Kallica mengambil pekerjaan paruh waktu setiap hari minggu. Biasanya pekerjaan yang diterimanya adalah menjadi anggota harian katering. Karena dari hari Senin sampai jumat dia sudah mempunyai pekerjaan tetap sebagai Office Girl.
Hari ini katering tempat Kallica bekerja mendapatkan pesanan di salah satu gedung. Kallica beserta teman satu kos-nya bernama Jasmine sudah berada di tempat yang telah ditentukan. Mereka pun sudah berdiri di stand mereka. Namun, sebelum acara dimulai, gadis itu ingin ke kamar mandi dan sudah kebelet sekali."Gua ke kamar kecil dulu Jasmine,"ucap Kallica dengan wajah memelasnya.Jasmine memutar bola mata sinis, dia tahu apa yang akan dilakukan teman-nya itu."Jangan lama,"kata Jasmine mengancam.Dengan tersenyum manis-semanis gula aren gadis itu berjalan mendekati Jasmine, lalu mencium ringan pipi sahabatnya. Kallica berlari kecil menuju toilet yang tepat berada di depan pintu masuk. Karena tidak terlalu fokus tiba- tiba Kallica berteriak dan terkejut. Yang dirasakan oleh gadis itu adalah benda keras menabrak tubuhnya. Dia limbung lalu terjatuh, yang mendarat pertama adalah bokong Kallica, sampai dia mengernyit sakit."Maafkan saya, Mbak," kata seseorang yang baru saja ditabrak oleh Kallica.Pria itu mengulurkan tangan berniat membantu Kallica untuk dapat berdiri kembali. Mata mereka saling bertemu dan membuat Kallica tersipu malu di balik masker yang menutupi wajahnya."Tampan sekali," ungkap nya di dalam hati.Saat Kallica menerima uluran tangan pria tersebut, tanpa disadari detak jantungnya berpacu semakin cepat. Dia tidak berhenti tersenyum malu. Gadis itu bersyukur karena masker yang melekat di wajah bisa menutupi semuanya.Pria asing itu kembali berkata,"Maafkan saya, Mbak."Kallica menggeleng cepat, lidahnya terasa kaku walau hanya sekedar mengatakan jika dia baik-baik saja. Hanya gerakan tangan yang mampu diperlihatkan gadis itu."Jika nanti terasa nyeri, anda boleh menghubungi saya. Ini kartu nama dan nomor telpon saya."Tanpa pikir panjang Kallica langsung meraih menerima kartu nama dari pria asing itu."Kavindra Devan Halim," bisik Kallica seperti jampi-jampi."Ba-" Belum sempat Kallica mengatakan terima kasih, pembicarannya dengan pria bernama Kavindra terpotong oleh seseorang di balik tubuhnya."Kak Dev, ayo cepat! Acaranya sudah mulai sejak tadi, nanti sesi foto dan babibunya akan berakhir."Jika suara Kavindra membuat Kallica bergetar malu. Berbeda saat Kallica mendengar dan melihat pria yang baru saja menghampiri mereka. Jika tatapan Kallica yang sejak awal begitu lembut, seketika berubah sadis menatap pria yang baru datang itu. Pria tersebut menatap Kallica sekilas, lalu mengalihkan pandangannya kepada Kavin"Bara "Siluman Babon" Evano Adinata," ucap Kallica sangat pelan dengan penuh penekanan."Gua pikir lu sudah mampus di luar negeri,"kata Kallica menambahkan begitu pelan dengan gigi bergemelatuk.Kening pria yang bernama Bara itu mengernyit. Matanya menatap intens ke arah mata Kallica. Kali ini, gadis itu yang mengalihkan tatapannya.