarik lagi ke bawah agar bisa membangunkan Kallica. Terjadi lah tarik menarik antara Kallica dan Jasmine."Sudah jam delapan Kal! Lu nggak kerja? Lu mau bolos? Yakin gua lu ada masalah di pekerjaan, sejak lu kabur tidak menentu kemarin, feeling gua mengatakan ada yang tidak beres!"serunya dengan penuh keyakinan."Gua hanya butuh hidup tenang sekarang! Lu berangkat dulua saja, Jasmine. Beri limat menit untuk mengembalikan nyawa setelah itu gua pergi ke kantor,"ucapnya memohon dengan sangat tulus.Jasmine semakin bingung memperhatikan sikap Kallica yang tidak biasanya. Padahal dia yang paling semangat bekerja setiap hari, berbeda dengan apa yang dilihatnya sekarang. Gafis itu sedikit berbeda dan tidak semangat untuk hidup lagi."Lu yakin baik-baik saja, Kal? Ada yang menindas lu di kantor? Coba lu sebutin deh biar
"Honey, aku datang." Suara pintu terbuka dan suara manja seorang wanita membuat Bara dan Kallica sama-sama terkejut.Mereka saling memandang ke arah pintu, kening Bara mengernyit sedangkan mata Kallica membola besar."Apakah aku terlambat?"tanya wanita itu lagi masih dengan nada yang manja. Lalu dengan angkuh masuk ke dalam ruangan Bara."Pakaian apa yang dikenakan wanita ini?"lirih Bara berbisik geram tapi di dengar oleh Kallica.Dengan tertawa mengejek Kallica menyela." Jangan sok kaget pak bos! Kan, anda sangat suka sekali dengan wanita yang mengenakan baju kekurangan bahan seperti yang di depan anda sekarang!"Kallica memperhatikan teman wanita Bara yang baru saja menyelamatkannya dari kukungan tubuh Bara. Gadis itu memiliki kaki jenjang yang menawan, body bak gitar spanyol, sedangkan wajahnya hasil permakan dokter. Nampak jelas terlihat itu tidak asli. Dengan make up yang sangat mencolok kalau Kallica boleh jujur."Dimana si babon ini menemukan ondel-ondel,"pikir Kallica tertawa.
Kallica tidak berhenti memandangi dengan wajah masam makanan yang baru saja dikirimi oleh bos sekaligus musuh bebuyutannya. Kalian tahu apa yang membuat Kallica menggeleng tidak percaya, porsi makanan itu sangat banyak yang sangat mustahil untuk Kallica menghabiskannya."Busyettt lu kelaparan apa gimana sih Kal? Pesan makanan sebanyak itu, udah tidak makan berapa minggu?"tanya Suci dengan mata membelak besar."Kalau lu mau ambil saja Suci, gua juga nggak bakalan habis sebanyak ini,"ucap Kallica menggerutu."Bara siluman setan ini benar-benar tidak punya otak. Bisa-bisanya dia mengirim makanan sebanyak ini,"tutur Kallica di dalam hati.Entah sudah berapa kali gadis itu mendengus kesal. Bahkan dia tidak bisa membedakan lagi entah Bara itu perhatian kepadanya atau hanya mengerjainya. Lamunan Kallica dihentakan oleh bunyi ponselnya yang nyaring.Tanpa memperhatikan siapa yang tengah menghubunginya, Kallica menjawab panggilan itu dengan suara datar."Iya, hallo selamat siang!""Sudahkah ka
