Keesokan harinya Kallica datang ke kantor dengan wajah ceria. Saat mulai masuk ke dalam kantor dia bersenandung dengan senang. Dia menyapa semua staff kantor dengan senyuman pepsodent.
"Tumben sepagi ini sudah senang,"sapa bu Adek melihat wajah Kallica berbinar.Kallica tertawa kecil sambil menutupi mulutnya."Mulai hari ini, saya akan memperlihatkan aura positif saya, Bu."Bu Adek memperlihatkan kedua jempolnya kepada Kallica mendukung program pagi ceria Kallica."Saya hampir lupa,"tandas bu Adek.Padahal setelah menyapa Kallica tadi dia hendak menuju ruangannya lagi. Lalu dia teringat sesuatu hal yang harus disampaikan kepada Kallica."Kamu ke atas dulu, Kal. Pak Egit menunggumu."Kallica berkerut bingung."Kenapa lagi, Bu?""Sepertinya kontrak kerjamu di perpanjang. Pak Egit memintamu untuk menandatanganikontrak,"ucap bu Adek mengedipkan satu mata.Mata Kallica membola dengan penuh ceria. Karena dia hanya seorang pegawai kontrak. Jadi berita yang baru saja didengarnya membuat hati Kallica bahagia."Tapi Bu,"kata Kallica sedikit bingung."Bukannya itu seharusnya bulan depan, ya? Kalau saya di perpanjang, berarti bulan depan kontrak barunya turun.""Itu sama saja, Kallica. Yang paling utama kamu masih bekerja di sini."Kallica tersenyum bahagia mendengar kontrak kerjanya di perpanjang. Berita tersebut menambah keceriannya di pagi ini."Jangan lupa temui pak Egit secepatnya,"ujar bu Adek mengingatkan.Kallica memberi isyarat oke kepada bu Adek dengan senyum mengembang. Sepuluh menit berselang, gadis itu sudah berdiri di depan pintu ruangan pak Egit."Masuk,"ucap pak Egit keras sesaat Kallica mengetuk pintu kedua kali.Masih dengan senyuman yang belum hilang di wajahnya gadis itu masuk."Bu Adek meminta saya menemui bapak,"ucap Kallica sambil berjalan ke dalam.Pak Egit mengangguk."Benar Kallica, silakan duduk."Gadis itu langsung menjalankan perintah. Dia menatap kepada pak Egit penuh harap. Bersiap-siap mendengarkan kabar baik dari mulut boss-nya sendiri."Kontrak kerja kamu di perpanjang,"kata pak Egit memulai pembicaraan.Pria itu mengeluarkan berkas kontrak dari dalam laci, lalu menyerahkan ke hadapan Kallica."Kamu tandatangi di beberapa bagian,"kata pak Egit menambahkan."Tumben lembarannya sedikit banyak dari biasanya, Pak."Pak Egit tersenyum tenang." Kamu tahu sendiri kedatangan pemilik hotel. Jadi itu tiga rangkap, satu untuk saya, yang lainnya untuk penyalur dan pak Azka,"kata pak Egit memberi penjelasan.Kallica mengangguk paham dan mengerti. Di tangannya sudah ada pena berwarna hitam. Dia juga tidak tahan lagi untuk menandatangani dokumen tersebut."Dibaca dulu Kallica,"sela pak Egit."Tidak usah, Pak. Sudah setiap tahun saya lakukan ini. Saya percaya dengan bapak," jawab Kallica tersenyum senang.Kallica segera menandatangi semua berkas. Dia bersyukur sekali karena perpanjangan kontrak ini membuatnya masih ada pemasukan setiap bulannya.Itu lah mengapa tidak ada keraguan lagi di dalam Kallica atas isi yang tertulis di dalam surat kontrak tersebut.Gadis itu tersenyum puas setelah selesai menandatangi semua berkas.