Home / Rumah Tangga / 30 Hari Bersama Ceo Angkuh / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of 30 Hari Bersama Ceo Angkuh: Chapter 71 - Chapter 80

265 Chapters

71. Rumah Impian?

Dominic berdiri dan terlihat sedang berbincang-bincang dengan beberapa orang yang datang dari perusahaan jasa iklan. Wajah pria bermata cokelat itu terkadang tampak cukup serius. Terkadang keningnya tampak berkerut, dan beberapa kali terdengar sanggahan atas ide dari orang-orang yang berada di sana. Tidak hanya Dominic, ada Austin juga yang berdiri bersamanya dengan sesekali mengangguk menyetujui Dominic. Sementara itu, Anna duduk dengan wajah bosan di atas batang pohon di tepi danau. Jika bukan karena dipaksa oleh Dominic tadi, Anna tidak akan mau ikut dengan pria itu kemari. Lebih baik dia menghabiskan waktu di dalam kabin saja. "Padahal tugasku hanya sebagai koki pribadinya, bukan asisten pribadi!" gerutu Anna dengan wajah kesal. Apalagi saat dia melihat salah satu wanita yang terdapat di antara orang-orang itu, terlihat terang-terangan menggoda Dominic. "Ck, dasar wanita penggoda! Dia seharusnya bekerja dengan benar bukannya berusaha menarik perhatian orang lain dengan cara s
last updateLast Updated : 2024-01-21
Read more

72. Seperti Air Mengalir

"Apa?" Kali ini wajah Anna benar-benar terkejut dengan pernyataan yang baru saja dilontarkan oleh Dominic. "Membuat rumah di sini, Anna. Kau ini tuli atau bagaimana, sih?" Dominic terlihat mulai kesal karena harus kembali mengulang kalimatnya. "Kau memakiku, ya?""Memaki apa lagi, Anna?""Itu mengataiku tuli!""Oh, astaga!" Dominic menepuk dahinya dengan ekspresi geram. Ternyata Anna masih pandai membuatnya naik darah. "Sudahlah lupakan saja! Jadi, kenapa kau terkejut tadi?" "Jelas aku terkejut, Dom. Kau bilang mau membuat rumah di sini? Kau sudah gila atau bagaimana?""Kau mengatai aku gila?" Dominic melotot tidak percaya dengan perkataan Anna. Dia pikir gadis itu sudah bisa menjaga cara bicaranya sekarang, ternyata masih sama saja! "Itu balasannya karena kau mengataiku barusan ... ya, lagi pula idemu itu konyol! Kau sudah tidak tau cara menghabiskan uang atau bagaimana, Dom? Biayanya akan sangat mahal jika membuat rumah di sini."Dominic mengerti masalahnya sekarang. Pria itu ter
last updateLast Updated : 2024-01-21
Read more

73. Dua Pria yang Patah Hati

Harry memasukkan beberapa pakaiannya ke dalam koper. Raut wajah pria itu terlihat datar, terkesan dingin setelah pertengkarannya dengan Emily kemarin. Dia berubah menjadi sosok yang lebih pendiam. Brak! Harry menoleh ketika mendengar suara pintu kamar dibuka dari luar. Setelah itu, dia memilih membuang wajah saat melihat Emily datang dengan perlengkapan lukisnya. "Kau mau ke mana, Honey?" tanya Emily. Dia meletakkan alat lukisnya di pojok kamar, lalu berjalan menghampiri Harry yang berdiri di dekat ranjang. "Berkemas? Kau mau ke mana?" tanya Emily sekali lagi saat tidak mendapat jawaban apa pun. "Aku akan kembali ke New York besok pagi, dan untuk malam ini aku akan menginap di kabin Dominic, atau rumah Austin."Emily terlihat terkejut. "Kau mau kembali ke New York? Bukannya kita akan tetap di Vermont sampai liburan akhir tahun berakhir, Harry?""Ada pekerjaan mendadak yang tidak bisa ditinggalkan," jawab Harry tanpa menoleh sama sekali.Sebenarnya dia masih kesal dengan Emily. "P
last updateLast Updated : 2024-01-22
Read more

