All Chapters of Hidup Bersama Yang Tak Terduga!: Chapter 11 - Chapter 20
131 Chapters
Bab 11 - Memulai Keseharian Bersama
“Saya tidak tahu Anda suka roti isi sebagai sarapan pagi atau tidak. Tapi cuma itu yang bisa saya buat dari apa yang kita beli kemarin," ucap Steven lalu tersenyum hangat sembari menunjuk ke belakangku.Aku menoleh ke meja makan baru kami dan melihat ada sepiring sandwich di bawah tudung transparan.“Jangan khawatir, aku pemakan segalanya. Maksudku, terima kasih.”Aku menghampiri meja makan dan memeriksa sandwich yang ternyata memiliki isi sangat lengkap seperti sandwich buatan restoran dekat kantorku yang sering kukunjungi untuk sarapan.'Apa di desanya menu sarapannya juga seperti ini? Ah... aku lupa. Orang dengan banyak uang sepertinya sudah pasti tahu makanan jenis ini.'Aku menggigit roti isinya dan wah...'Ini mirip seperti yang biasa ku makan di restoran langgananku.'“Ini enak... terima kasih.”Tidak ada jawaban darinya. Dia sepertinya sangat fokus mengebor dinding untuk memasang besi gorden. Lagian suara mesin pengebornya juga sangat berisik. Dia pasti tidak mendengarku.Seben
Read more
Bab 12 - Ide Bisnis
Baru saja keluar rumah, kami sudah langsung bertemu dengan tetangga seberang jalan yang langsung melambaikan tangan pada kami, tepatnya pada Steven, karena mereka memanggil nama Steven juga setelahnya."Nak Steven..."'Mereka sudah berkenalan?'Steven mengajakku mampir sebentar untuk menyapa pasangan paruh baya itu. Aku hanya memperkenalkan diri seadanya lalu berdiam diri setelahnya. Bukan karena aku anti bersosialisasi, namun karena aku memang sudah terbiasa tidak bergaul lagi dengan para tetangga.Semuanya dimulai sejak 5 atau 6 tahun lalu. Pertanyaan para tetangga kami di rumah ayahku mengenai “kapan aku menikah” itulah yang sebenarnya membuatku berhati-hati untuk tidak bergaul dengan mereka lagi.Aku sedikit takjub saat mendengar dan memerhatikan cara Steven berinteraksi dengan pasangan paruh baya ini. Bukan hanya sekedar menyapa atau berbicara hal tak penting, Steven membicarakan beberapa hal tentang toserba yang jauh dari pemukiman kami, juga susahnya mencari bahan makanan segar
Read more
Bab 13 - Jarak Usia Kita Terlalu Jauh
Steven menoleh dan tersenyum padaku.“Maksudku... harga tanah di sini cukup mahal,” aku menjelaskan maksudku bertanya.“Ayo kita lihat nanti. Kalau harganya sedikit cocok dengan tabungan saya, saya akan coba bernegosiasi.”'Wah…'Aku terdiam dan masih mendongak menatapnya dengan mulut menganga. “Sebenarnya seberapa banyak tabunganmu?” tanyaku lagi. “Apa hasil penjualan tanahmu memang sebanyak itu?”Steven hanya tertawa. Dia kemudian mengajakku berjalan kembali menuju rumah kami tanpa memberikan jawaban, membuatku agak sedikit kesal.“Maaf kalau aku lancang. Tapi kau terlalu membuatku syok karena sebelumnya aku mengiramu tidak memiliki pekerjaan yang bisa menghasilkan uang. Jadi tolong dimaklumi.”'Selain itu aku juga jadi sulit menceraikanmu, kan? Kau sepertinya sudah mempertaruhkan segalanya untuk hidup bersama istrimu yang jauh lebih tua ini, bahkan harus sampai menjual tanah.'Sebenarnya cuma tebakanku saja yang mengira kalau dia sudah menjual tanah orang tua hingga mendapatkan uang
Read more
Bab 14 - Keinginan Terpendam