***Kallica berjalan keluar dari kamar kos-nya. Hari ini dia memilih memesan ojek online, walaupun sedang tidak enak badan dia tidak ingin mengambil jatah libur. Setidaknya kalau dia tetap datang ke kantor, lalu menolong beberapa karyawan yang ingin membeli makanan. Kallica bisa mendapatkan tips yang lumayan untuk biaya sehari-harinya.Dari kumpulan tips itu lah saat dia pulang dia bisa membeli nasi bungkus, susu, dan beberapa cemilan untuk penunjang tubuhnya agar tetap bugar.Gadis itu bekerja sebagai Office Girl di salah satu hotel berbintang. Hotel ternama di kotanya, yaitu "Ocean Atlantik Hotel". Dia sudah cukup lama bekerja di sana, karena lingkungan kantor yang membuatnya nyaman dan enggan berhenti dari sana."Kallica," panggil bu Adek."Ya, Bu,"jawab Kallica cepat."Kira-kira lima belas menit lagi antarkan minuman ke ruangan pak Egit. Ada tamu besar yang akan datang," tegas bu Adek memberi perintah.Secepat itu juga anggukan Kallica menerima perintah dari atasannya."Untuk berapa orang, Bu?""Untuk empat orang. Oh ya, apakah kamu sudah membersihkan ruangan karyawan lainnya?""Sudah, Bu" jawab Kallica cepat dan mengangguk."Jangan sampai ada yang terlewatkan," pinta bu Adek memastikan."Sudah beres semuanya, Bu. Memangnya ada apa?"tanya Kallica bingung.Tidak biasanya bu Adek akan secerewet ini. Biasanya setiap pagi dia akan menyapa Kallica seperti biasa, lalu menanyakan keadaan, dan yang pastinya dia selalu yakin dengan kinerja Kallica beserta teman-temannya.Helaan napas bu Adek terdengar keras dan terdengar sangat frustasi di telinga Kallica. Membuat gadis tersebut tersenyum geli sambil menatap atasannya itu."Yang datang kali ini adalah pemilik hotel ini beserta anaknya.""Loh, bukannya pak Egit yang boss besar kita?"Buk Ade mengernyit." Pak Egit orang kepercayaan dari boss besar. Karena anak-anak pak Boss besar masih belum bisa diberi amanat untuk mengelola hotel ini. Jadilah Pak Egit yang menghandle hotel ini dan beberapa cabang lain."Kallica mengangguk pura-pura paham. Sebenarnya dia juga tidak peduli apalagi tertarik, karena saat melamar pekerjaan di sini pun dia tidak membaca secara mendetail tentang hotel yang sedang dilamarnya. Dia sama sekali tidak peduli, yang penting mendapatkan pekerjaan secepat mungkin."Sepertinya kita akan mendapatkan boss baru. Mungkin anak dari pemilik hotel ini sudah bisa menerima amanah dari orangtuanya," tutur bu Adek menambahkan. Namun, semakin membuat Kallica tidak tertarik.Dunia orang kaya beserta garis keturunan mereka yang tiada henti. Kalau di selidiki sampai ke nenek moyang mereka, membuat urat kepala Kallica merenggang seperti senar gitar."Sayang sekali kalau pak Egit tidak bersama kita. Boss baru belum tentu sebaik pak Egit,"gumam Kallica penuh kecewa.Seperti yang telah disampaikan tadi, bahwa semua karyawan dan pekerja di hotel ini sangat baik menurut Kallica. Dia sama sekali tidak menemukan perbuatan atasan yang tidak baik kepada bawahan seperti mereka."Diam,"cetus bu Adek sambil meletakan telunjuk di bibir dan hidungnya."Jangan keras-keras nanti kedengaran calon bos, bisa dipecat kita." Bu Adek menghentikan acara pergosipan bersama Kallica."Jangan lupa lima belas menit lagi," kata bu Ade mengingatkan Kallica sebelum berlalu dari hadapan gadis itu.***Sudah ada tiga orang berada di dalam ruangan Pak Egit ketika Kallica mengantarkan minuman. Pak Egit yang pasti, bu Adek dan seorang pria yang sudah berumur, tapi tidak memudarkan wajah tampannya.Kallica mengangguk ke arah pria yang dia tebak seumuran dengan papanya. Senyuman ramah dan manis diperlihatkan saat menyapa Kallica.Jarak mereka semakin dekat, lalu Kallica meletakan minuman di atas meja. Seketika kening gadis itu mengernyit dan nampak berpikir keras. Wajah pria pemilik hotel tersebut mengingatkan Kallica kepada teman SMA yang sangat dibencinya.Tman yang baru saja ditemuinya kemarin, walau mereka