Home / Romansa / Gairah Paman Sahabatku / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Gairah Paman Sahabatku: Chapter 71 - Chapter 80

101 Chapters

71. Skeptis

Memalukan sekali, kami mirip sepasang suami istri yang bertengkar di gereja. Seorang biarawati paruh baya menatap bingung karena sama sekali tidak mengerti bahasa tumbuh-tumbuhan yang kami gunakan. Akhirnya, aku menarik tangan James agar kami bisa pulang ke hotel. Dia masih merajuk karena aku tetap pada kemauanku. Apakah sampai di hotel kami lantas berpelukan dan berbaikan? Oh tentu tidak. James tipe pria yang tidak pernah bisa ditolak. Semua yang terjadi harus berdasarkan kemauannya. Dia ingin aku tetap aman. Sementara di keningku sudah di cap harga yang tertera. "Kepalang basah James, siapa tau aku bisa dapat informasi untukmu," "Apanya yang basah?" mata James langsung berharap."Dasar otak mesum!" dengan geram ku getok kepalanya dengan botol air mineral. "Aku bertanya apa yang basah? Apakah itu bisa disebut mesum?" "Jangan nyolot! Dan jangan alihkan pembicaraan. Aku harus jadi mata-mata untukmu," " Alice,,," James mulai merengek, dia lebih tau aku lebih keras kepala darinya
last updateLast Updated : 2024-07-26
Read more

72. Gila! dan Lari!

Scott terus saja membela James, hingga membuatku malas menanggapinya. "Alice?" "Hmmm?" "Apa kau benar-benar mencintainya?" Aku diam, bukan merasa bimbang. Aku sangat tau bagaimana dan betapa aku mencintai James. Terlepas dari semua pesona dan kekayaannya. "Maaf, jika pertanyaanku membuatmu merasa risih," " Hari ini, adalah hari dimana kau banyak bertanya!" gerutuku Pura-pura merengut. Scott tergelak, " Sekarang aku tau kenapa James tergila-gila padamu. Kau memang menggemaskan. Hahahaah!" "Hentikan Scott, kau yang mirip orang gila. Kemana Scott pendiam dan dingin itu?" Dia jadi diam. Aku melihat melalui kaca, sorot mata Scott berubah jadi gelap. Dia sedang menimbang sesuatu yang tidak dapat kutebak. Melihat keluar jendela, banyak sekali apartemen terbengkalai. Mobil usang berdebu dipinggir jalan. Juga jalanan yang lengang. Aku jngin bertanya pada Scott, tapi dia masih larut dalam pikirannya. "Scott," "Ya, Alice?" Aku menggigit bibir, "Pernahkah kau melihat James b
last updateLast Updated : 2024-07-28
Read more

73. Tak terduga

Aaaaaaaaaaaaaa mpppppphhhhhh"Sssstttttt, diam kau ini kenapa Alice?" Aku hanya terus meronta sampai sadar karena gigi panjang mengerikan itu hanya gigi palsu. Akhirnya hening, mataku kini membelalak tak percaya melihat orang yang sedang mendekap mulutku. Sementara mobil sudah melaju, kami pun berpelukan lama sekali. Aku sampai harus memeriksa setiap inci wajahnya untuk memastikan penglihatanku. "Oliv!" Kami berpelukan lagi, "enggak mungkin ini kamu. Aku gak bisa percaya mataku," "Kami harus percaya, Alice. Aku sudah disini," katanya serius. Tidak ada jejak bercanda sama sekali disana. Seketika aku sadar ada yang tidak beres. "Ada apa? Katakan?" pintaku mendesak. Tapi ponselku berdering lagi. "Alice! Oh tuhan apa kau baik-baik saja?" James terdengar sangat panik. Aku membayangkan wajahnya dari sini. "Baik James, itu hanya," Oliv menyuruhku diam. Aku mengangguk. "Oscar baru saja menjemputku, kita akan bertemu di rumah,"James sepertinya buru-buru."Oke," Aku tak habis pikir. Ke
last updateLast Updated : 2024-08-01
Read more

