“Biar semua orang tau kebusukan keluarga Devandra dan kerabatnya!” desis Joanna. Sepasang tangannya meremas ujung gaun dengan ketat. Joanna yang pikirannya bersumbu pendek, akhirnya melupakan niat awalnya. Sejuta rasa sakit yang dialami akibat merasa dibedakan dalam keluarga, mencuat di hatinya. Bercampur luka patah hati diperlakukan kasar oleh Gavin dan papanya sendiri. Ia yang selama ini terbiasa mem-bully, tiba-tiba merasa tertindas oleh kata-kata Prisha. Kemarahan hebat membayang di wajah cantik adik Ariana itu, mengingatkan Prisha pada wajah penyihir jahat yang diselimuti hawa balas dendam dalam film-film fantasi. Prisha berusaha tetap tenang dan berkepala dingin. Entah apa maksud Joanna mengajaknya bertengkar di luar aula dan memancing wartawan datang. Jika itu untuk mencemarkan nama baik keluarga Gavin, maka Joanna berhasil. Para wartawan terlihat antusias mengarahkan kameranya. Belasan blitz menerpa wajah Prisha dan Joanna.“Joanna, kenapa kau lakukan ini?” tegur Prisha. S
“Maaf, Sha nggak tau, Kek. Sha pulang duluan ....”“Acara belum selesai, kalian malah kabur! Cepat telpon Gavin! Segera kembali!”“Pak Dok nggak ngangkat telpon, Kek. Chat pun nggak dibaca.”“Ahh, kemana anak itu?” Kakek Zed misuh-misuh.Kecemasan Prisha merambat naik. “Pak Dok biasanya didampingi penjaga. Bentar kuhubungi kepala penjaga, Kek.”“Penjaga tak boleh masuk ke acara. Mereka hanya mengawal di depan aula. Kalo Gavin keluar, para penjaga pasti melihatnya dan melapor padaku. Sudahlah. Mungkin ia masih di dalam mansion. Nanti kutanya Pak Bambang. Tadi kulihat dia pergi dengan si Indra, putra Pak Bambang.”“Oh, baik, Kek. Moga segera ketemu. Mohon maaf, Sha lelah, nggak sanggup kembali ke acara. Izin pulang duluan, ya, Kek.”“Minta izin, tapi kamunya udah di jalan.” Si kakek menggerutu sebelum mengakhiri panggilan telepon.Prisha mengembuskan napas halus. Kecemasannya sedikit berkurang. “Segede itu nggak mungkin hilang gitu aja, kan? Kakek Zed cukup protektif. Pasti bisa menjaga
Prisha meringis kesakitan karena cengkeraman Gavin terlalu kuat. Seperti orang takut kehilangan.“Sabar, Pak Dok. Sha ada di sini. Di sebelahmu. Nggak perlu dipegang kuat-kuat. Segitunya, ih.” Dokter muda itu mengomel. Nadanya mengalun, mirip orang ngambek.Ariana takjub melihat ketenangan Prisha. Istri Gavin masih sanggup ngemil dan menggerutu, seakan-akan yang berlangsung di depan matanya hanya peristiwa biasa. Bayangkan, istri mana yang tahan jika suaminya ditemukan sekamar dengan wanita lain? Jika berada di posisi Prisha, Ariana mungkin akan menjerit, memaki, dan menjambak rambut wanita penggoda itu. Jelas-jelas Shazialah yang memasuki kamar itu dan sengaja membiarkan dirinya dimanfaatkan!“Pokoknya, saya tak bersalah! Kalo masih ngotot, saya tak akan segan memanggil detektif untuk menyelidiki kasus ini. Saya merasa dirugikan!” kata Gavin, tegas.Prisha mengangguk-angguk, maklum. Tidak heran jika suaminya merasa rugi. Jangankan terhadap Shazia, terhadap istri sah saja Gavin meras
“Ah, betapa malangnya,” celetuk Nenek Diana. “Sha, jangan terlalu menekannya.”“Sha menekan?” Prisha mengangkat sepasang alisnya. “Sha cuma mau nolongin Pak Dok.”Gavin merasa terhibur. “Terima kasih, Istriku.”“Nggak perlu ada pemeriksaan atau penyelidikan! Bukti sudah terpampang di depan mata. Siapa yang mau percaya kalo tak terjadi apa-apa?” Bambang masih bernafsu mengumbar fitnah.“Aih, kalo dipikir-pikir, betul juga. Toh, orang-orang nggak butuh penjelasan. Mereka hanya perlu visual. Kebenaran adalah apa yang diviralkan. Bukan bukti atau data. Kasian Pak Dok, juga Shazia. Bakal digosipin. Ini berimbas bagi citra keluarga kita. Supaya aman, baiknya Pak Dok nikahin aja Shazia.”“Prisha!” Gavin berseru, marah. “Gini, ya, cara kamu nolong aku?”“Kamu sudi dimadu ama Shazia, Sha?” Ariana tak kuasa berdiam diri lagi. Ia gemas setengah mati. Jadi kepingin melabrak Shazia. Gadis itu terang-terangan berbohong, tapi masih tak tahu malu menuntut dinikahi.“Pertanyaan macam apa itu?” Gavin m