belum sempat bertegur sapa."Tidak mungkin dia," pikir Kallica."Setahuku si 'gelatah babon' itu keluarganya pemilik rumah sakit. Namun, aku merasa wajahnya mirip sekali." Gadis itu berperang dengan pikirannya sendiri."Duh, Kallica," kata Kallica merutuk dirinya sendiri."Baru saja lu ketemu dia kemarin dan bisa-bisanya lu selalu menyamakan wajah semua pria yang lu temui dengan wajah Bara," ungkap Kallica menambahkan di dalam hati.Sampai dia tidak mendengar lagi pak Egit memanggil namanya beberapa kali. Pikirannya sedang sibuk memikirkan persamaan Bara dengan pemilik hotel yang kental sekali kemiripan di antara mereka."Kallica," kata Pak Egit cukup keras.Barulah Kallica tersadar dan menyesali perbuatan bodohnya. Seharusnya setelah mengantarkan minuman dia segera cepat keluar ruangan pak Egit. Bodohnya lagi dia malah berdiri diam seperti seorang penguping."Maaf pak, maaf," ucap Kallica malu."Maafkan pak Azka," sahut pak Egit kepada pemilik hotel.Pria tua nan ganteng bernama Azka itu tersenyum memaklumi."Ini akibat kemarin bertemu dengan si Babon Kingkong itu, makanya penglihatan gua tidak berfungsi dengan benar," gumam Kallica di dalam hati.Gadis itu berjalan cepat keluar dari ruangan pak Egit. Setelah menahan malu akibat kecerobohannya sendiri. Lalu, bunyi nampan besi yang sukses mendarat di atas lantai dengan suara yang memekak kan telinga. Beruntung bukan di dalam ruangan pak Egit melainkan di dekat pintu masuk lift kantor. Sehingga tidak menganggu rapat atasan Kallica di dalam ruangan.Kallica pikir bokongnya akan mendarat indah di lantai,tapi lingkaran kuat dari tangan seseorang membuat gadis itu aman. Lingkaran atau lebih tepat sebuah pelukan di pinggang Kallica. Mata mereka saling bertemu dan memandang, detik demi detik berlalu sampai kesadaran gadis itu kembali."Tidak!"teriak hati Kallica keras dengan kening berkerut.Bara, pria yang baru saja gadis itu pikirkan sedang memeluk erat tubuhnya. Menolongnya dari rasa sakit akibat benturan. Pria itu mengernyit dan menilai lalu pandangan Bara tidak lepas dari mata Kallica."Gunakan mata anda saat berjalan," cetus Bara mendesis sombong.Bara segera melepaskan rangkulannya dari tubuh Kallica. Kallica juga enggan disentuh oleh musuh bebuyutan-nya ini. Gadis itu merapikan baju, atau lebih tepatnya menghapus bekas tangan Bara dari tubuhnya. Dia menepuk-nepuk keras bagian tubuh yang dipeluk oleh Bara. Membuat pria tersebut mengernyit tidak percaya."Bagaimana bisa seorang Office Girl begitu ceroboh. Jika nampan itu berisi makanan atau minuman, kau akan mengotori karpet ini," sindir Bara masih sedikit emosi dengan tatapan tajam.Kallica memejamkan mata menahan emosi yang sudah menumpuk di ujung bibir. Susah sekali menyakinkan hati untuk sabar jika berhadapan dengan pria itu. Namun, sekali lagi gadis itu mencoba dengan keras."Lu kudu sabar Kallica, lu butuh uang. kalau lu ngelawan ini manusia purba, lu akan kehilangan semuanya. Anggap saja dia kentut yang tidak ada wujudnya," ucap Kallica sekali lagi di dalam hati.Gadis itu menghentak hentakan kaki ketika megambil nampan yang berada dekat dengan kaki Bara. Rencana awal, Kallica ingin mengambil nampan itu langsung dengan tangan. Namun, karena berada di dekat kaki Bara, dia tidak ingin gerakannya seperti orang yang sedang bersujud kepada pria menyebalkan itu.Lalu yang dilakukan gadis itu adalah menendang nampan menajuh dari Bara. Saat nampan tersebut sudah bergeser menjauh, barulah Kallica