"Mau lari kemana kau kecebong? Kau pikir bisa membodohiku untuk kedua kalinya?"kata Bara di dekat telinga Kallica.Pria itu menarik tas sandang Kallica, sampai tubuh Kallica tertarik ke belakang dengan kencang."Kau terlabat dua menit!"teriak Kallica meronta dari pegangan erat tangan Bara."Sudah waktu jam pulang ku dan aku tidak ingin lembur!"seru Kallica lagi."Ayo cepat ikut aku kembali ke kantor,"balas Bara yang tidak memperdulikan teriakan Kallica."Kalau kau tidak malu berteriak di jalanan, silahkan kau lakukan sampai urat leher mu putus dan suara mu habis,"ujar Bara lagi menarik Kallica yang berusaha melepaska tarikan keras dari tangan Bara.Dengan menghentak-hentakkan kakinya Kallica mengikuti Bara kembali ke ruangan kerja pria itu tanpa pakasaan lagi. "Kalau kau yang telat datang, kenapa aku yang kau siksa? Lagipula ruanganmu sudah aku bersihkan, untuk apa aku harus ikut lagi ke sana. Kalau kau ingin lembur! Lembur saja! Tidak perlu mengajakku!"teriak Kallica di dalam lift
"Kau juga ikut!"serunya seenak jidatnya yang lebar tersebut.Aku melototi Bara."Hah!"Apa aku tidak salah dengar dengan apa yang telah dikatakan oleh manusi purba ini."Kau juga ikut,"ulangnya lagi menyakinkan ku."Kau gila!"seru ku.Aku tidak peduli beberapa sisa makanan yang ada di dalam mulut bisa keluar untuk menyembur wajah pas-pasan Bara."Ku peringatkan,Bara! Jangan seenak hidup mu mengatur kehidupan ku!"seru ku tertahan.Aku masih punya malu agar tidak bersikap layaknya wanita bar-bar. Tapi sepertinya bos yang paling kubenci ini, mampu membuat sikap itu keluar daei jiwa ku seketika.Pria itu malah tersenyum manis dan seolah tidak peduli dengan kemarahan ku. Bahunya terguncang karena tertawa, itu semakin membuatku melototinya."Apanya yang lucu, babon!"seruku kepadanya."Berhenti melototiku seperti itu, Kallica! Tampang mu sekarang serasa ingin memakanku.""Bagus kau sadar!""Tenanglah Kal, itu mustahil rasanya aku membawamu. Aku yakin wanita sepertimu tidak mempunyai paspor. K
Kallica PoV"Setelah ini, kau harus menemaniku makan malam,"ujarnya enteng se enteng isi dompetku."What the hell?"tanyaku setengah berteriak.Memang tiada otak si Bara monyet bekantan ini. Bisa-bisanya dia mengatur semuanya tanpa persetujuanku sama sekali."Kau sedang berkumur-kumur atau sedang mabuk? Kau gila atau bagaiaman Bara? Sebaiknya kau pulang dan beristirahat, lah. Sepertinya otakmu sedang dihinggapi banyak rayap makanya lenyap dari kepalamu,"ujarku dengan penuh penekanan.Dan kalian tahu apa respon manusia setengah siluman anjing ini. Ya, dia hanya mengulum senyumannya. Dia pikir dia memiliki senyuman paling manis di seantaro universe ini. Apa dia menganggpku badut, makanya setiap kali aku marah dan menyumpahinya dengan sumpah serapah, responnya pasti hanya tersenyum."Aku tidak lapar Kallica! Ayo cepat!"serunya mulai menarik tali tas punggungku.Aku berusaha menjangkau sesuatu yang bisa menahanku dri tarikan gorilla ini. Aku menggantungkan harapanku..eh salah tanganku di p