74. Dua Pengganggu Dominic!

"Kau memasak apa?"Anna terlonjak kaget saat Dominic datang dan tiba-tiba melingkarkan tangan di perutnya. "Kau membuatku terkejut, Dom." Beruntung Anna tidak memukulkan spatula yang ada di tangannya ke kepala Dominic. "Maaf, Sayang." Dominic tertawa kecil lalu mengecup pipi Anna. "Jadi, apa menu makan malam kita?""Aku memanggang ayam, dan juga kentang. Lalu membuat krim jagung dan salad sayur. Ah, iya, aku juga membuat kue jahe.""Butuh bantuanku?" tawar Dominic dengan masih memeluk Anna dari belakang. "Tidak perlu. Sebenarnya, kau hanya perlu melepaskan tanganmu saja, dan duduk di sana. Tunggu aku sebentar lagi.""Tidak mau." Bukannya melepaskan tangannya dari tubuh Anna, Dominic justru menggerakkan tangannya dengan nakal. Menyentuh bagian dada gadis itu hingga membuat Anna sedikit melenguh. "Dominic, lepaskan! Aku tidak bisa memasak dengan benar jika seperti ini.""Lepaskan saja jika kau bisa.""Dom." Napas Anna tercekat saat Dominic meremas dadanya, dan mengecup bagian belaka
last updateLast Updated : 2024-01-22
Read more

75. Obrolan Random!

"Jadi, sebenarnya kalian ada masalah apa?" tanya Dominic pada Harry. Pria itu duduk dengan menopang kaki, santai. Setelah beberapa jam membiarkan Harry dan Austin tidur dengan nyenyak, Dominic akhirnya membangunkan kedua temannya yang tidak tahu diri itu. Enak saja mereka tidur dengan nyenyak, setelah berhasil mengagalkan waktu yang ingin Dominic habiskan bersama Anna. "Sepertinya pernikahan kami tidak akan terjadi.""Apa? Kau serius, Harry?" Wajah Austin tampak terkejut. Itu semua jelas terlihat dari matanya yang melotot lebar. Harry memilih untuk kembali diam. Dia mengambil gelas berisi anggur lalu meminumnya dalam sekali teguk hingga kandas. Apa wajahnya terlihat becanda sekarang? "Harry, kau ini gila atau bagaimana, sih? Kau masih bisa sesantai ini setelah mengatakan bahwa rencana pernikahan kalian mungkin saja gagal?" tanya Austin yang masih tidak habis pikir dengan tingkah Harry yang terlihat cukup tenang. "Lalu aku harus apa? Sejak awal sepertinya Emily memang tidak pern
last updateLast Updated : 2024-01-23
Read more

76. Belanja atau Kencan?

Anna membuka matanya dengan malas saat mendengar suara pintu rumahnya diketuk beberapa kali. Gadis itu turun lalu menyambar pakaian hangatnya dan berjalan ke luar untuk membuka pintu. "Selamat pagi!" sapa Dominic dengan senyum manis. Pria itu berdiri dengan wajah pucat di depan pintu, lengkap dengan topi yang ada di kepalanya. "Dominic!""Kau tidak mau menyuruhku masuk?""Eh, iya." Anna langsung membuka pintu dengan lebar, lalu membiarkan Dominic masuk. Pria itu meletakkan mantelnya di balik pintu dan langsung memeluk Anna. "Aku kangen."Anna langsung tersenyum mendengar nada manja Dominic. Membuatnya membalas pelukan pria itu dengan erat. "Aku juga. Bagaimana dengan Austin malam tadi?" tanya Anna. Gadis itu mendongakkan kepalanya. Jujur saja dia sangat penasaran. "Austin?""Hu'um. Bagaimana dengan reaksinya setelah tahu kita berkencan? Aku merasa sedikit canggung dengannya malam tadi."Dominic menyentuh hidung Anna dengan hidungnya sendiri. Dia merasa sangat gemas dengan perta
last updateLast Updated : 2024-01-24
Read more

77. Bertemu Sarah

Dominic mengerutkan dahinya, heran dengan gadis berambut merah di depannya. Dia seperti pernah melihatnya, tetapi entah di mana. "Kau tidak ingat aku, Dom?"Anna melirik Dominic dengan penuh tanda tanya, sementara Dominic hanya bisa mengendikkan bahu, tidak tahu. "Aku Sarah Brown, Dom. Kau ingat? Kita pernah bertemu di pernikahan Charles.""Ah, iya. Aku baru ingat.""Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di Vermont. Kau sedang liburan di sini?""Ya," jawab Dominic singkat. Dia kembali fokus dengan kasir di depannya. "Dia siapa?" tanya Sarah lagi sembari menunjuk Anna. "Dia—“Anna menatap Dominic saat pria itu menggantungkan kalimatnya, dan terlihat bingung. "Pacarmu?" tanya Sarah penasaran karena Dominic tidak melanjutkan ucapannya. "Ah, bukan urusanmu!" Dominic mengibaskan tangannya di depan wajah Sarah. Dia terlihat cukup tidak nyaman. Sementara itu, Anna memerhatikan Dominic dengan perasaan yang sedikit kecewa. Dia pikir Dominic akan mengenalkannya sebagai seorang kekasih
last updateLast Updated : 2024-01-24
Read more