mengambilnya dengan tangan. Hal yang dilakukan Kallica seolah- olah menatang pria Bara dengan berani."Mau lu marah atau mereog, gua kagak peduli!"teriak Kallica di dalam hati.Dengan tatapan mata membunuh,dia sengaja menantang Bara. Untung saja hanya mata Kallica yang bisa dilihat. Gadis itu memutar cepat kepalanya seperti anak kecil yang sedang bertengkar dengan teman sepermainan. Kallica berlari meninggalkan Bara dengan mulut pria itu masih menganga tidak percaya. Pria tersebut tidak bisa mengatakan apa pun, karena tindakan menantang yang baru saja dilakukan pegawai papanya tersebut.Bara menggeleng pelan memikirkan apa yang barus saja terjadi. Dia tidak menyangka bahwa salah satu pegawai di sini begitu berani menentangnya."Kau berani menantangku gadis kecil. Akan kupastikan kau menyesali perbuatanmu ini,"gumam Bara dengan senyuman miring.Perut Kallica terasa mulas sekali. Pertemuannya dengan Bara membuat semua isi perut gadis itu bergejolak. Rambut sudah acak-acakkan, matanya menyala marah dan penih kebencian. Gadis itu duduk melamun memikirkan nasibnya, entah apa yang akan terjadi dengan pekerjaan nanti, jika dia sering bertemu dengan Bara."Tunggu dulu, dia 'kan tidak mendengar suara dan juga tidak melihat wajahku," kata Kallica menenangkan hatinya, padahal sudah tidak karuan lagi."Sudah delapan tahun berlalu dan sudah banyak berubah. Gua juga tidak segendut dulu, tidak mungkin dia mengenaliku. Untung tadi menggenakan masker, kalau tidak habis sudah."Kallica masih bertanya sendiri dan menjawab sendiri. Napasnya memburu antara takut atau ingin memukuli Bara.Dia sangat panik bertemu dengan Bara yang notabene adalah mantan teman sekelasnya. Pria itu selalu menindasnya dimanapun dan kapanpun ketika lelaki brengsek itu punya kesempatan. Pria arogan, sok kuasa yang selalu berlindung di balik harta kekayaan kakek dan p
Keesokan harinya Kallica datang ke kantor dengan wajah ceria. Saat mulai masuk ke dalam kantor dia bersenandung dengan senang. Dia menyapa semua staff kantor dengan senyuman pepsodent."Tumben sepagi ini sudah senang,"sapa bu Adek melihat wajah Kallica berbinar.Kallica tertawa kecil sambil menutupi mulutnya."Mulai hari ini, saya akan memperlihatkan aura positif saya, Bu."Bu Adek memperlihatkan kedua jempolnya kepada Kallica mendukung program pagi ceria Kallica."Saya hampir lupa,"tandas bu Adek.Padahal setelah menyapa Kallica tadi dia hendak menuju ruangannya lagi. Lalu dia teringat sesuatu hal yang harus disampaikan kepada Kallica."Kamu ke atas dulu, Kal. Pak Egit menunggumu."Kallica berkerut bingung."Kenapa lagi, Bu?""Sepertinya kontrak kerjamu di perpanjang. Pak Egit memintamu untuk menandatanganikontrak,"ucap bu Adek mengedipkan satu mata.Mata Kallica membola dengan penuh ceria. Karena dia hanya seorang pegawai kontrak. Jadi berita yang baru saja didengarnya membuat hati Ka
Bara pulang ke rumah dengan senyuman yang tidak memudar di wajahnya. Dia masuk ke dalam rumah dengan bersenandung sambil memainkan kunci mobil di jarinya."Selamat sore mamaku sayang,"panggil Bara ketika melewati ruang tamu.Andrea dan Azka yang sedang berbisik menghentikan pembicaraan mereka dengan melirik Bara bersamaan. Bara menaikkan kedua alis matanya menatap curiga kepada mereka. Lalu, pria itu menyipitkan mata, hatinya yang tadinya berbunga-bunga lenyap seketika."Ada apa?"tanya Bara sangat penasaran."Kamu pulang bahagia sekali, apakah kamu senang dengan tempat kerja barumu?" Andrea menjawab pertanyaan Bara dengan pertanyaan lagi.Seketika Bara melupakan kecurigaannya kepada kedua orangtuanya."Sangat menyenangkan, aku disambut dengan penuh ceria di sana. Bahkan, mereka sangat sopan kepadaku."Di dalam hati Bara berkata." Tidak semuanya! Ada satu karyawan yang secara terang-terangan melawanku. Gadis bertubuh mungil tapi nyalinya tidak sependek ukuran tubuhnya." Bara menghela n
