Semua Bab Gairah Paman Sahabatku: Bab 81 - Bab 90

93 Bab

81. Operasi bulan 1

Acara pesta piyama berpindah keruang tengah. Aku dan Betty membuat sandwich tambahan. Sementara Scott berbelanja beberapa camilan lagi ke supermarket dekat rumah. James datang sekitar satu jam kemudian. Membawa bungkusan besar yang harumnya membuatku lupa sandwich yang kami buat barusan. Dia memeluk lalu menciumku lama sekali, hanya bagian pucuk kepala. "Boleh aku pinjam tanganmu sebentar?" tanyanya dengan wajah menggoda,Aku mendongak menatapnya, "untuk apa?""Mengganti pakaian?" cengirannya hampir membuatku lupa rencana. "Kau memang nakal, tapi ayo akan kubantu," kataku menyetujui. Betty pura-pura buta dan tuli. Menggigiti sandwichnya dengan khidmat sambil menonton. Untung saja Scott sudah pulang saat aku mendorong James masuk ke kamar. "Nah, mana piyamanya?" tanyaku tak sabar."Apa kau tidak tertarik membuka pakaianku saja lebih dulu? Aku tidak suka buru-buru," "Ayolah James, kau tau kesepakatan kita dan jangan menyiksa diri sendiri," James mengerucutkan bibirnya, "hanya k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-11
Baca selengkapnya

82. Operasi bulan 2

Aku terjatuh dengan suara gedebuk keras. Saat membuka mata, rupanya aku terjatuh diatas matras yang sudah bulukan. Membuat hidungku gatal. Cepat-cepat beranjak dari sana, disusul suara dua gedebuk lainnya. Jelas Scott terjun sambil memeluk Betty. "Nah, ayo ikuti aku. Jangan sampai tersandung," ujar Scott setelah menyalakan senter kepala dan memimpin didepan. Betty menggandengku dan kami berjalan cepat karena banyak hewan berbisa yang lewat. "Kasihan sekali Luna harus dikurung ditempat ini," gumam Betty pada diri sendiri. Scott mendengus, "kalian lihat saja nanti," Rasanya lama dan jauh sekali. Mungkin karena kami berjalan di lorong tikus yang sempit, pengap dan gelap. Aku berpikir kejam sekali James sampai harus mengurung Luna ditempat seperti ini. Hingga kami menemukan cahaya diujung jalan yang bercabang. Suaranya bising sekali, diiringi musik dan gumaman rendah orang-orang. Aku berlari kecil menuju pintu besi, ada sedikit lubang untuk mengintip kesisi lain. Aku menganga tak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-14
Baca selengkapnya

83. Konyol

Scott mengemudi dengan kecepatan tinggi. Membuatku paham alasan dia memilih mobil sport. Tapi itu juga membuatku semakin merasa gugup. Hari hampir pagi saat kami sudah masuk jalanan Boston, Massachusetts. "Semoga saja dia belum bangun," gumamku berdoa. " Aku yakin belum," kata Scott meyakinkan. "Jangan terlalu yakin," "Lihat saja," Scott menyalakan layar tv kecil di dashboard Disana terlihat James sedang tertidur telentang dengan mulut terbuka. Aku yakin dia sedang mengorok. "Bagus kalau begitu, tapi apa wanita di lorong itu tidak akan memberitahu James?" " James tidak mau berbicara langsung dengan orang-orang yang ada disana, apalagi wanita," "Kenapa?" "Aku rasa kau lebih tau alasannya," "Aku tidak tau," jawabku menahan senang dihati. "Terserah"Betty tertidur, dia kelihatan lelah sekali. Jadi aku tidak membangunkannya saat kami sampai dirumah. Scott yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-18
Baca selengkapnya