***Seminggu berlalu, gadis itu sudah melupakan pertemuannya dengan Bara. Dia sangat menikmati hidupnya tanpa rintangan apapun. Pekerjaan tetapnya juga berjalan lancar sedangkan pekerjaan sampingannya juga mengikuti.Saat sampai di kantor, nampak suasana sedikit tidak biasa. Para staff kantor sedang berbisik-bisik, tetapi Kallica sendiri tidak tahu apa yang mereka khawatirkan."Ada apa?"tanya Kallica saat bertemu Suci di pantry.Suci mengedikan bahu, dia juga tidak tahi apa yang terjadi. Dia juga baru datang dan suasana kantor sudah tegang seperti itu."Kita tunggu bu Adek saja. Palingan bentar lagi bu Adek turun. Kita lakukan saja pekerjaan kita," ajak Kallica kepada Suci.Mereka berdua menuju ke gudang. Mengambil peralatan kebersihan mereka. Lagipula, masalah staff . Belum tentu juga menjadi urusan para pekerja di bawah nya."Kallica,"panggil bu Adek.Kallica segera menghampiri atasan nya itu."Temui pak boss di ruangannya sekarang. Saya ingin memanggil yang lain,"kata bu Adek tegas.Kallica langsung membereskan peralatan kebersihan nya. Segera menuju lantai atas ke tempat pak Egit."Masuk,"ucap suara menyahut dari ruangan pak Egit.Kallica langsung masuk ke dalam. Saat di dalam ruangan gadis itu mengernyit heran melihat pak Egit memunggunginya."Apa aku membuat kesalahan?"tanya Kallica di dalam hati."Tutup pintunya,"tegas pak Egit.Setelah menutup pintu, gadis itu berjalan mendekati meja pak Egit sambil berkutat dengan pikirannya. Karena melihat pak Egit bertingkah tidak seperti biasa."Bapak memanggil saya?"tanya Kallica memecahkan keheningan."Selamat pagi, Kallica. Lama tidak bertemu,"sapanya.Lalu kursi itu berputar, tadinya pak egit yang memunggungi Kallica, berubah berhadapan dengan Kallica.Bola mata Kallica mebulat terkejut dan tidak percaya sama sekali. Pria yang paling di hindari nya selam ini. Sekarang sedang duduk berhadapan dengannya."Bara,"ucap Kallica dengan suara tercekat."Manusia songong,"lirihnya berbisik yang hanya di dengar oleh dirinya sendiri.Bara dengan tanpa berdosa menampakan deretan giginya yang putih. Senyuman lebar terukir di wajah nya. Senyuman yang mampu membuat tensi darah Kallica melonjak tinggi."Apakabar mu teman lama ku?"tanya Bara dengan penuh kemenangan.Dia menyadari jika Kallica tidak senang dengan kehadirannya. Namun, pria itu tidak peduli, dia sengaja berbicara selembut mungkin untuk menggoda Kallica."Dasar babon!"teriak Kallica dengan suara melengking."Tenang my dear," potong Bara cengengesan."Apa yang kau lakukan di sini, hah!"teriak Kallica penuh emosi."Pelankan suara mu jika berbicara dengan atasan mu.""Kau bukan atasan ku, kau paham! Dimana pak Egit? Dan apa yang kau lakukan di sini!"jerit Kallica untuk kesekian kalinya.Sungguh dia tidak akan bisa berbicara sopan dan penuh kelembutan kalau berhadapan dengan Bara."Aduh, tenang kan diri mu. Jangan berteriak di dalam ruangan ku, aku tidak tuli Kallica. Kau berbisik pun aku bisa mendengarnya.""Dimana pak Egit?"tanya Kallica memelankan suaranya."Jangan mencari yang tidak ada Kallica. Di sini kau bisa melihat hanya ada aku dan kamu. Lagipula pak Egit untuk sementara waktu, beliau di tempat kan di cabang hotel yang lain. Sekarang aku lah atasan mu duhai teman sekolah ku,"ucap Bara dengan ceria.Kallica benar-benar tidak tahan berhadapan dengan pria ini . Dia ingin mencakar wajah jelak Bara saat ini juga. Tangan gadis itu sudah sangat gatal sekali, kebetulan kuku jari Aklica panjang dan mampu menggoreskan tanda di wajah monyet Bekantan di depannya ini."Aku tidak sudi menjadi bawahan mu 'geladah baboon'. Jangan bermimpi!"seru Kallica menggelegar.Dengan tenang Bara menjawab." Bagaimana pun juga kau tidak bisa mengelak. Aku adalah atasan mu, dan kau adalah pegawai ku sekarang.""Aku ingin berhenti! Siang ini kau akan menerima surat pengunduran diriku!"Bara tertawa sumbang, pria itu seolah mengejek Kallica."Itu tidak akan bisa terjadi Kallica. Kau