Semua Bab TERPAKSA JADI PENGANTIN PENGGANTI IBUKU: Bab 131 - Bab 140
236 Bab
Prinsip vs Tradisi
[Keluarlah! Ada yang ingin kubicarakan. Penting!]Pesan masuk dari nomor asing, baru dibuka setelah ia turun dari panggung dan duduk di meja kehormatan. Ia baru saja mengecek ponsel begitu merasakan benda itu berbunyi berkali-kali. Ternyata ada dua puluh kali panggilan tak terjawab dari nomor asing. Pemilik nomor itulah yang mengiriminya pesan. Prisha refleks menoleh ke arah pintu masuk aula. Beberapa pemuda pemudi berseragam resepsionis berdiri menjaga pintu. Tak seorang pun yang ia kenal. Para tamu memadati aula, tak ada yang berdiri di ambang pintu. Siapa pengirim pesan itu?Prisha memutuskan untuk mengabai pesan yang dianggapnya tak sopan itu. Bukannya memperkenalkan diri, malah memerintah orang untuk keluar. Bener-bener iseng, batinnya kesal. Lantas, dihapusnya pesan tersebut.Tak berapa lama, makan malam dimulai. Meja-meja bundar dipenuhi hidangan makan malam yang menggugah selera. Terhidang apik dalam peralatan makan ekslusif terbuat dari porselin mahal. Menu makanan dan minu
Baca selengkapnya
Titik Tersakit
“Vin, gimana soal pencairan saham istrimu?” Saat sedang terlibat diskusi seru dengan beberapa pengusaha bidang industri kesehatan, seseorang tiba-tiba bertanya pada Gavin. Pertanyaan tersebut mengalihkan perhatian para pengusaha tersebut. “Apakah itu benar? Kami pikir hanya rumor.” Mereka berkomentar, ingin tahu. Mereka menaruh perhatian karena penarikan saham kemungkinan berpengaruh terhadap biaya produksi perusahaan multinasional Healthy Light. Jika modal berkurang, kualitas dan kuantitas produksi kemungkinan akan terpengaruh.Gavin menoleh pada orang yang bertanya. Ternyata orang itu Zakki, sepupunya. Zakki menyeringai. Pertanyaannya disengaja, untuk melemahkan kepercayaan para pengusaha muda terhadap Gavin. Itu bakal berpengaruh terhadap kerja sama perusahaan.“Perusahaan kita sudah menyiapkan antisipasi. Tak akan terpengaruh oleh penarikan saham,” sahut Gavin, tenang. “Syukurlah. Kamu memang handal meski belum berpengalaman.” Zakki manggut-manggut. “Ngomong-ngomong, di mana
Baca selengkapnya
Mengerikan
“Biar semua orang tau kebusukan keluarga Devandra dan kerabatnya!” desis Joanna. Sepasang tangannya meremas ujung gaun dengan ketat. Joanna yang pikirannya bersumbu pendek, akhirnya melupakan niat awalnya. Sejuta rasa sakit yang dialami akibat merasa dibedakan dalam keluarga, mencuat di hatinya. Bercampur luka patah hati diperlakukan kasar oleh Gavin dan papanya sendiri. Ia yang selama ini terbiasa mem-bully, tiba-tiba merasa tertindas oleh kata-kata Prisha. Kemarahan hebat membayang di wajah cantik adik Ariana itu, mengingatkan Prisha pada wajah penyihir jahat yang diselimuti hawa balas dendam dalam film-film fantasi. Prisha berusaha tetap tenang dan berkepala dingin. Entah apa maksud Joanna mengajaknya bertengkar di luar aula dan memancing wartawan datang. Jika itu untuk mencemarkan nama baik keluarga Gavin, maka Joanna berhasil. Para wartawan terlihat antusias mengarahkan kameranya. Belasan blitz menerpa wajah Prisha dan Joanna.“Joanna, kenapa kau lakukan ini?” tegur Prisha. S
Baca selengkapnya
Terjebak