Steven juga membantu mencuci semua piring dan peralatan memasak kotor setelah kami selesai makan malam.Seperti yang dikatakannya tadi, dia mengerjakannya seakan itu memang hal yang sudah biasa dilakukannya. Aku tidak melihat adanya niat tersembunyi dari apa yang ia lakukan. Jelas sekali kalau dia bukannya ingin terlihat baik dimataku.Karena terlalu fokus memerhatikan punggung lebar Steven yang tampak kokoh di balik t-shirt ketatnya, hasratku tiba-tiba ‘naik’ tanpa kusadari. Di saat yang bersamaan aku juga bisa merasakan basah di area dekat pangkal pahaku, bersama dengan perasaan gelisah yang tiba-tiba saja muncul. Aku sudah melakukan kesalahan karena terlalu lama menatapnya!Aku buru-buru masuk ke dalam kamar, menutup pintunya rapat lalu duduk di ranjang untuk menenangkan kembali keinginan memalukan yang muncul secara tiba-tiba.Tapi melarikan diri ke dalam kamar seperti ini sama sekali tidak membantu. Justru sebaliknya, berada di sini, di atas ranjang kami, malah membuat keinginan i
Read more
Bab 15 - Bahaya Di Pagi Hari
Aku terbangun saat alarm di ponselku berbunyi. Setelah mematikannya aku berbalik, ingin tahu apakah Steven tidur bersamaku atau tidak, dan aku tidak melihatnya ada disampingku.Kami tidak melakukannya tadi malam. Steven tidak datang menghampiriku sampai aku akhirnya tertidur.Walau merasa harga diriku sedikit jatuh karena penolakan tidak langsungnya, aku tidak mempermasalahkannya. Aku yakin pasti ada yang dipertimbangkannya hingga masih tidak mau melakukannya, atau mungkin karena aku tidak mengatakan kalau aku menginginkannya secara jelas hingga ia ragu untuk melakukannya.Yang terpenting aku sudah memberinya izin dan aku juga sudah tahu kalau dia tampak tertarik pada tubuhku. Aku melihatnya dengan sangat jelas saat duduk di sebelahnya tadi malam.“Pagi...,” sapaku pada Steven yang sedang sibuk dengan laptopnya.“Pa...gi...,” sahut Steven. Terlihat jelas kalau dia tampak takjub memandangi tubuh di balik gaun tidurku yang lumayan transparan.Aku mengalihkan tatapanku ke meja makan, seng
Read more
Bab 16 - Terlambat
Aku menyentuh pelan bibirku. Mengingat kembali bagaimana Steven melumatnya dengan lembut sebelum memasukkan lidahnya ke dalam mulutku.'Apa begitu caranya berciuman?'Sebelum hari ini, aku benar-benar belum pernah melakukannya sama sekali. Baik itu hanya sebuah kecupan di pipi, kening, terutama di bibir. Jadi selama kami melakukannya tadi, aku hanya diam dan mempelajari cara dia melakukannya.Aku benar-benar seperti seorang perawan tua yang tidak berpengalaman. Jadi apa yang dikatakan teman-teman ibu tiriku sebenarnya tidaklah salah.'Apa dia sudah sering melakukannya? Dia sepertinya sudah sangat—'“Neng?”Aku baru tersadar dari lamunan saat sopir taksi memanggilku. “Ya, Pak?”“Kita sudah sampai.”Aku melihat keluar jendela dan kaget karena gedung kantorku sudah berada di sana, padahal seingatku kami baru berkendara beberapa menit saja.“Oh maaf... Terima kasih, Pak.”Dengan perasaan malu aku segera turun dari taksi dan berlari kecil menuju pintu utama gedung kantorku.Dari suasana lob
Read more
Bab 17 - Pria Yang Tak Tahu Diri
“Pak Jo, kalau surat peringatan saya sudah dibuat, tolong print dan serahkan pada saya atau Anda bisa mengirimkan ke e-mail saja saya.”Jo Bastian melirik pada Carlos, seakan sedang meminta izin pada atasannya itu untuk mengerjakan apa yang kuminta. Aku tidak memedulikan interaksi mereka dan langsung pergi meninggalkan Jo yang tampak serba salah.Begitu keluar dari dalam ruangan, aku mengambil ponsel, mengecek perekam suara yang masih aktif, lalu menaruhnya kembali ke dalam saku jas ku. Aku masih mengaktifkan perekam suara itu, tahu kalau Carlos yang tidak suka diabaikan itu pasti akan mengejarku.Seperti yang kuduga, Carlos mengejar dan langsung menghampiriku.“Apa Anda marah karena saya mengabaikan Anda?” tanya Carlos yang kemudian menyeringai sambil berjalan di sebelahku.Aku mengabaikannya dan terus berjalan untuk kembali ke ruangan divisiku.“Maaf, saya cuma ingin Anda tahu rasanya diabaikan,” ucapnya lagi.'Siapa yang mengabaikan siapa?'Aku tidak memedulikannya dan semakin mempe