tidak akan bisa keluar dari tempat ini."Kali ini Kallica tertawa sumbang."Tarik lagi ucapan mu manusia setengah siluman anjing."Bara memejamkan mata, pria itu mencoba mengingat sudah berapa julukan yang telah diberikan Kallica kepadanya. Mereka belum sampai lima menit berbicara. Akan tetapi, gadis itu sudah menyamakannya dengan semua mahkluk buruk di muka bumi."Kau tidak bisa mengundurkan diri dari sini,"ucap Bara dengan penuh penekanan."Diam kau monyet bekantan!"raung Kallica menunjuk Bara.Bara menahan senyumannya. Nanti, setelah mereka selesai berbicara, pria itu berencana menulis daftar julukan yang diberikan Kallica kepadanya."Demi apapun di dunia ini aku tidak sudi berada di tempat yang sama dengan mu. Kau dengar!""Kalau kau berani keluar dari kantor ku. Mau lihat saja berapa milyar denda yang harus kau berikan kepada ku," ucap Bara masih tenang."Kau pikir aku bodoh?tidak ada hal itu tertera di dalam surat kontrak-"Seketika Kallica berhenti berbicara lalu mencoba mengingat sesuatu."Apakah kau sudah mengingatnya?"tanya Bara menaikan kedua alis matanya.Pria itu berdehem membersihkan tenggorokannya. Dia mengeluarkan lembaran kertas yang berada di dalam laci."Surat perjanjian kontrak kerja,"katanya memulai.Dengan lantang Bara membacakan surat kontrak kerja yang telah ditandatangani oleh Kallica. Dimana isinya adalah Kallica hanya wajib membersihkan ruangan kerja Bara. Mematuhi semua yang diperintahkan Bara kepadanya. Mengikuti kemanapun pria itu pergi. Kontrak kerja nya bukan satu tahun melainkan Kallica bisa berhenti jika Bara yang memintanya. Pngunduran diri dalam bentuk apapun tidak berlaku.Jika saja Kallica berani berhenti dari pekerjaan, gadis itu harus memberikan uang denda kepada Bara sesuai dengan kesepakatan."Uang denda nya tentu tidak banyak hanya satu Milyar,"ucap Bara enteng.Pria itu mengibaskan kertas kontrak Kallica di depan wajah gadis itu yang sudah merah menyala."Bara brengsek!"jerit Kallica, dia tidak peduli lagi dengan status diantara mereka.Kedua kaki gadis itu sudah berada di atas meja Bara. Tangannya juga sudah bersiap-siap menjambak rambut Bara. Beruntung pria itu bergerak cepat, langsung memundurkan kursinya menjaih dari Kallica yang penuh emosi."Sepertinya kita akan selalu berjodoh dan saling bertemu,"ejek Bara memanas-manasi Kallica."Berjodoh!"teriak Kallica sekuat tenaga."Dalam mimpimu 'gelada Babon'!.Gadis itu berdiri dan melipat kedua tangannya di dada. Bara juga berdiri dari duduknya dan tertawa mengejek melihat tubuh Kallica. Kalica nampak menarik napas sebelum menyemburkan kalimat yang sudah di ujuang bibirnya."Bara jelek, otak udang, satu-satunya pria yang tidak berguna untuk bernapas di dunia ini! Jika kau pikir aku takut kepadamu, itu hanya dalam mimpimu, manusia jelek rupa! Kau hanya beruntung memiliki keluarga yang kaya raya. Beruntunglah kau, hartamu bisa menaikan level wajahmu nan seperti baboon itu," sahut Kallica mengebu-gebu.Kali ini Bara juga tidak tingga diam. Dia juga tidak tahan lagi mendengar ejekan Kallica sejak tadi."Hei, Kecebong Tidak Berkaki!" balas Bara dengan santai." Sudah lebih delapan tahun kita tidak bertemu. Ternyata benar, pertumbuhanmu berhenti di saat kita masih sekolah," ledeknya kepada Kallica yang terlihat seperti kurcaci jika berhadapan dengannya.Bara memiliki tinggi 185cm, sedangkan Kallica hanya 153 cm.Bara mencondongkan tubuhnya ke arah Kallica."Selamat datang di dunia ku Kallica Gendut,"ejeknya dengan penuh kemenangan.