84. Fakta baru

Mencari keberadaan selotip saja butuh waktu lebih dari satu jam. Membuatku kesal setengah mati. Tapi aku berusaha sabar supaya dapat menyambung potongan kertas itu dengan benar. Setelah mengabaikan ponsel yang bergetar tiada henti, aku mulai menyusun potongan kertas dengan beberapa bercak darah itu. Semakin gemetar saat beberapa informasi mulai terungkap. Entah siapa yang membuang potongan kertas ini disini, tapi aku merasa ini bukan sebuah kebetulan. Dan informasi yang kudapat membuat air mataku menetes perlahan. Setidaknya, meskipun belum lengkap sepenuhnya aku sudah mengetahui apa isi sobekan kertas itu. "Astaga, ini mengerikan sekali," gumamku dengan tubuh bergetar. Tiba-tiba saja pintu dibanting terbuka. Membuatku terlonjak tapi tak lupa langsung menyelipkan kertas itu dibawah karpet. "Hei, kenapa kau menangis?" James langsung datang memelukku. Aku hanya menggeleng lemah. Tanpa aba-aba, James menggendongku la
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-18
Baca selengkapnya

85. Thomas

Meski gayaku percaya diri, tak urung lutut ku lemas juga. James masuk lebih dulu, sementara aku duduk diruang tunggu. Agensi ini memiliki nama besar. Menaungi banyak artis ternama. Aku merasa bagai semut berjalan dibawah kaki gajah. Tapi jika dipikir, bagus juga jadi semut kan?"Nona Alice?" "Ya?" aku langsung berdiri dengan gugup. Menahan kaki yang semakin gemetar habat. "Silahkan naik kelantai 3," kata seorang resepsionis berambut pirang yang cantik. "Baik," Aku masuk lift, lalu berhenti di lantai 2. Ada seorang pria jangkung, putih dengan garis wajah petak yang tegas. Hidung bagai dipahat dari pualam. Aku berpura-pura memerhatikan ponsel, tidak ingin bicara dengan siapapun. Dia berdehem, dan ikut bersandar disebelahku, "ke lantai tiga?" tanyanya manis sekali. Tentu aku tidak ingin pingsan. "Ya," jawabku singkat. " Apa kau tidak mengenaliku, Alice?" Aku langsung m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-18
Baca selengkapnya

86. pesona

Pagi ini berlangsung menyenangkan. Karena si pria megalomaniak itu sudah pergi ke kantor lebih dulu. Aku akhirnya bisa mandi dan sarapan dengan tenang. Beberapa pesan tak penting dari James hanya kubaca sekilas tanpa membalasnya. Aku tak ingin mengganggu pagi yang menyenangkan ini. Hari ini, Scott tidak bisa ikut ke kampus. Dia sedang ada tugas rahasia sejak beberapa hari yang lalu bersama Olive. Aku bahkan tidak dapat menghubungi Olive. Kupikir mereka sedang menyelidiki kapal selam perang milik rusia. Aku memutuskan akan mengendarai mobil sendiri saja. James sudah lama memberiku salah satu mobilnya yang sama sekali belum aku sentuh. Mungkin ini saat yang tepat untuk memanfaatkannya. Setelah membuka garasi yang menghabiskan seperempat bangunan itu, aku mencari -cari kunci mobilku yang tergantung apik dalam kotak kaca. Tak disangka, saat menemukan mobilku, sudah ada kertas yang berisi pesan dari James. "Hati-hati sayang. Aku tau kau akan menggunakannya suatu saat," Begitulah p
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-05
Baca selengkapnya

87. Bella

Aku menyapa kakak Thomas dengan senyuman malu. Matanya menyiratkan keterkejutan, tapi Thomas menggeleng pelan."Oh ku pikir," katanya tertawa kecil. "Hai, aku Alice," kataku mengulurkan tangan. Dia menjabat tanganku lemah. "Bella. Kalian serasi sekali kau tau," Aku tertawa hambar, melirik Thomas yang juga cekikikan. "Dia hanya bisa dijadikan teman, kak," kata Thomas lembut. "Benarkah? Apakah kau sudah menikah ,Alice?" "Belum,""Kalau begitu masih ada kesempatan yang terbuka," "Kau akan mengerti kalau kuberitahu nama kekasihnya, kak," Bella menaikkan satu alisnya. "James Peterson," Satu nama yang membuat air muka Bella berubah. Tapi dia berhasil menguasai dirinya kembali. Menyunggingkan senyuman yang entah artinya apa. "Well, kalau begitu kau harus berhati-hati dik," "Hmmmm... Sedang aku coba lakukan. Tapi gadis ini sulit sekali kutolak," Bella tertawa keras, sambil memegangi dadanya yang terlihat sakit. "Kalian berbicara seolah aku tidak ada disini," kataku memasang waja
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-05
Baca selengkapnya

