âPacking barang sekarang? Kamu serius tetap pergi?â Gavin baru selesai berganti pakaian. Outfit-nya saat itu berupa jas cokelat berpadu kemeja putih dengan dasi cokelat bergaris hitam. Sebagai anak tunggal yang terabaikan, ia cukup mandiri menyiapkan keperluan pribadi. Selain itu, pantang baginya dilayani asisten rumah tangga wanita, selain urusan beres-beres rumah dan masak.Prisha menghentikan gerakan. Tatapannya menerawang ke langit biru cerah di luar jendela. âKeputusan Sha udah final.ââBelum setahun kita menikah, kamu sudah bersikap begini. Sukar dipercaya.âBening mata kehijauan Prisha bergulir ke arah Gavin. Sinarnya redup. âSha masih sukar menerima kenyataan. Mami dan Nenek terbunuh akibat ambisi kekuasaan keluargamu. Nggak mudah bagi Sha berada di sisi Pak Dok.âTatapan Gavin menjadi nanar. Dadanya sesak oleh penyesalan. âBisakah kamu hanya memandangku?âPrisha menggeleng.âKenapa, Sha?âDengan wajah letih, Prisha menatap suaminya. âPak Dok, Sha udah jelasin berulang kal
âGavin, kamu mungkin sulit percaya. Tapi kami benar-benar tulus menjodohkan kalian. Tak ada maksud tersembunyi.â Nenek Diana menengahi. âAku dan kakekmu sudah tua. Kami sudah ke tanah suci. Berhaji dan umroh. Di usia senja ini, semoga Tuhan mengampuni dosa-dosa kami di masa lalu. Kami juga ingin menanti kematian dengan tenang. Tak hendak meninggalkan kemelut di belakang kami.Kami tak ingin melakukan kesalahan lagi. Dulu, menjodohkan anak, semata demi kepentingan bisnis. Sekarang, kami ingin kamu, Vin, berjodoh dengan wanita yang kami ketahui kepribadiannya. Bukan asal usulnya. Yang membuat kami condong pada Prisha adalah mental bajanya. Prisha kebal di-bully, juga memiliki bakat menilai situasi. Kami sangat berterima kasih pada Sarah. Dia mendidik Prisha dengan sangat baik. Aku pun berutang budi atas pertolongan Sarah waktu itu,â tutur Nenek Diana.âArtinya, kami tak sembarangan menjodohkan kalian,â timpal Kakek Zed. Meskipun sedih dan berduka mendengar kisah Kakek Zed dan Nenek Dia
âGavin, ayo kita berangkat ke kantor pusat!â Kakek Zed bangkit berdiri. âAdakan rapat dewan direksi dan komisaris!âGavin bergegas menghubungi sekretarisnya di kantor agar mengumumkan rapat mendadak, supaya semua orang berkumpul begitu ia dan Zed tiba.Semua orang di ruangan itu terlihat tegang. Termasuk beberapa asisten rumah tangga yang bertugas melayani kegiatan sarapan keluarga sultan. Jika terjadi apa-apa pada perusahaan, mereka akan ikut terimbas, bukan?Asisten pribadi Zed berlari-lari mengambilkan pakaian kantor. Kakek Zed berganti baju dengan cepat di ruang rehat yang terletak dekat ruang makan. Nenek Diana juga dibantu asisten rumah tangga wanita untuk mengganti baju rumahannya dengan outfit formal. Mereka berangkat tergesa-gesa, sampai lupa mengajak Prisha. Gadis itu sendiri memilih bergeming, tidak berinisiatif ikut. CEO baru Healthy Light telah terpilih, buat apa ia hadir lagi? Meskipun dirinya investor terbesar dan menjadi bagian dari dewan komisaris, Prisha merasa si
âGue nggak kabur. Gue mau pergi terang-terangan, kok. Gue udah yakin, nih.â Prisha menepuk-nepuk kopernya. âPara penjaga nggak bakalan berani halangin gue.ââSoal saham lo gimana?â tanya Keyko.âKeuangan Healthy Light sedang merosot. Kayaknya gue bakal rugi besar, nih. Nggak ada artinya gue narik saham. Mending gue ikhlasin.â Prisha mengedikkan bahunya.Keyko melebarkan mata. âSerugi-ruginya, itu 40% loh, Sha. Healthy Light itu labanya trilyunan per bulan. Asetnya nggak terukur. Kata bapak gue, perusahaan itu salah satu raksasa Asia. Nggak mungkin bangkrut dengan mudah.ââBack to my problem. Gue nggak peduli lagi soal Healthy Light and Devandraâs family. Saham itu mau gue lepasin aja. Toh, gue masih rutin dapet nafkah dari Pak Dok.âKeyko dan Hana sama-sama memonyongkan bibir. âHuu, azas manfaat lo,â dengkus Keyko.âKewajiban dia, kok,â sahut Prisha, cuek.âSekilas kayaknya nggak adil buat Pak Dok. Dia nafkahin lo, tapi lo minta break. Tapi gue paham perasaan lo. Nggak bisa dipaksain