***Bara pulang ke rumah dengan senyuman yang tidak memudar di wajahnya. Dia masuk ke dalam rumah dengan bersenandung sambil memainkan kunci mobil di jarinya."Selamat sore mamaku sayang,"panggil Bara ketika melewati ruang tamu.Andrea dan Azka yang sedang berbisik menghentikan pembicaraan mereka dengan melirik Bara bersamaan. Bara menaikkan kedua alis matanya menatap curiga kepada mereka. Lalu, pria itu menyipitkan mata, hatinya yang tadinya berbunga-bunga lenyap seketika."Ada apa?"tanya Bara sangat penasaran."Kamu pulang bahagia sekali, apakah kamu senang dengan tempat kerja barumu?" Andrea menjawab pertanyaan Bara dengan pertanyaan lagi.Seketika Bara melupakan kecurigaannya kepada kedua orangtuanya."Sangat menyenangkan, aku disambut dengan penuh ceria di sana. Bahkan, mereka sangat sopan kepadaku."Di dalam hati Bara berkata." Tidak semuanya! Ada satu karyawan yang secara terang-terangan melawanku. Gadis bertubuh mungil tapi nyalinya tidak sependek ukuran tubuhnya." Bara menghela n
Gadis itu terasa mengecil ketika Bara berdiri di dekatnya. Tinggi badan Bara membuat Kallica harus mengadah menatapnya. Posisi mereka yang cukup dekat ini mampu membuat hati Kallica geram dan ingin membunuh pria yang menjadi boss nya secara mendadak tersebut."Jangan selalu menentangku my cupcake,"lirih Bara.Kallica bahkan sampai lupa bernapas, terlebih Bara sudah mengurungnya dengan tubuhnya yang besar dan berotot.Kallica memutar bola mata, dia jengah mendengar panggilan sok manis dari bibir Bara. "Menjauh dariku!"seru Kallica menantang Bara dengan mata menyala.Bukannya menjauh, pria itu malah semakin sengaja menyudutkan Kallica. Dengan bibir terkulum Bara mendekati Kallica seinci-seinci.Bara menahan sakit di selakangannya saat lutut Kallica tepat menendang di tengah tubuh Bara."Menyingkir kau siluman setengah anjing!" Serunya keras.Pria itu masih menahan sakit pada selangkangannya. Bahkan saking sakitnya, Bara hanya bisa menunduk sambil melirih. Sedangkan Kallica segera menja
"Dia baru saja pergi, Pak," kata bu Adek melanjutkan agar terlihat menyakinkan untuk Kallica. Gadis itu menepuk dadanya lega karena buk Adek tidak memberitahukan kalau dia sedang bersembunyi.Tapi, tangan bu Adek tidak berhenti menunjuk ke bawah meja. Seketika Bara mengangguk menangkap sinyak yang diberikan."Kamu tidak makan siang?"tanya Bara berbasa-basi kepada bu Adek.Tujuannya adalah meminta bawahannya itu untuk menyingkir dan meninggalkan mereka berdua."Ini saya juga mau keluar, Pak. Kalau begitu saya istirahat makan siang dulu." Bu Adek langsung pergi dari mejanya tanpa menunggu Kallica keluar dari persembunyiannya. Bunyi jejak sepatu bu Adek semakin lama semakin menjauh. Kallica semakin lega karena Bara mempercayai ucapan bu Adek. Lima belas menit kemudia gadis itu keluar dari persembunyiannya. Seketika Kallica terkejut dengan apa yang ada di depannya."Kau mau bersembunyi dimana?"tanya Bara melipatkan tangannya di dada.Mereka saling memandang, sebelum Kallica berhasil kab
Ketika Bara menggesekan hidung mereka, saat itu juga Kallica sedang memikirkan cara untuk menyingkir dari kukungan tubuh pria tersebut. Sekali lagi Bara memekik keras karena Kallica menendang bagian tengah kaki Bara. Kallica langsung berdiri setelah tangan Bara terkulai dan merintih kesakitan."Berhenti menendang masa depanku, Kallica! Kenapa kau hobi sekali menyentuh si 'jarot' ku. Ini asetku yang paling berharga."Kallica mendengus kasar karena tidak paham apa yang dikatakan oleh Bara."Jarot?"tanya gadis itu polos.Bara kembali ke mode menyebalkannya, pria itu melingkarkan kedua kakinya layaknya duduk seperti bos. Walaupun dia memang bos Kallica."Kau tahu maksudku!"serunya mengedipkan mata. Langsung Kallica membuang muka mual.Kallica menggeleng tidak peduli." Ucapan yang keluar dari mulut mu itu tidak semua yang bisa kupahami."Gantian Bara yang mendengus karena kepolosan Kallica. Dengan santai pria tersebut melipat kedua tangannya di belakang kepala. Kakinya diselonjorkan menga