“Maaf, Sha nggak tau, Kek. Sha pulang duluan ....”“Acara belum selesai, kalian malah kabur! Cepat telpon Gavin! Segera kembali!”“Pak Dok nggak ngangkat telpon, Kek. Chat pun nggak dibaca.”“Ahh, kemana anak itu?” Kakek Zed misuh-misuh.Kecemasan Prisha merambat naik. “Pak Dok biasanya didampingi penjaga. Bentar kuhubungi kepala penjaga, Kek.”“Penjaga tak boleh masuk ke acara. Mereka hanya mengawal di depan aula. Kalo Gavin keluar, para penjaga pasti melihatnya dan melapor padaku. Sudahlah. Mungkin ia masih di dalam mansion. Nanti kutanya Pak Bambang. Tadi kulihat dia pergi dengan si Indra, putra Pak Bambang.”“Oh, baik, Kek. Moga segera ketemu. Mohon maaf, Sha lelah, nggak sanggup kembali ke acara. Izin pulang duluan, ya, Kek.”“Minta izin, tapi kamunya udah di jalan.” Si kakek menggerutu sebelum mengakhiri panggilan telepon.Prisha mengembuskan napas halus. Kecemasannya sedikit berkurang. “Segede itu nggak mungkin hilang gitu aja, kan? Kakek Zed cukup protektif. Pasti bisa menjaga
Baca selengkapnya
Terasa Lebih Gemuk
Prisha meringis kesakitan karena cengkeraman Gavin terlalu kuat. Seperti orang takut kehilangan.“Sabar, Pak Dok. Sha ada di sini. Di sebelahmu. Nggak perlu dipegang kuat-kuat. Segitunya, ih.” Dokter muda itu mengomel. Nadanya mengalun, mirip orang ngambek.Ariana takjub melihat ketenangan Prisha. Istri Gavin masih sanggup ngemil dan menggerutu, seakan-akan yang berlangsung di depan matanya hanya peristiwa biasa. Bayangkan, istri mana yang tahan jika suaminya ditemukan sekamar dengan wanita lain? Jika berada di posisi Prisha, Ariana mungkin akan menjerit, memaki, dan menjambak rambut wanita penggoda itu. Jelas-jelas Shazialah yang memasuki kamar itu dan sengaja membiarkan dirinya dimanfaatkan!“Pokoknya, saya tak bersalah! Kalo masih ngotot, saya tak akan segan memanggil detektif untuk menyelidiki kasus ini. Saya merasa dirugikan!” kata Gavin, tegas.Prisha mengangguk-angguk, maklum. Tidak heran jika suaminya merasa rugi. Jangankan terhadap Shazia, terhadap istri sah saja Gavin meras
Baca selengkapnya
Trik Murahan
“Ah, betapa malangnya,” celetuk Nenek Diana. “Sha, jangan terlalu menekannya.”“Sha menekan?” Prisha mengangkat sepasang alisnya. “Sha cuma mau nolongin Pak Dok.”Gavin merasa terhibur. “Terima kasih, Istriku.”“Nggak perlu ada pemeriksaan atau penyelidikan! Bukti sudah terpampang di depan mata. Siapa yang mau percaya kalo tak terjadi apa-apa?” Bambang masih bernafsu mengumbar fitnah.“Aih, kalo dipikir-pikir, betul juga. Toh, orang-orang nggak butuh penjelasan. Mereka hanya perlu visual. Kebenaran adalah apa yang diviralkan. Bukan bukti atau data. Kasian Pak Dok, juga Shazia. Bakal digosipin. Ini berimbas bagi citra keluarga kita. Supaya aman, baiknya Pak Dok nikahin aja Shazia.”“Prisha!” Gavin berseru, marah. “Gini, ya, cara kamu nolong aku?”“Kamu sudi dimadu ama Shazia, Sha?” Ariana tak kuasa berdiam diri lagi. Ia gemas setengah mati. Jadi kepingin melabrak Shazia. Gadis itu terang-terangan berbohong, tapi masih tak tahu malu menuntut dinikahi.“Pertanyaan macam apa itu?” Gavin m
Baca selengkapnya
Kakek Sudah Tahu
“Lepaskan mereka!” perintah Kakek Zed.Para pengawal segera melepaskan belenggu Zakki, Sean, Roni, dan Joanna.“Kalian semua bersekongkol,” kata Kakek Zed sambil menggoyang-goyang gelas minumannya yang berisi air putih. “Pilih hukuman kalian.”“Kakek, apa kesalahan kami?” jerit Joanna. “Kami tak salah apa-apa, malah dihukum!” Sean masih nekat mengajukan protes.Mata tua Zed Devandra semakin dingin, seakan-akan ada butiran es yang keluar dari sana dengan kekuatan membekukan. Bambang diam-diam merinding. Ia berharap istri dan anak-anaknya tak bersuara, karena ia mengerti arti tatapan tersebut. Tiba-tiba rasa sesal menguasai hatinya. Kenapa ia sampai lupa kalau Zed bukan orang yang mudah dimanipulasi? Zed adalah lelaki jenius yang licik. Jika tidak, mana mungkin orang tua itu berhasil merintis Healthy Light, mengembangkannya hingga menjadi perusahaan multinasional, dan mempertahankan kekuasaannya selama puluhan tahun. Bambang telah menyenggol sarang lebah. “Bambang, kamu juga engg