78. Jangan Tinggalkan Aku, Dom!

“Papa, ampun!” Gadis kecil berusia sepuluh tahun itu meringkuk di atas lantai yang dingin. Kepalanya mendongak dengan tatapan menyedihkan. Dia melihat seorang wanita yang sedang merokok di atas sofa dengan santai. Berharap wanita tersebut akan menolongnya, tetapi sepertinya hal itu tidak akan terjadi. “Carol, kau bisa menjaga anak tidak, sih?” bentak pria berkulit putih—Frank.Carolina berdecak dengan ekspresi kesal. “Aku sudah bilang padanya untuk tidak keluar, tapi anak itu memang nakal. Tidak mau mendengar.” Anna kecil berusaha merangkak menuju kaki sang ayah untuk memohon ampun. Namun, sebelum gadis kecil itu mencapai kaki ayahnya, Frank kembali memukulkan tongkat kayu ke punggungnya yang ringkih seolah tidak punya rasa peduli. “Aw, sakit.” “Dasar anak kurang ajar!” hardik Frank lagi. Dia semakin membabi buta memukulkan tongkat kayu yang ada tangannya pada tubuh kecil Anna yang sudah tidak berdaya. Amarahnya benar-benar memuncak, dan berharap agar anak itu mati saja! Bagaima
last updateLast Updated : 2024-01-25
Read more

79. Kembali Ke New York

Anna terbangun saat hidungnya mencium aroma harum masakan. Mata gadis itu tampak beberapa kali mengerjap, menatap sinar matahari yang masuk melalui kaca jendela. Lantas dia menoleh ke samping, dan mendapati Dominic sudah tidak ada di tempatnya. “Aw!” rintih Anna saat dia berusaha menurunkan kaki untuk berdiri. Anna terpaksa kembali duduk dan melihat kondisi kakinya yang terasa sangat sakit. Dia baru teringat. Kemarin saat dia dan Sarah bermain ski bersama, gadis berambut merah itu tiba-tiba saja hendak mengayunkan tongkat ski ke arahnya. Saat itu Anna merasa kaget. Dia mempunyai trauma terhadap tindakan seperti itu, tentu saja langsung bergerak tidak teratur, dan berakhir terjatuh dengan keras di atas salju. Cederanya cukup parah pada bagian pergelangan kaki dan lutut. Membuat Anna terus meringis saat melihat bagian dari kakinya yang bengkak, dan lebam cukup parah. “Kau sudah bangun?” Anna menengadahkan kepala saat mendengar suara pintu terbuka, dan Dominic muncul dengan nampan
last updateLast Updated : 2024-01-26
Read more

80. Aku Akan Menjagamu

Dominic tidak bisa menunggu lebih lama lagi, setelah melihat kondisi Anna yang sama sekali tidak menunjukkan kemajuan. Jadi, dia sudah memutuskan untuk kembali ke New York lebih cepat dari waktu yang seharusnya. Lagi pula Dominic sudah tidak nyaman berada di Sky Crystal sejak bertemu dengan Sarah kemarin. Gadis itu benar-benar membuat Dominic muak dengan semua tingkah lakunya yang terkesan murahan. Sementara itu, Anna juga tidak bisa menolak lagi keinginan Dominic yang ingin membawanya ke New York. Gadis itu hanya bisa pasrah karena kondisi kakinya benar-benar buruk. Dia tidak bisa bergerak bebas apalagi setelah kakinya dipasang gips. Mata biru milik Anna menatap Dominic yang sudah sibuk sejak pagi tadi. Bahkan sejak semalam, pria itu tidak bisa tidur dengan nyenyak, semua itu tampak jelas dari wajah lelah Dominic. "Halo, Dam. Bagaimana dengan tiket yang aku minta? Kau sudah dapat?""Yeah, beruntung cuaca cukup bagus sekarang. Penerbanganmu tiga jam lagi.""Baiklah, dan satu lagi j
last updateLast Updated : 2024-01-26
Read more
PREV
1
...
678910
...
27
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status