Gadis itu terasa mengecil ketika Bara berdiri di dekatnya. Tinggi badan Bara membuat Kallica harus mengadah menatapnya. Posisi mereka yang cukup dekat ini mampu membuat hati Kallica geram dan ingin membunuh pria yang menjadi boss nya secara mendadak tersebut."Jangan selalu menentangku my cupcake,"lirih Bara.Kallica bahkan sampai lupa bernapas, terlebih Bara sudah mengurungnya dengan tubuhnya yang besar dan berotot.Kallica memutar bola mata, dia jengah mendengar panggilan sok manis dari bibir Bara. "Menjauh dariku!"seru Kallica menantang Bara dengan mata menyala.Bukannya menjauh, pria itu malah semakin sengaja menyudutkan Kallica. Dengan bibir terkulum Bara mendekati Kallica seinci-seinci.Bara menahan sakit di selakangannya saat lutut Kallica tepat menendang di tengah tubuh Bara."Menyingkir kau siluman setengah anjing!" Serunya keras.Pria itu masih menahan sakit pada selangkangannya. Bahkan saking sakitnya, Bara hanya bisa menunduk sambil melirih. Sedangkan Kallica segera menja
"Dia baru saja pergi, Pak," kata bu Adek melanjutkan agar terlihat menyakinkan untuk Kallica. Gadis itu menepuk dadanya lega karena buk Adek tidak memberitahukan kalau dia sedang bersembunyi.Tapi, tangan bu Adek tidak berhenti menunjuk ke bawah meja. Seketika Bara mengangguk menangkap sinyak yang diberikan."Kamu tidak makan siang?"tanya Bara berbasa-basi kepada bu Adek.Tujuannya adalah meminta bawahannya itu untuk menyingkir dan meninggalkan mereka berdua."Ini saya juga mau keluar, Pak. Kalau begitu saya istirahat makan siang dulu." Bu Adek langsung pergi dari mejanya tanpa menunggu Kallica keluar dari persembunyiannya. Bunyi jejak sepatu bu Adek semakin lama semakin menjauh. Kallica semakin lega karena Bara mempercayai ucapan bu Adek. Lima belas menit kemudia gadis itu keluar dari persembunyiannya. Seketika Kallica terkejut dengan apa yang ada di depannya."Kau mau bersembunyi dimana?"tanya Bara melipatkan tangannya di dada.Mereka saling memandang, sebelum Kallica berhasil kab
Ketika Bara menggesekan hidung mereka, saat itu juga Kallica sedang memikirkan cara untuk menyingkir dari kukungan tubuh pria tersebut. Sekali lagi Bara memekik keras karena Kallica menendang bagian tengah kaki Bara. Kallica langsung berdiri setelah tangan Bara terkulai dan merintih kesakitan."Berhenti menendang masa depanku, Kallica! Kenapa kau hobi sekali menyentuh si 'jarot' ku. Ini asetku yang paling berharga."Kallica mendengus kasar karena tidak paham apa yang dikatakan oleh Bara."Jarot?"tanya gadis itu polos.Bara kembali ke mode menyebalkannya, pria itu melingkarkan kedua kakinya layaknya duduk seperti bos. Walaupun dia memang bos Kallica."Kau tahu maksudku!"serunya mengedipkan mata. Langsung Kallica membuang muka mual.Kallica menggeleng tidak peduli." Ucapan yang keluar dari mulut mu itu tidak semua yang bisa kupahami."Gantian Bara yang mendengus karena kepolosan Kallica. Dengan santai pria tersebut melipat kedua tangannya di belakang kepala. Kakinya diselonjorkan menga