Baca selengkapnya
Percayalah
Dentang satu kali terdengar dari jam dinding klasik yang terpajang di dinding tengah ruang tamu. Menandakan malam telah beranjak semakin larut ke pukul 01.00 WIB.Prisha serasa ingin bertepuk tangan saking salutnya menyaksikan kepiawaian Kakek Zed mengatasi masalah. Hanya dalam tempo satu jam, orang nomor satu di kerajaan bisnis Healthy Light itu, berhasil membalik keadaan.Pak Bambang sekeluarga serta para sepupu Gavin tak mampu berkutik lagi ketika bukti-bukti dibeberkan oleh orang-orang Kakek Zed.“Gimana? Kalian menyerah sekarang?” tanya Kakek Zed, dingin. “Bagaimana caranya? Cara Abang dapatkan bukti-bukti itu?” Bambang tak kuasa menahan penasaran. Akhirnya secara tak langsung, ia mengakui kebohongannya. Terdengar pekikan kecewa dari mulut Shazia. Gadis itu menutupi muka, saking malunya. “Ayaah, Zia nggak relaa dibeginikan. Zia udah mengorbankan diri seperti ini. Pokoknya Zia harus nikah ama Mas Gavin!” tangis gadis itu.Joanna yang ada di sebelahnya, refleks meringis jijik. T
Baca selengkapnya
Marah Level 100
Gavin dan Prisha pulang ke rumah ketika jam telah menunjukkan pukul 01.30. Ariana menginap di mansion kakek. Setibanya di rumah, Prisha langsung ke ruang makan. Ia duduk di depan meja, mengambil dua gelas kaca setinggi satu kilan. Ia menampung segelas air putih dari dispenser. Bukannya diminum, air dari gelas pertama malah ia tuangkan ke gelas kedua. Selanjutnya, air di gelas kedua, dikembalikan lagi ke gelas pertama. Begitu terus berulang kali. Percikan air membasahi meja di depannya. Gavin menarik bangku, ikut duduk di samping Prisha. Ia hanya diam memperhatikan sang istri. Bibir mungil gadis itu mengerucut. Terlihat lucu di mata Gavin.Tiba-tiba Prisha menghentikan aktivitasnya. Wajah yang sangat cantik terlihat muram. Mata kehijauannya berkilau-kilau memancarkan api kemarahan. Gavin terpesona sekaligus merinding. Apa yang dipikirkan istri imutnya ini?Prisha sekonyong-konyong mencengkeram gelasnya sekuat tenaga. Ia kelihatan ingin sekali meremukkan gelas tersebut dengan tangann
Baca selengkapnya
Sebuah Kesalahan
“Packing barang sekarang? Kamu serius tetap pergi?” Gavin baru selesai berganti pakaian. Outfit-nya saat itu berupa jas cokelat berpadu kemeja putih dengan dasi cokelat bergaris hitam. Sebagai anak tunggal yang terabaikan, ia cukup mandiri menyiapkan keperluan pribadi. Selain itu, pantang baginya dilayani asisten rumah tangga wanita, selain urusan beres-beres rumah dan masak.Prisha menghentikan gerakan. Tatapannya menerawang ke langit biru cerah di luar jendela. “Keputusan Sha udah final.”“Belum setahun kita menikah, kamu sudah bersikap begini. Sukar dipercaya.”Bening mata kehijauan Prisha bergulir ke arah Gavin. Sinarnya redup. “Sha masih sukar menerima kenyataan. Mami dan Nenek terbunuh akibat ambisi kekuasaan keluargamu. Nggak mudah bagi Sha berada di sisi Pak Dok.”Tatapan Gavin menjadi nanar. Dadanya sesak oleh penyesalan. “Bisakah kamu hanya memandangku?”Prisha menggeleng.“Kenapa, Sha?”Dengan wajah letih, Prisha menatap suaminya. “Pak Dok, Sha udah jelasin berulang kal
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
24
DMCA.com Protection Status