"Jasmine,"teriak Kallica saat bertemu dengan Jasmine di depan gang masuk kos-kosan mereka."Lu kenapa Kal? Lu kenapa lari? Lu dikejar satpol PP atau bagaimana? Kenapa pulang secepatnya ini? Lu nggak kabur dari tempat kerja, kan?"tanya Jasmine bertubi-tubi tanpa memikirkan kalau napas Kallica sudah ngos-ngosan."Cepetan lari!"seru Kallica menarik tangan Jasmine lalu berlari bersama menuju rumah kos mereka.Dengan gobloknya Jasmine ikut berlari bersama Kallica tanpa tahu alasan kenapa temannya itu seperti ini. Yang penting perintah sahabat harus dikerjakan."Napas gua sesak, Kal! Gua butuh oksigen bentar!"seru Jasmine sudah tidak tahan lagi, dia kelelahan.Kallica melirik ke sana-sini dan merasa posisinya sudah aman. Dengan menyandar menopang tubuhnya di dinding pagar rumah orang. Kallica meredakan sesak napas dan mengembalikan nyawanya yang hampir ikutan menghilang."Sudah aman,"ucapnya ngos-ngosan.Sedangkan Jasmine tidak kalah lelahnya, gadis itu tersandar dan belum mampu berkata apa
"Kallica bangun oi...bangun!"teriak Jasmine membahana di kamar kos mereka sampai ke langit ke tujuh.Kallica menarik selimut untuk menutupi tubuhnya lagi, sedangkan Jasmine menarik lagi ke bawah agar bisa membangunkan Kallica. Terjadi lah tarik menarik antara Kallica dan Jasmine."Sudah jam delapan Kal! Lu nggak kerja? Lu mau bolos? Yakin gua lu ada masalah di pekerjaan, sejak lu kabur tidak menentu kemarin, feeling gua mengatakan ada yang tidak beres!"serunya dengan penuh keyakinan."Gua hanya butuh hidup tenang sekarang! Lu berangkat dulua saja, Jasmine. Beri limat menit untuk mengembalikan nyawa setelah itu gua pergi ke kantor,"ucapnya memohon dengan sangat tulus.Jasmine semakin bingung memperhatikan sikap Kallica yang tidak biasanya. Padahal dia yang paling semangat bekerja setiap hari, berbeda dengan apa yang dilihatnya sekarang. Gafis itu sedikit berbeda dan tidak semangat untuk hidup lagi."Lu yakin baik-baik saja, Kal? Ada yang menindas lu di kantor? Coba lu sebutin deh biar
"Honey, aku datang." Suara pintu terbuka dan suara manja seorang wanita membuat Bara dan Kallica sama-sama terkejut.Mereka saling memandang ke arah pintu, kening Bara mengernyit sedangkan mata Kallica membola besar."Apakah aku terlambat?"tanya wanita itu lagi masih dengan nada yang manja. Lalu dengan angkuh masuk ke dalam ruangan Bara."Pakaian apa yang dikenakan wanita ini?"lirih Bara berbisik geram tapi di dengar oleh Kallica.Dengan tertawa mengejek Kallica menyela." Jangan sok kaget pak bos! Kan, anda sangat suka sekali dengan wanita yang mengenakan baju kekurangan bahan seperti yang di depan anda sekarang!"Kallica memperhatikan teman wanita Bara yang baru saja menyelamatkannya dari kukungan tubuh Bara. Gadis itu memiliki kaki jenjang yang menawan, body bak gitar spanyol, sedangkan wajahnya hasil permakan dokter. Nampak jelas terlihat itu tidak asli. Dengan make up yang sangat mencolok kalau Kallica boleh jujur."Dimana si babon ini menemukan ondel-ondel,"pikir Kallica tertawa.