"Jasmine,"teriak Kallica saat bertemu dengan Jasmine di depan gang masuk kos-kosan mereka."Lu kenapa Kal? Lu kenapa lari? Lu dikejar satpol PP atau bagaimana? Kenapa pulang secepatnya ini? Lu nggak kabur dari tempat kerja, kan?"tanya Jasmine bertubi-tubi tanpa memikirkan kalau napas Kallica sudah ngos-ngosan."Cepetan lari!"seru Kallica menarik tangan Jasmine lalu berlari bersama menuju rumah kos mereka.Dengan gobloknya Jasmine ikut berlari bersama Kallica tanpa tahu alasan kenapa temannya itu seperti ini. Yang penting perintah sahabat harus dikerjakan."Napas gua sesak, Kal! Gua butuh oksigen bentar!"seru Jasmine sudah tidak tahan lagi, dia kelelahan.Kallica melirik ke sana-sini dan merasa posisinya sudah aman. Dengan menyandar menopang tubuhnya di dinding pagar rumah orang. Kallica meredakan sesak napas dan mengembalikan nyawanya yang hampir ikutan menghilang."Sudah aman,"ucapnya ngos-ngosan.Sedangkan Jasmine tidak kalah lelahnya, gadis itu tersandar dan belum mampu berkata apa
"Kallica bangun oi...bangun!"teriak Jasmine membahana di kamar kos mereka sampai ke langit ke tujuh.Kallica menarik selimut untuk menutupi tubuhnya lagi, sedangkan Jasmine menarik lagi ke bawah agar bisa membangunkan Kallica. Terjadi lah tarik menarik antara Kallica dan Jasmine."Sudah jam delapan Kal! Lu nggak kerja? Lu mau bolos? Yakin gua lu ada masalah di pekerjaan, sejak lu kabur tidak menentu kemarin, feeling gua mengatakan ada yang tidak beres!"serunya dengan penuh keyakinan."Gua hanya butuh hidup tenang sekarang! Lu berangkat dulua saja, Jasmine. Beri limat menit untuk mengembalikan nyawa setelah itu gua pergi ke kantor,"ucapnya memohon dengan sangat tulus.Jasmine semakin bingung memperhatikan sikap Kallica yang tidak biasanya. Padahal dia yang paling semangat bekerja setiap hari, berbeda dengan apa yang dilihatnya sekarang. Gafis itu sedikit berbeda dan tidak semangat untuk hidup lagi."Lu yakin baik-baik saja, Kal? Ada yang menindas lu di kantor? Coba lu sebutin deh biar
"Kau juga ikut!"serunya seenak jidatnya yang lebar tersebut.Aku melototi Bara."Hah!"Apa aku tidak salah dengar dengan apa yang telah dikatakan oleh manusi purba ini."Kau juga ikut,"ulangnya lagi menyakinkan ku."Kau gila!"seru ku.Aku tidak peduli beberapa sisa makanan yang ada di dalam mulut bisa keluar untuk menyembur wajah pas-pasan Bara."Ku peringatkan,Bara! Jangan seenak hidup mu mengatur kehidupan ku!"seru ku tertahan.Aku masih punya malu agar tidak bersikap layaknya wanita bar-bar. Tapi sepertinya bos yang paling kubenci ini, mampu membuat sikap itu keluar daei jiwa ku seketika.Pria itu malah tersenyum manis dan seolah tidak peduli dengan kemarahan ku. Bahunya terguncang karena tertawa, itu semakin membuatku melototinya."Apanya yang lucu, babon!"seruku kepadanya."Berhenti melototiku seperti itu, Kallica! Tampang mu sekarang serasa ingin memakanku.""Bagus kau sadar!""Tenanglah Kal, itu mustahil rasanya aku membawamu. Aku yakin wanita sepertimu tidak mempunyai paspor. K
Kallica PoV"Setelah ini, kau harus menemaniku makan malam,"ujarnya enteng se enteng isi dompetku."What the hell?"tanyaku setengah berteriak.Memang tiada otak si Bara monyet bekantan ini. Bisa-bisanya dia mengatur semuanya tanpa persetujuanku sama sekali."Kau sedang berkumur-kumur atau sedang mabuk? Kau gila atau bagaiaman Bara? Sebaiknya kau pulang dan beristirahat, lah. Sepertinya otakmu sedang dihinggapi banyak rayap makanya lenyap dari kepalamu,"ujarku dengan penuh penekanan.Dan kalian tahu apa respon manusia setengah siluman anjing ini. Ya, dia hanya mengulum senyumannya. Dia pikir dia memiliki senyuman paling manis di seantaro universe ini. Apa dia menganggpku badut, makanya setiap kali aku marah dan menyumpahinya dengan sumpah serapah, responnya pasti hanya tersenyum."Aku tidak lapar Kallica! Ayo cepat!"serunya mulai menarik tali tas punggungku.Aku berusaha menjangkau sesuatu yang bisa menahanku dri tarikan gorilla ini. Aku menggantungkan harapanku..eh salah tanganku di p