Prisha tiba di kampung menjelang Maghrib. Langit tampak kelabu mendekati ungu dengan garis jingga membara menyerupai naga yang menyemburkan api. Hati Prisha rawan hingga meneteskan air mata kala membuka pintu rumah almarhum neneknya. Kenangan indah masa kecil bersama nenek seketika menyerbu hatinya.Seorang tetangga sebelah rumah yang kebetulan keluar dan melihat Prisha, segera menyambut dengan wajah semringah. âMasya Allah, Neng Prisha .... eleuh eleuh lama nggak ketemu. Mau ziarah, ya, Neng?âPrisha menyalami tetangga tersebut. Namanya Bik Imas. Wanita berusia lima puluh tahun itu dulu kerap membantu-bantu mendiang Nenek Sarah berjualan di warung. Bik Imaslah yang rajin membersihkan rumah Nenek Sarah saat Prisha tidak ada.âGimana kabarnya, Bik? Damang (sehat)?â âAlhamdulillah, Neng. Kabar Eneng juga gimana? Kok, datang sendirian?ââSuami sibuk kerja di kota, Bik. Sha mau magang di sini.ââWah yang bener? Kami seneng banget ada dokter di kampung ini.â Mata Bik Imas berbinar-binar
Dokter Salman membebaskan Prisha untuk membuat jadwal rotasinya sendiri. Prisha menolak privilege tersebut karena khawatir mendapatkan sorotan dari seluruh nakes dan karyawan rumah sakit. Ia meminta Dokter Salman untuk merahasiakan status dirinya sebagai istri CEO Healthy Light Corporation. Nama Gavin Devandra sudah terkenal skala nasional dan sangat disegani oleh para dokter. Jika status Prisha terbongkar, mungkin dokter-dokter dan paramedis di rumah sakit Niskala akan segan dan mengistimewakannya. Prisha tidak mau memanfaatkan statusnya. Ia ingin merasakan berjuang dari nol agar lebih menjiwai pengabdian sebagai dokter.Akhirnya, Dokter Salman menginstruksikan kepada kepala diklat dan kepala pelayanan bidang keperawatan, untuk menyusunkan jadwal magang Prisha selama enam bulan. Awalnya mereka keberatan ikut membimbing karena rumah sakit mereka bukan rumah sakit pendidikan. Mereka juga tidak menjalin kerja sama dengan kampus kedokteran. Namun, keberatan mereka sirna ketika kepala
Prisha tak habis pikir. Kenapa ada manusia-manusia yang tega melakukan kekerasan atau berbuat licik seperti ayah tiri Ramona, Om Danu, Om Reno, atau Mama Karina. Apakah mereka puas setelah menyakiti orang lain?Meski mengerti, hukumannya terhadap ayah tiri Ramona, itu tidak sesuai hukum positif, Prisha mengabaikan rasa bersalahnya. Sepertinya ia sudah tertular cara-cara keluarga Devandra yang lebih suka menggunakan jalan belakang. Lebih praktis dan memuaskan. Lewat cara legal sebenarnya bisa, tapi urusannya jadi panjang dan terekspos publik.Prisha menghela napas panjang sambil mengeluarkan alat-alat medis dari autoclave. Autoclave fungsinya sebagai sterilisator basah. Dengan tekanan uap yang tinggi, benda itu mampu jadi alat yang membunuh bakteri, virus, jamur, dan spora. âHei, adek koas!â Tiba-tiba Dokter Rosana muncul dengan gaya angkuhnya. âBersihkan luka pasienku, trus konsulkan ke spesialis bedah!âPara perawat IGD saling melirik, lalu diam-diam saling melempar tersenyum miring
Hati Prisha bergetar. Ia memang sudah telat menstruasi sekitar dua bulan, tapi siklus haidnya memang kurang teratur. Jadi ia tak pernah memprediksi kemungkinan hamil. Perasaannya jadi campur aduk, antara takjub, tak percaya, bahagia, bercampur bingung.âKamu pingsan cukup lama. Saya jadi cemas. Sepertinya kamu syok. Ternyata setelah diperiksa tekanan darahmu memang anjlok, hanya 80/50. Abis digrojok infus setengah kolf, alhamdulillah tensimu stabil ....â tutur Dokter Salman.Prisha mengangkat tangan kirinya dan baru sadar kalau di situ terpasang infus. Kanula oksigen juga menempel di hidungnya. Ada manset tensimeter di lengan kanan atas dan alat saturasi oksigen pada ibu jari kirinya. Semua kabel terhubung pada alat monitor yang menampilkan gelombang EKG.Aroma wangi khas desinfektan yang segar, memenuhi udara di ruangan bercat putih-putih. Ternyata dirinya berada di ruangan ICU. Ia seperti pasien kritis saja. Dokter Salman sungguh berlebihan merawatnya.Ada perawat dan bidan menemani