Read more
Bab 18 - Gosip
Ruangan divisiku mendadak sunyi senyap tepat setelah aku membuka pintu. Padahal aku jelas-jelas mendengar suara berisik orang-orang yang sedang asik mengobrol saat masih berada di depan pintu barusan. Hebatnya lagi, tidak ada satupun dari 30 karyawan yang berada di dalam ruangan yang tidak sedang berada di meja kerja mereka.Setelah memastikan kalau tidak salah masuk ruangan dari divisi lain, aku menoleh ke arah pintu yang baru kulewati.'Apa aku masuk ke dunia lain melalui pintu ini? Atau mereka bisa terbang? Bagaimana mungkin mereka bisa kembali ke tempat duduk masing-masing secepat ini?'Tahu kecerdikan mereka, aku hanya bisa tersenyum pahit dengan hati mendongkol.Para bedebah ini...Walau agak kesal dengan gosip terang-terangan yang mereka bicarakan di grup obrolan, aku sebenarnya tidak terlalu ambil pusing. Para karyawan Divisi Produksi yang bekerja di bawahku ini memang sangat suka bergosip di grup obrolan, namun mereka juga sangat bertanggung jawab pada pekerjaan.Bagaimanapun
Read more
Bab 19 - Menghilangnya Steven
Aku meminta pak sopir menurunkanku di depan sebuah toko elektronik yang berjarak kurang lebih 2 kilometer dari rumahku.Ingat kalau uang yang berada di lemari pakaian mungkin tidak aman, aku membeli CCTV portable berukuran kecil yang bisa ditaruh di tempat-tempat tertutup dan tidak mencolok. CCTV itu juga sangat simpel dengan tangkapannya yang akan terhubung langsung ke ponselku selama 24 jam penuh, dan tidak repot juga dalam penginstalannya.Setelah membeli 6 CCTV portable, aku mampir ke toko pakaian khusus wanita yang berada tak jauh dari toko elektronik itu untuk mencari beberapa lingerie. Aku memilih beberapa lingerie berbahan tipis yang jauh lebih transparan dari gaun tidurku, dan yakin kalau Steven tentu akan senang melihatku memakai pakaian yang kupilih ini.“Gila. Kenapa aku malah jadi seperti ini?” Aku bergumam sambil memerhatikan kantong belanjaan di tanganku, saat akal sehatku baru saja kembali padahal aku sudah membeli semuanya —atau karena aku memang menginginkannya?Setel
Read more
Bab 20 - Terancam Bahaya
Aku masih terus berusaha melepaskan diri dari Carlos sambil berteriak-teriak meminta pertolongan. Sialnya, jalan pintas ini memang sangat sepi pada jam-jam ini hingga tak ada satupun orang atau kendaraan yang melintas.“Carlos! Kau tahu kau pasti akan masuk penjara kalau aku melaporkanmu, kan?!”“Penjara? Ku rasa tidak akan sejauh itu.""A-apa?! Apa maksudmu?"Sambil menarikku pergi, Carlos tertawa terbahak-bahak."Kau pikir aku tidak tahu kalau kau sedang mengumpulkan banyak bukti untuk bisa membuatku dikeluarkan dari perusahaan?”“Bagaimana kau—”“Aku memasang CCTV portable di ruanganmu,” potong Carlos sebelum akhirnya tertawa puas.“Brengsek!”Sambil terus berteriak, aku juga berusaha menahan tubuhku di pintu mobil dengan kedua kakiku saat Carlos berusaha mendorongku paksa agar masuk ke mobilnya.Melihat usahanya gagal karena aku terus berusaha bertahan sekuat tenaga, Carlos akhirnya mengambil sebilah pisau dari balik saku jaketnya lalu mengancamku.“Masuk atau kau akan mati di sini
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status