74. Oscar dan Sarah

Selama tiga hari kami belum keluar rumah. Oscar bertugas menjadi bapak rumah tangga akhir-akhir ini. Entah darimana dia mendapatkan seorang istri yang keibuan sekali. Sarah, dia wanita dewasa yang penuh kasih sayang. Tuturnya lembut juga terlihat sangat mencintai keluarga. Aku sampai melongo saat dia bersikap manis sekali terhadap Oscar. Kepura-puraan mereka tidak dapat dideteksi hingga aku percaya bahwa mereka benar-benar sepasang suami istri. Seperti pagi ini, aku melihat Oscar sedang membelah kayu untuk perapian. Sementara Sarah menuangkan teh digelasnya. Dia melayani Oscar sepenuh hati.James memelukku dari belakang, menemaniku yang sedang berdiri didapur. "Kau iri?" tanya James sambil menciumi leherku. "Untuk apa?""Melihat mereka?" jawabnya mengedikkan dagu ke arah Oscar dan Sarah yang sedang menikmati roti dan teh di halaman belakang. Aku hanya mendengus. James membalik tubuhku hingga kami berhadapan. "Terimalah lamaranku dan kau akan mendapatkan semua impianmu sayang,"
last updateLast Updated : 2024-08-01
Read more

75. Rayuan Maut

"Bagaimana kalau,,,""Apa?" tanya James sok jaim."Sudahlah, sepertinya lebih baik mengabaikan ku daripada menuruti kemauanku bukan?" aku berlalu, hendak keluar kamar.Sengaja ku langkahkan kaki perlahan untuk menunggu James menahan ku. Sampai..."Apa maksudmu Alice? Apa kau hendak mempermainkanku?" Senyum puas tersungging di bibirku, seperti emak-emak yang berhasil menawar barang dengan separuh harga. Tanpa berbalik, aku berpura-pura tak peduli. "Bukan mempermainkan-mu sayangku, aku hanya sedang negosiasi. Jika ingin mendapatkan hidup yang layak, bukankah aku harus ikut berjuang?" "Jangan bertele-tele, kau membuatku frustasi!" "Sudahlah James. Jika kau bahkan tidak mau melibatkanku dalam mengambil tindakan untuk apa kau mau aku menikmati hidup bahagia?" " Sudah ku katakan itu sangat berbahaya Alice! Apa kau tidak tau aku hampir gila karena Oliv terluka?" Percakapan ini, tidak seperti yang aku bayangkan. Bukan negosiasi seperti yang aku harapkan. James malah marah karena ini. "
last updateLast Updated : 2024-08-02
Read more

76. Fakta

Semua orang telah berkumpul disebuah ruang bawah tanah rumah Oscar. Biasanya, tempat itu digunakan untuk berjaga-jaga jika terjadi bencana angin topan. Meskipun aku sendiri tidak tau apakah wilayah ini termasuk yang sering terjadi. Sarah telah menyediakan waffle juga kopi. Lalu dia pergi ke luar ruangan, mungkin dia merasa bukan ranahnya untuk dapat ikut berdiskusi.Aku menggigiti waffleku yang tinggal separuh. Menunggu kedatangan James yang tak kunjung muncul. Aku bertanya-tanya apakah dia ketiduran disuatu tempat?"Kau harus tetap berpikiran netral setelah mengetahui fakta-faktanya, Alice. Itu akan mempengaruhi pandanganmu dalam mengambil keputusan," ujar Oliv dengan penuh penekanan. "Netral?" keningku berkerut, dengan jantung berdebar menunggu James datang. "Kau gugup?" rupanya James sudah ada dibelakangku. Padahal aku tidak melihatnya masuk. Aku hanya mengangguk menanggapi pertanyaannya. Lalu sekilas melihat dinding yang baru saja tertutup. Aku yakin itu sebuah pintu rahasia.
last updateLast Updated : 2024-08-06
Read more

77. Hening sebelum Badai

"Kau senang?" tanya James dengan cengiran khasnya. Aku suka melihat itu. "Sangat!" kataku seraya terus melakukan aktifitas favoritku. "Kau memang aneh Alice, disaat banyak aktifitas menyenangkan diluar sana, kau lebih memilih bersamaku disini," erang James dengan nafas tertahan. Aku masih terus memeganginya, menahannya agar tidak banyak bergerak. Dengan tatapan curiga aku memelototinya. "Selama aku tidak bersamamu, siapa yang melakukan ini untukmu?" tanyaku garang. "Aku melakukannya sendiri Alice," Jawabnya sambil memutar bola matanya jengah. "Dengan apa?" "Tentu saja dengan alat khusus, kau pikir aku tahan membiarkannya begitu saja?" Keluh James sedikit mengerang lagi. "Ouch Alice, pelan-pelan sayang," "Apa itu sakit?" aku menatap tepat didepan mukanya yang memerah. Dia menggeleng. "Hanya geli sedikit, kau semakin pandai melakukannya," Pujinya bangga. Aku mengerling nakal, "tentu saja dengan banyak latihan" "Kau melakukannya dengan siapa?" "Diriku se
last updateLast Updated : 2024-08-07
Read more