Kallica tidak berhenti memandangi dengan wajah masam makanan yang baru saja dikirimi oleh bos sekaligus musuh bebuyutannya. Kalian tahu apa yang membuat Kallica menggeleng tidak percaya, porsi makanan itu sangat banyak yang sangat mustahil untuk Kallica menghabiskannya."Busyettt lu kelaparan apa gimana sih Kal? Pesan makanan sebanyak itu, udah tidak makan berapa minggu?"tanya Suci dengan mata membelak besar."Kalau lu mau ambil saja Suci, gua juga nggak bakalan habis sebanyak ini,"ucap Kallica menggerutu."Bara siluman setan ini benar-benar tidak punya otak. Bisa-bisanya dia mengirim makanan sebanyak ini,"tutur Kallica di dalam hati.Entah sudah berapa kali gadis itu mendengus kesal. Bahkan dia tidak bisa membedakan lagi entah Bara itu perhatian kepadanya atau hanya mengerjainya. Lamunan Kallica dihentakan oleh bunyi ponselnya yang nyaring.Tanpa memperhatikan siapa yang tengah menghubunginya, Kallica menjawab panggilan itu dengan suara datar."Iya, hallo selamat siang!""Sudahkah ka
"Kau juga ikut!"serunya seenak jidatnya yang lebar tersebut.Aku melototi Bara."Hah!"Apa aku tidak salah dengar dengan apa yang telah dikatakan oleh manusi purba ini."Kau juga ikut,"ulangnya lagi menyakinkan ku."Kau gila!"seru ku.Aku tidak peduli beberapa sisa makanan yang ada di dalam mulut bisa keluar untuk menyembur wajah pas-pasan Bara."Ku peringatkan,Bara! Jangan seenak hidup mu mengatur kehidupan ku!"seru ku tertahan.Aku masih punya malu agar tidak bersikap layaknya wanita bar-bar. Tapi sepertinya bos yang paling kubenci ini, mampu membuat sikap itu keluar daei jiwa ku seketika.Pria itu malah tersenyum manis dan seolah tidak peduli dengan kemarahan ku. Bahunya terguncang karena tertawa, itu semakin membuatku melototinya."Apanya yang lucu, babon!"seruku kepadanya."Berhenti melototiku seperti itu, Kallica! Tampang mu sekarang serasa ingin memakanku.""Bagus kau sadar!""Tenanglah Kal, itu mustahil rasanya aku membawamu. Aku yakin wanita sepertimu tidak mempunyai paspor. K
Kallica PoV"Setelah ini, kau harus menemaniku makan malam,"ujarnya enteng se enteng isi dompetku."What the hell?"tanyaku setengah berteriak.Memang tiada otak si Bara monyet bekantan ini. Bisa-bisanya dia mengatur semuanya tanpa persetujuanku sama sekali."Kau sedang berkumur-kumur atau sedang mabuk? Kau gila atau bagaiaman Bara? Sebaiknya kau pulang dan beristirahat, lah. Sepertinya otakmu sedang dihinggapi banyak rayap makanya lenyap dari kepalamu,"ujarku dengan penuh penekanan.Dan kalian tahu apa respon manusia setengah siluman anjing ini. Ya, dia hanya mengulum senyumannya. Dia pikir dia memiliki senyuman paling manis di seantaro universe ini. Apa dia menganggpku badut, makanya setiap kali aku marah dan menyumpahinya dengan sumpah serapah, responnya pasti hanya tersenyum."Aku tidak lapar Kallica! Ayo cepat!"serunya mulai menarik tali tas punggungku.Aku berusaha menjangkau sesuatu yang bisa menahanku dri tarikan gorilla ini. Aku menggantungkan harapanku..eh salah tanganku di p
