Bab 64 Saat ini Diana semakin kubutuhkan untuk menjadi penasehatku, apalagi setelah Mas Irfan semakin jauh dariku. Sahabatku yang sudah kuanggap saudara itu tulus, tidak mempunyai kepentingan apapun selain ingin membantu untuk membahagianku."Serius, Del? Alhamdulullah aku ikut seneng dengernya," jawab Diana ikut bungah."Di, trus aku harus bagaimana?" tanyaku. "Terima saja, Del. Kamu butuh uang untuk masa depan Zaqi juga, walaupun Papahnya mampu, setidaknya kamu punya simpenan sendiri. Menjadi wanita harus mandiri, jangan sampai kita hanya berharap dengan uang suami." "Bener juga, Di. Aku sendiri mempunyai pendapat seperti itu.""Gak mungkin kamu mau ngelola sawah sendiri, 'kan? Apalagi tinggal di Sragen, rumah almarhum saja sudah diwakafkan. Makam bapak dan ibu juga gak disana, mending dijual, trus beli rumah di Jogja, untuk investasi. Trus dibangun kos-kosan, duit kamu dijamin mengalir banyak."Pikiranku terbuka setelah mendapat masukan dari Diana, bagus juga idenya. Kujual semu
Read more