"Mau lari kemana kau kecebong? Kau pikir bisa membodohiku untuk kedua kalinya?"kata Bara di dekat telinga Kallica.Pria itu menarik tas sandang Kallica, sampai tubuh Kallica tertarik ke belakang dengan kencang."Kau terlabat dua menit!"teriak Kallica meronta dari pegangan erat tangan Bara."Sudah waktu jam pulang ku dan aku tidak ingin lembur!"seru Kallica lagi."Ayo cepat ikut aku kembali ke kantor,"balas Bara yang tidak memperdulikan teriakan Kallica."Kalau kau tidak malu berteriak di jalanan, silahkan kau lakukan sampai urat leher mu putus dan suara mu habis,"ujar Bara lagi menarik Kallica yang berusaha melepaska tarikan keras dari tangan Bara.Dengan menghentak-hentakkan kakinya Kallica mengikuti Bara kembali ke ruangan kerja pria itu tanpa pakasaan lagi. "Kalau kau yang telat datang, kenapa aku yang kau siksa? Lagipula ruanganmu sudah aku bersihkan, untuk apa aku harus ikut lagi ke sana. Kalau kau ingin lembur! Lembur saja! Tidak perlu mengajakku!"teriak Kallica di dalam lift
Kallica tidak berhenti memandangi dengan wajah masam makanan yang baru saja dikirimi oleh bos sekaligus musuh bebuyutannya. Kalian tahu apa yang membuat Kallica menggeleng tidak percaya, porsi makanan itu sangat banyak yang sangat mustahil untuk Kallica menghabiskannya."Busyettt lu kelaparan apa gimana sih Kal? Pesan makanan sebanyak itu, udah tidak makan berapa minggu?"tanya Suci dengan mata membelak besar."Kalau lu mau ambil saja Suci, gua juga nggak bakalan habis sebanyak ini,"ucap Kallica menggerutu."Bara siluman setan ini benar-benar tidak punya otak. Bisa-bisanya dia mengirim makanan sebanyak ini,"tutur Kallica di dalam hati.Entah sudah berapa kali gadis itu mendengus kesal. Bahkan dia tidak bisa membedakan lagi entah Bara itu perhatian kepadanya atau hanya mengerjainya. Lamunan Kallica dihentakan oleh bunyi ponselnya yang nyaring.Tanpa memperhatikan siapa yang tengah menghubunginya, Kallica menjawab panggilan itu dengan suara datar."Iya, hallo selamat siang!""Sudahkah ka
"Honey, aku datang." Suara pintu terbuka dan suara manja seorang wanita membuat Bara dan Kallica sama-sama terkejut.Mereka saling memandang ke arah pintu, kening Bara mengernyit sedangkan mata Kallica membola besar."Apakah aku terlambat?"tanya wanita itu lagi masih dengan nada yang manja. Lalu dengan angkuh masuk ke dalam ruangan Bara."Pakaian apa yang dikenakan wanita ini?"lirih Bara berbisik geram tapi di dengar oleh Kallica.Dengan tertawa mengejek Kallica menyela." Jangan sok kaget pak bos! Kan, anda sangat suka sekali dengan wanita yang mengenakan baju kekurangan bahan seperti yang di depan anda sekarang!"Kallica memperhatikan teman wanita Bara yang baru saja menyelamatkannya dari kukungan tubuh Bara. Gadis itu memiliki kaki jenjang yang menawan, body bak gitar spanyol, sedangkan wajahnya hasil permakan dokter. Nampak jelas terlihat itu tidak asli. Dengan make up yang sangat mencolok kalau Kallica boleh jujur."Dimana si babon ini menemukan ondel-ondel,"pikir Kallica tertawa.