"Mau lari kemana kau kecebong? Kau pikir bisa membodohiku untuk kedua kalinya?"kata Bara di dekat telinga Kallica.Pria itu menarik tas sandang Kallica, sampai tubuh Kallica tertarik ke belakang dengan kencang."Kau terlabat dua menit!"teriak Kallica meronta dari pegangan erat tangan Bara."Sudah waktu jam pulang ku dan aku tidak ingin lembur!"seru Kallica lagi."Ayo cepat ikut aku kembali ke kantor,"balas Bara yang tidak memperdulikan teriakan Kallica."Kalau kau tidak malu berteriak di jalanan, silahkan kau lakukan sampai urat leher mu putus dan suara mu habis,"ujar Bara lagi menarik Kallica yang berusaha melepaska tarikan keras dari tangan Bara.Dengan menghentak-hentakkan kakinya Kallica mengikuti Bara kembali ke ruangan kerja pria itu tanpa pakasaan lagi. "Kalau kau yang telat datang, kenapa aku yang kau siksa? Lagipula ruanganmu sudah aku bersihkan, untuk apa aku harus ikut lagi ke sana. Kalau kau ingin lembur! Lembur saja! Tidak perlu mengajakku!"teriak Kallica di dalam lift
Kallica tidak berhenti memandangi dengan wajah masam makanan yang baru saja dikirimi oleh bos sekaligus musuh bebuyutannya. Kalian tahu apa yang membuat Kallica menggeleng tidak percaya, porsi makanan itu sangat banyak yang sangat mustahil untuk Kallica menghabiskannya."Busyettt lu kelaparan apa gimana sih Kal? Pesan makanan sebanyak itu, udah tidak makan berapa minggu?"tanya Suci dengan mata membelak besar."Kalau lu mau ambil saja Suci, gua juga nggak bakalan habis sebanyak ini,"ucap Kallica menggerutu."Bara siluman setan ini benar-benar tidak punya otak. Bisa-bisanya dia mengirim makanan sebanyak ini,"tutur Kallica di dalam hati.Entah sudah berapa kali gadis itu mendengus kesal. Bahkan dia tidak bisa membedakan lagi entah Bara itu perhatian kepadanya atau hanya mengerjainya. Lamunan Kallica dihentakan oleh bunyi ponselnya yang nyaring.Tanpa memperhatikan siapa yang tengah menghubunginya, Kallica menjawab panggilan itu dengan suara datar."Iya, hallo selamat siang!""Sudahkah ka
"Honey, aku datang." Suara pintu terbuka dan suara manja seorang wanita membuat Bara dan Kallica sama-sama terkejut.Mereka saling memandang ke arah pintu, kening Bara mengernyit sedangkan mata Kallica membola besar."Apakah aku terlambat?"tanya wanita itu lagi masih dengan nada yang manja. Lalu dengan angkuh masuk ke dalam ruangan Bara."Pakaian apa yang dikenakan wanita ini?"lirih Bara berbisik geram tapi di dengar oleh Kallica.Dengan tertawa mengejek Kallica menyela." Jangan sok kaget pak bos! Kan, anda sangat suka sekali dengan wanita yang mengenakan baju kekurangan bahan seperti yang di depan anda sekarang!"Kallica memperhatikan teman wanita Bara yang baru saja menyelamatkannya dari kukungan tubuh Bara. Gadis itu memiliki kaki jenjang yang menawan, body bak gitar spanyol, sedangkan wajahnya hasil permakan dokter. Nampak jelas terlihat itu tidak asli. Dengan make up yang sangat mencolok kalau Kallica boleh jujur."Dimana si babon ini menemukan ondel-ondel,"pikir Kallica tertawa.