"Mau lari kemana kau kecebong? Kau pikir bisa membodohiku untuk kedua kalinya?"kata Bara di dekat telinga Kallica.Pria itu menarik tas sandang Kallica, sampai tubuh Kallica tertarik ke belakang dengan kencang."Kau terlabat dua menit!"teriak Kallica meronta dari pegangan erat tangan Bara."Sudah waktu jam pulang ku dan aku tidak ingin lembur!"seru Kallica lagi."Ayo cepat ikut aku kembali ke kantor,"balas Bara yang tidak memperdulikan teriakan Kallica."Kalau kau tidak malu berteriak di jalanan, silahkan kau lakukan sampai urat leher mu putus dan suara mu habis,"ujar Bara lagi menarik Kallica yang berusaha melepaska tarikan keras dari tangan Bara.Dengan menghentak-hentakkan kakinya Kallica mengikuti Bara kembali ke ruangan kerja pria itu tanpa pakasaan lagi. "Kalau kau yang telat datang, kenapa aku yang kau siksa? Lagipula ruanganmu sudah aku bersihkan, untuk apa aku harus ikut lagi ke sana. Kalau kau ingin lembur! Lembur saja! Tidak perlu mengajakku!"teriak Kallica di dalam lift
Kallica tidak berhenti memandangi dengan wajah masam makanan yang baru saja dikirimi oleh bos sekaligus musuh bebuyutannya. Kalian tahu apa yang membuat Kallica menggeleng tidak percaya, porsi makanan itu sangat banyak yang sangat mustahil untuk Kallica menghabiskannya."Busyettt lu kelaparan apa gimana sih Kal? Pesan makanan sebanyak itu, udah tidak makan berapa minggu?"tanya Suci dengan mata membelak besar."Kalau lu mau ambil saja Suci, gua juga nggak bakalan habis sebanyak ini,"ucap Kallica menggerutu."Bara siluman setan ini benar-benar tidak punya otak. Bisa-bisanya dia mengirim makanan sebanyak ini,"tutur Kallica di dalam hati.Entah sudah berapa kali gadis itu mendengus kesal. Bahkan dia tidak bisa membedakan lagi entah Bara itu perhatian kepadanya atau hanya mengerjainya. Lamunan Kallica dihentakan oleh bunyi ponselnya yang nyaring.Tanpa memperhatikan siapa yang tengah menghubunginya, Kallica menjawab panggilan itu dengan suara datar."Iya, hallo selamat siang!""Sudahkah ka
"Honey, aku datang." Suara pintu terbuka dan suara manja seorang wanita membuat Bara dan Kallica sama-sama terkejut.Mereka saling memandang ke arah pintu, kening Bara mengernyit sedangkan mata Kallica membola besar."Apakah aku terlambat?"tanya wanita itu lagi masih dengan nada yang manja. Lalu dengan angkuh masuk ke dalam ruangan Bara."Pakaian apa yang dikenakan wanita ini?"lirih Bara berbisik geram tapi di dengar oleh Kallica.Dengan tertawa mengejek Kallica menyela." Jangan sok kaget pak bos! Kan, anda sangat suka sekali dengan wanita yang mengenakan baju kekurangan bahan seperti yang di depan anda sekarang!"Kallica memperhatikan teman wanita Bara yang baru saja menyelamatkannya dari kukungan tubuh Bara. Gadis itu memiliki kaki jenjang yang menawan, body bak gitar spanyol, sedangkan wajahnya hasil permakan dokter. Nampak jelas terlihat itu tidak asli. Dengan make up yang sangat mencolok kalau Kallica boleh jujur."Dimana si babon ini menemukan ondel-ondel,"pikir Kallica tertawa.