"Kallica bangun oi...bangun!"teriak Jasmine membahana di kamar kos mereka sampai ke langit ke tujuh.Kallica menarik selimut untuk menutupi tubuhnya lagi, sedangkan Jasmine menarik lagi ke bawah agar bisa membangunkan Kallica. Terjadi lah tarik menarik antara Kallica dan Jasmine."Sudah jam delapan Kal! Lu nggak kerja? Lu mau bolos? Yakin gua lu ada masalah di pekerjaan, sejak lu kabur tidak menentu kemarin, feeling gua mengatakan ada yang tidak beres!"serunya dengan penuh keyakinan."Gua hanya butuh hidup tenang sekarang! Lu berangkat dulua saja, Jasmine. Beri limat menit untuk mengembalikan nyawa setelah itu gua pergi ke kantor,"ucapnya memohon dengan sangat tulus.Jasmine semakin bingung memperhatikan sikap Kallica yang tidak biasanya. Padahal dia yang paling semangat bekerja setiap hari, berbeda dengan apa yang dilihatnya sekarang. Gafis itu sedikit berbeda dan tidak semangat untuk hidup lagi."Lu yakin baik-baik saja, Kal? Ada yang menindas lu di kantor? Coba lu sebutin deh biar
"Jasmine,"teriak Kallica saat bertemu dengan Jasmine di depan gang masuk kos-kosan mereka."Lu kenapa Kal? Lu kenapa lari? Lu dikejar satpol PP atau bagaimana? Kenapa pulang secepatnya ini? Lu nggak kabur dari tempat kerja, kan?"tanya Jasmine bertubi-tubi tanpa memikirkan kalau napas Kallica sudah ngos-ngosan."Cepetan lari!"seru Kallica menarik tangan Jasmine lalu berlari bersama menuju rumah kos mereka.Dengan gobloknya Jasmine ikut berlari bersama Kallica tanpa tahu alasan kenapa temannya itu seperti ini. Yang penting perintah sahabat harus dikerjakan."Napas gua sesak, Kal! Gua butuh oksigen bentar!"seru Jasmine sudah tidak tahan lagi, dia kelelahan.Kallica melirik ke sana-sini dan merasa posisinya sudah aman. Dengan menyandar menopang tubuhnya di dinding pagar rumah orang. Kallica meredakan sesak napas dan mengembalikan nyawanya yang hampir ikutan menghilang."Sudah aman,"ucapnya ngos-ngosan.Sedangkan Jasmine tidak kalah lelahnya, gadis itu tersandar dan belum mampu berkata apa
Ketika Bara menggesekan hidung mereka, saat itu juga Kallica sedang memikirkan cara untuk menyingkir dari kukungan tubuh pria tersebut. Sekali lagi Bara memekik keras karena Kallica menendang bagian tengah kaki Bara. Kallica langsung berdiri setelah tangan Bara terkulai dan merintih kesakitan."Berhenti menendang masa depanku, Kallica! Kenapa kau hobi sekali menyentuh si 'jarot' ku. Ini asetku yang paling berharga."Kallica mendengus kasar karena tidak paham apa yang dikatakan oleh Bara."Jarot?"tanya gadis itu polos.Bara kembali ke mode menyebalkannya, pria itu melingkarkan kedua kakinya layaknya duduk seperti bos. Walaupun dia memang bos Kallica."Kau tahu maksudku!"serunya mengedipkan mata. Langsung Kallica membuang muka mual.Kallica menggeleng tidak peduli." Ucapan yang keluar dari mulut mu itu tidak semua yang bisa kupahami."Gantian Bara yang mendengus karena kepolosan Kallica. Dengan santai pria tersebut melipat kedua tangannya di belakang kepala. Kakinya diselonjorkan menga
"Dia baru saja pergi, Pak," kata bu Adek melanjutkan agar terlihat menyakinkan untuk Kallica. Gadis itu menepuk dadanya lega karena buk Adek tidak memberitahukan kalau dia sedang bersembunyi.Tapi, tangan bu Adek tidak berhenti menunjuk ke bawah meja. Seketika Bara mengangguk menangkap sinyak yang diberikan."Kamu tidak makan siang?"tanya Bara berbasa-basi kepada bu Adek.Tujuannya adalah meminta bawahannya itu untuk menyingkir dan meninggalkan mereka berdua."Ini saya juga mau keluar, Pak. Kalau begitu saya istirahat makan siang dulu." Bu Adek langsung pergi dari mejanya tanpa menunggu Kallica keluar dari persembunyiannya. Bunyi jejak sepatu bu Adek semakin lama semakin menjauh. Kallica semakin lega karena Bara mempercayai ucapan bu Adek. Lima belas menit kemudia gadis itu keluar dari persembunyiannya. Seketika Kallica terkejut dengan apa yang ada di depannya."Kau mau bersembunyi dimana?"tanya Bara melipatkan tangannya di dada.Mereka saling memandang, sebelum Kallica berhasil kab