"Kallica bangun oi...bangun!"teriak Jasmine membahana di kamar kos mereka sampai ke langit ke tujuh.Kallica menarik selimut untuk menutupi tubuhnya lagi, sedangkan Jasmine menarik lagi ke bawah agar bisa membangunkan Kallica. Terjadi lah tarik menarik antara Kallica dan Jasmine."Sudah jam delapan Kal! Lu nggak kerja? Lu mau bolos? Yakin gua lu ada masalah di pekerjaan, sejak lu kabur tidak menentu kemarin, feeling gua mengatakan ada yang tidak beres!"serunya dengan penuh keyakinan."Gua hanya butuh hidup tenang sekarang! Lu berangkat dulua saja, Jasmine. Beri limat menit untuk mengembalikan nyawa setelah itu gua pergi ke kantor,"ucapnya memohon dengan sangat tulus.Jasmine semakin bingung memperhatikan sikap Kallica yang tidak biasanya. Padahal dia yang paling semangat bekerja setiap hari, berbeda dengan apa yang dilihatnya sekarang. Gafis itu sedikit berbeda dan tidak semangat untuk hidup lagi."Lu yakin baik-baik saja, Kal? Ada yang menindas lu di kantor? Coba lu sebutin deh biar
"Jasmine,"teriak Kallica saat bertemu dengan Jasmine di depan gang masuk kos-kosan mereka."Lu kenapa Kal? Lu kenapa lari? Lu dikejar satpol PP atau bagaimana? Kenapa pulang secepatnya ini? Lu nggak kabur dari tempat kerja, kan?"tanya Jasmine bertubi-tubi tanpa memikirkan kalau napas Kallica sudah ngos-ngosan."Cepetan lari!"seru Kallica menarik tangan Jasmine lalu berlari bersama menuju rumah kos mereka.Dengan gobloknya Jasmine ikut berlari bersama Kallica tanpa tahu alasan kenapa temannya itu seperti ini. Yang penting perintah sahabat harus dikerjakan."Napas gua sesak, Kal! Gua butuh oksigen bentar!"seru Jasmine sudah tidak tahan lagi, dia kelelahan.Kallica melirik ke sana-sini dan merasa posisinya sudah aman. Dengan menyandar menopang tubuhnya di dinding pagar rumah orang. Kallica meredakan sesak napas dan mengembalikan nyawanya yang hampir ikutan menghilang."Sudah aman,"ucapnya ngos-ngosan.Sedangkan Jasmine tidak kalah lelahnya, gadis itu tersandar dan belum mampu berkata apa
Ketika Bara menggesekan hidung mereka, saat itu juga Kallica sedang memikirkan cara untuk menyingkir dari kukungan tubuh pria tersebut. Sekali lagi Bara memekik keras karena Kallica menendang bagian tengah kaki Bara. Kallica langsung berdiri setelah tangan Bara terkulai dan merintih kesakitan."Berhenti menendang masa depanku, Kallica! Kenapa kau hobi sekali menyentuh si 'jarot' ku. Ini asetku yang paling berharga."Kallica mendengus kasar karena tidak paham apa yang dikatakan oleh Bara."Jarot?"tanya gadis itu polos.Bara kembali ke mode menyebalkannya, pria itu melingkarkan kedua kakinya layaknya duduk seperti bos. Walaupun dia memang bos Kallica."Kau tahu maksudku!"serunya mengedipkan mata. Langsung Kallica membuang muka mual.Kallica menggeleng tidak peduli." Ucapan yang keluar dari mulut mu itu tidak semua yang bisa kupahami."Gantian Bara yang mendengus karena kepolosan Kallica. Dengan santai pria tersebut melipat kedua tangannya di belakang kepala. Kakinya diselonjorkan menga
"Dia baru saja pergi, Pak," kata bu Adek melanjutkan agar terlihat menyakinkan untuk Kallica. Gadis itu menepuk dadanya lega karena buk Adek tidak memberitahukan kalau dia sedang bersembunyi.Tapi, tangan bu Adek tidak berhenti menunjuk ke bawah meja. Seketika Bara mengangguk menangkap sinyak yang diberikan."Kamu tidak makan siang?"tanya Bara berbasa-basi kepada bu Adek.Tujuannya adalah meminta bawahannya itu untuk menyingkir dan meninggalkan mereka berdua."Ini saya juga mau keluar, Pak. Kalau begitu saya istirahat makan siang dulu." Bu Adek langsung pergi dari mejanya tanpa menunggu Kallica keluar dari persembunyiannya. Bunyi jejak sepatu bu Adek semakin lama semakin menjauh. Kallica semakin lega karena Bara mempercayai ucapan bu Adek. Lima belas menit kemudia gadis itu keluar dari persembunyiannya. Seketika Kallica terkejut dengan apa yang ada di depannya."Kau mau bersembunyi dimana?"tanya Bara melipatkan tangannya di dada.Mereka saling memandang, sebelum Kallica berhasil kab