78. Lucy O'connell

James menggendongku ketika melewati jalan setapak yang dikelilingi sorgum. Aku bahkan belum melihat Gandum. "Jauh sekali, James," keluhku santai."Bagus sekali, aku yang menggendong, malah kau yang mengeluh," cecarnya tak suka. Aku hanya tergelak lalu melingkarkan tangan dilehernya."Alice, jangan terlalu erat. Aku bisa mati sebelum sampai," "Baguslah, dengan begitu aku bisa bebas," celetukku asal. "Bebas kau bilang?" "Hmmm,,, bebas dari belenggu cinta yang terus membayangiku. Hahahaha" "Lucu sekali Alice," kata James sambil menurunkanku.Kami sudah sampai di ladang Gandum yang siap panen. Dan benar saja, seseorang membuatku terkejut saat kepalanya menyembul diantara gandum yang bergoyang heboh. "Nak, cari siapa?" kata seorang wanita paruh baya. "Lucy, kami mencarinya," James yang menjawab dengan tidak nyaman. "Oh, sebentar aku panggilkan," Dia mengeluarkan ponsel dari sakunya lalu menekan tombol lambat-lambat."Hallo? Lucy? Ya ada yang mencarimu. Titik koordinat ku tentu saja
last updateLast Updated : 2024-08-15
Read more

79. Calon Ipar Maut

"kau senang?" tanya James yang sedang mengeringkan rambutku menggunakan handuk. "Sangat senang, tapi...""Apa? Ada yang lupa untuk kau lakukan dikamar mandi tadi?" Nada bicaranya berharap. "Tidak ada," James terlihat kecewa tapi melanjutkan menyisir rambutku. "Bolehkah aku tau nama orang tuamu?" tanyaku sedikit ragu. Reaksi James biasa saja. "Maksudku, aku akan menjalankan misi berbahaya. Tentu saja aku harus tau siapa yang akan ku hadapi"."Aku tidak pernah menyembunyikannya darimu", jawabnya santai."Lalu?""Kau tidak pernah bertanya," Aku berpikir sejenak, dia benar juga. "Jadi katakan saja siapa namanya," ***Liburanku di Alaska hanya berlangsung selama seminggu, setelah itu kami kembali ke Boston. Rencana dimulai sejak aku masuk kuliah lagi. Scott, tetap masuk kuliah bersama Betty. Tapi kali ini Betty bersikap seolah neneknya tidak pernah menyanderaku. Dia terlihat lebih ceria dan menyapa siapa saja yang dilewatinya. Sungguh perubahan cukup besar dari seorang Betty. Aku j
last updateLast Updated : 2024-09-07
Read more

80. Rencana lain

Aku membuat satu garis panjang menggunakan kapur ajaib yang kubawa dari kampung. Meskipun aku tidak tau apakah serangga disini akan mempan dengan itu. Tapi yang aku harapkan bukan kecoa atau semut yang mati. Melainkan menjaga Agar Scott tidak bisa menguping acara kami. Itupun tidak membuatnya kesal. Scott malah tampak sangat bersyukur dengan menyalakan tv yang menayangkan siaran balap motogp yang membosankan. Hanya area itu dan dapur yang dapat dia masuki. Selebihnya adalah teritoriku. Betty memilih piyama satin merah cerry yang menjadi hadiah dari Frans saat aku baru pindah. Belum ku sentuh sama sekali karena warnanya begitu menyala. Aku pernah mencoba piyama itu dan merasa harus menguncir dua rambutku dan menggunakan lipstik merah tua. Sejak itu kusimpan didalam lemari paling bawah dan tak tersentuh. Entah bagaimana Betty dapat menemukan itu. Setelah membuat roti lapis daging asap dobel keju. Juga cokelat panas, beberapa drama korea, dan banyak camilan. Akhirnya pesta piyama di
last updateLast Updated : 2024-09-07
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status