83. "Hallo, Di?" Suaraku bergetar sudah tidak sabar ingin berbicara dengan sahabat sejatinya, kalau untuk mahkluk hanya dia tempatku mencurahkan isi hati."Hallo, Say. Kenapa suaramu aneh, kaya gitu?" tegur Diana."Jangan lupa besok jemput aku lagi, antar ke Notaris!" tegasku.Aku tidak mau basa-basi langsung saja, karena emosiku belum bisa kukendalikan, buktinya suara gemetarku tidak bisa kusembunyikan."Loh, loh, kan emang udah sepakat mau kesana besok. Ini kenapa kaya emosi gitu, sih," selidik Diana."Aku pingin cepat-cepat beli rumah itu." Suaraku nada tinggi, berusaha mengendalikan nafas yang naik turun."Ini ada apa, kok tiba-tiba emosi." Goda Diana."Ceritanya panjang, besok saja kalau ketemu." Ketusku.Terdengar suara tawa Diana dari seberang telepon, membuatku cemberut. "Bukannya ditolong, malah diketawain," sergahku."Kamu itu aneh! Kemaren minta dibatalkan pembelian rumahnya, alasannya ceritanya panjang, kalau ketemu akan diceritain. Sekarang minta cepat-cepat beli rumah,
Read more