"Kallica bangun oi...bangun!"teriak Jasmine membahana di kamar kos mereka sampai ke langit ke tujuh.Kallica menarik selimut untuk menutupi tubuhnya lagi, sedangkan Jasmine menarik lagi ke bawah agar bisa membangunkan Kallica. Terjadi lah tarik menarik antara Kallica dan Jasmine."Sudah jam delapan Kal! Lu nggak kerja? Lu mau bolos? Yakin gua lu ada masalah di pekerjaan, sejak lu kabur tidak menentu kemarin, feeling gua mengatakan ada yang tidak beres!"serunya dengan penuh keyakinan."Gua hanya butuh hidup tenang sekarang! Lu berangkat dulua saja, Jasmine. Beri limat menit untuk mengembalikan nyawa setelah itu gua pergi ke kantor,"ucapnya memohon dengan sangat tulus.Jasmine semakin bingung memperhatikan sikap Kallica yang tidak biasanya. Padahal dia yang paling semangat bekerja setiap hari, berbeda dengan apa yang dilihatnya sekarang. Gafis itu sedikit berbeda dan tidak semangat untuk hidup lagi."Lu yakin baik-baik saja, Kal? Ada yang menindas lu di kantor? Coba lu sebutin deh biar
"Jasmine,"teriak Kallica saat bertemu dengan Jasmine di depan gang masuk kos-kosan mereka."Lu kenapa Kal? Lu kenapa lari? Lu dikejar satpol PP atau bagaimana? Kenapa pulang secepatnya ini? Lu nggak kabur dari tempat kerja, kan?"tanya Jasmine bertubi-tubi tanpa memikirkan kalau napas Kallica sudah ngos-ngosan."Cepetan lari!"seru Kallica menarik tangan Jasmine lalu berlari bersama menuju rumah kos mereka.Dengan gobloknya Jasmine ikut berlari bersama Kallica tanpa tahu alasan kenapa temannya itu seperti ini. Yang penting perintah sahabat harus dikerjakan."Napas gua sesak, Kal! Gua butuh oksigen bentar!"seru Jasmine sudah tidak tahan lagi, dia kelelahan.Kallica melirik ke sana-sini dan merasa posisinya sudah aman. Dengan menyandar menopang tubuhnya di dinding pagar rumah orang. Kallica meredakan sesak napas dan mengembalikan nyawanya yang hampir ikutan menghilang."Sudah aman,"ucapnya ngos-ngosan.Sedangkan Jasmine tidak kalah lelahnya, gadis itu tersandar dan belum mampu berkata apa
Ketika Bara menggesekan hidung mereka, saat itu juga Kallica sedang memikirkan cara untuk menyingkir dari kukungan tubuh pria tersebut. Sekali lagi Bara memekik keras karena Kallica menendang bagian tengah kaki Bara. Kallica langsung berdiri setelah tangan Bara terkulai dan merintih kesakitan."Berhenti menendang masa depanku, Kallica! Kenapa kau hobi sekali menyentuh si 'jarot' ku. Ini asetku yang paling berharga."Kallica mendengus kasar karena tidak paham apa yang dikatakan oleh Bara."Jarot?"tanya gadis itu polos.Bara kembali ke mode menyebalkannya, pria itu melingkarkan kedua kakinya layaknya duduk seperti bos. Walaupun dia memang bos Kallica."Kau tahu maksudku!"serunya mengedipkan mata. Langsung Kallica membuang muka mual.Kallica menggeleng tidak peduli." Ucapan yang keluar dari mulut mu itu tidak semua yang bisa kupahami."Gantian Bara yang mendengus karena kepolosan Kallica. Dengan santai pria tersebut melipat kedua tangannya di belakang kepala. Kakinya diselonjorkan menga
"Dia baru saja pergi, Pak," kata bu Adek melanjutkan agar terlihat menyakinkan untuk Kallica. Gadis itu menepuk dadanya lega karena buk Adek tidak memberitahukan kalau dia sedang bersembunyi.Tapi, tangan bu Adek tidak berhenti menunjuk ke bawah meja. Seketika Bara mengangguk menangkap sinyak yang diberikan."Kamu tidak makan siang?"tanya Bara berbasa-basi kepada bu Adek.Tujuannya adalah meminta bawahannya itu untuk menyingkir dan meninggalkan mereka berdua."Ini saya juga mau keluar, Pak. Kalau begitu saya istirahat makan siang dulu." Bu Adek langsung pergi dari mejanya tanpa menunggu Kallica keluar dari persembunyiannya. Bunyi jejak sepatu bu Adek semakin lama semakin menjauh. Kallica semakin lega karena Bara mempercayai ucapan bu Adek. Lima belas menit kemudia gadis itu keluar dari persembunyiannya. Seketika Kallica terkejut dengan apa yang ada di depannya."Kau mau bersembunyi dimana?"tanya Bara melipatkan tangannya di dada.Mereka saling memandang, sebelum Kallica berhasil kab