88. Tujuan yang sama

"sayang," "Apa? Siapa ini?" tanya James terkejut diseberang telepon. "Kau sudah lupa aku hah?" kataku bersungut-sungut. "Bukan begitu, tapi Alice tidak memanggilku begitu," jawab James mengelak dengan sok bijak. "Baiklah, Apakah kau sedang sibuk?" "Jelas sekali sayangku, aku sangat santai saat ini""Kau dimana?" "Di Arizona," "APA?" aku memekik di telepon. Dan yakin James sedang menjauhkan ponsel dari telinganya."Ya, aku sedang santai di Arizona. Menikmati sengatan matahari dikulitku sambil melihat pemandangan proyek yang indah sekali," jawab James sarkas. "Lucu sekali," gerutuku kesal. "Ada apa sayang?" tanya James melembutkan nada bicaranya. Aku tersenyum. "Tunggu sebentar, pacarku sedang membutuhkanku. Ya, kau urus saja dulu itu," kata James tak sabar pada seseorang yang sedang bersamanya. "Apa kau pulang malam ini?" tanyaku genit,"Oh tentu aku pulang jika upah yang kudapat setimpal, sayangku," "Jangan banyak berharap sayaang, aku punya rencana yang sangat bagus untuk
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-05
Baca selengkapnya

89. Rumah sakit

Karena James masih di Arizona, aku mengajak Thomas kembali kerumah sakit. Dia harus sering-sering menjaga Bella. Apalagi disaat kondisi kejiwaan sangat mengkhawatirkan."Terima kasih," ucap Thomas saat kami sedabg duduk berhadapan disisi Bella. "Jangan sering bilang begitu, nanti tidak ada artinya lagi," jawabku tersenyum. "Tentu, akan ku ingat," "Apakah Bella sudah makan?" "Sudah, dan dia terpaksa diberi obat tidur agar bisa istirahat,"Aku hanya bisa mendesah mendengar hal itu. Kasihan sekali Bella, harus merasakan guncangan mental yang begitu hebat. Aku pernah dengar tentang Babyblues. Dan kurasa, Bella sedang mengalaminya. Bukan hanya bayinya, tapi kondisi Bella lebih mengkhawatirkan lagi. Thomas sempat berpikir untuk memberikan bayi Bella pada orang tua yang siap mengambilnya, tapi dia tidak tega jika suatu saat Bella menginginkan bayinya. "Ini memang pilihan sulit, disatu sisi kita menginginkan kehidupan yang layak untuk bayinya, tapi Bella juga membutuhkan waktu untuk se
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-05
Baca selengkapnya

90. Diskusi

"Olive" bibirku bergetar, tanpa suara menyebut nama gadis yang sedang terbaring lemah disana. Segera kuhampiri dia, untuk memastikan mungkin aku salah lihat. Tapi kekecewaan mengaliri setiap sel di tubuhku. Itu memang Olive, dia sedang tertidur atau entah kenapa. Matanya terpejam dengan lebam disekitar matanya, juga dibeberapa bagian wajahnya. Aku menoleh kebelakang, tempat Scott sedang diam memperhatikan reaksiku. "Apa yang terjadi?" tanyaku singkat, tak mampu mengucap lebih panjang lagi." Kecelakaan, aku tidak bisa menceritakan detailnya padamu," suara Scott dipenuhi perasaan bersalah. Jadi aku hanya mengangguk. Tak ingin membuatnya semakin sedih. "Olive," kucoba memanggilnya, dan dia membuka mata perlahan. Tersenyum, hal pertama yang dia lakukan ketika sadar aku didepan matanya. "Hai," sapa Olive dengan suara parau. Aku memeluk tubuhnya dan menangis disana. Hampir saja mengutuk keadaan yang sedang kami alami. "Hei, tenanglah. Aku baik-baik saja," Olive mengusap lembut kepa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-07
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status