“Lepaskan mereka!” perintah Kakek Zed.Para pengawal segera melepaskan belenggu Zakki, Sean, Roni, dan Joanna.“Kalian semua bersekongkol,” kata Kakek Zed sambil menggoyang-goyang gelas minumannya yang berisi air putih. “Pilih hukuman kalian.”“Kakek, apa kesalahan kami?” jerit Joanna. “Kami tak salah apa-apa, malah dihukum!” Sean masih nekat mengajukan protes.Mata tua Zed Devandra semakin dingin, seakan-akan ada butiran es yang keluar dari sana dengan kekuatan membekukan. Bambang diam-diam merinding. Ia berharap istri dan anak-anaknya tak bersuara, karena ia mengerti arti tatapan tersebut. Tiba-tiba rasa sesal menguasai hatinya. Kenapa ia sampai lupa kalau Zed bukan orang yang mudah dimanipulasi? Zed adalah lelaki jenius yang licik. Jika tidak, mana mungkin orang tua itu berhasil merintis Healthy Light, mengembangkannya hingga menjadi perusahaan multinasional, dan mempertahankan kekuasaannya selama puluhan tahun. Bambang telah menyenggol sarang lebah. “Bambang, kamu juga engg
Dentang satu kali terdengar dari jam dinding klasik yang terpajang di dinding tengah ruang tamu. Menandakan malam telah beranjak semakin larut ke pukul 01.00 WIB.Prisha serasa ingin bertepuk tangan saking salutnya menyaksikan kepiawaian Kakek Zed mengatasi masalah. Hanya dalam tempo satu jam, orang nomor satu di kerajaan bisnis Healthy Light itu, berhasil membalik keadaan.Pak Bambang sekeluarga serta para sepupu Gavin tak mampu berkutik lagi ketika bukti-bukti dibeberkan oleh orang-orang Kakek Zed.“Gimana? Kalian menyerah sekarang?” tanya Kakek Zed, dingin. “Bagaimana caranya? Cara Abang dapatkan bukti-bukti itu?” Bambang tak kuasa menahan penasaran. Akhirnya secara tak langsung, ia mengakui kebohongannya. Terdengar pekikan kecewa dari mulut Shazia. Gadis itu menutupi muka, saking malunya. “Ayaah, Zia nggak relaa dibeginikan. Zia udah mengorbankan diri seperti ini. Pokoknya Zia harus nikah ama Mas Gavin!” tangis gadis itu.Joanna yang ada di sebelahnya, refleks meringis jijik. T
Gavin dan Prisha pulang ke rumah ketika jam telah menunjukkan pukul 01.30. Ariana menginap di mansion kakek. Setibanya di rumah, Prisha langsung ke ruang makan. Ia duduk di depan meja, mengambil dua gelas kaca setinggi satu kilan. Ia menampung segelas air putih dari dispenser. Bukannya diminum, air dari gelas pertama malah ia tuangkan ke gelas kedua. Selanjutnya, air di gelas kedua, dikembalikan lagi ke gelas pertama. Begitu terus berulang kali. Percikan air membasahi meja di depannya. Gavin menarik bangku, ikut duduk di samping Prisha. Ia hanya diam memperhatikan sang istri. Bibir mungil gadis itu mengerucut. Terlihat lucu di mata Gavin.Tiba-tiba Prisha menghentikan aktivitasnya. Wajah yang sangat cantik terlihat muram. Mata kehijauannya berkilau-kilau memancarkan api kemarahan. Gavin terpesona sekaligus merinding. Apa yang dipikirkan istri imutnya ini?Prisha sekonyong-konyong mencengkeram gelasnya sekuat tenaga. Ia kelihatan ingin sekali meremukkan gelas tersebut dengan tangann
“Packing barang sekarang? Kamu serius tetap pergi?” Gavin baru selesai berganti pakaian. Outfit-nya saat itu berupa jas cokelat berpadu kemeja putih dengan dasi cokelat bergaris hitam. Sebagai anak tunggal yang terabaikan, ia cukup mandiri menyiapkan keperluan pribadi. Selain itu, pantang baginya dilayani asisten rumah tangga wanita, selain urusan beres-beres rumah dan masak.Prisha menghentikan gerakan. Tatapannya menerawang ke langit biru cerah di luar jendela. “Keputusan Sha udah final.”“Belum setahun kita menikah, kamu sudah bersikap begini. Sukar dipercaya.”Bening mata kehijauan Prisha bergulir ke arah Gavin. Sinarnya redup. “Sha masih sukar menerima kenyataan. Mami dan Nenek terbunuh akibat ambisi kekuasaan keluargamu. Nggak mudah bagi Sha berada di sisi Pak Dok.”Tatapan Gavin menjadi nanar. Dadanya sesak oleh penyesalan. “Bisakah kamu hanya memandangku?”Prisha menggeleng.“Kenapa, Sha?”Dengan wajah letih, Prisha menatap suaminya. “Pak Dok, Sha udah jelasin berulang kal
Tadinya, Ariana kaget sekaligus malu. Namun, begitu mendengar pertanyaan Gavin, ia jadi ilfeel sekaligus merasa lucu. Akhirnya, gadis itu tertawa lirih dengan pipi bersemu. “Belum apa-apa udah di-warning ngasi jawaban yang nggak mengecewakan. Yaudah, aku, sih, terserah Papa dan Mama aja.”Danan dan Lidya saling menatap, lalu mengangguk serempak. Senyum lebar mereka mengembang. Bahagia. Diam-diam, mereka mencuri pandang ke arah Zed dan Diana, penuh rasa terima kasih. Lidya lantas memeluk putrinya, seraya mengungkapkan persetujuannya. Sementara Reno, wajahnya sontak berseri-seri, dipenuhi aura kelegaan dan kebahagiaan. Batinnya berbisik gemuruh. ‘Papa, aku telah memenuhi persyaratan darimu, meminang Ariana untuk Zakki. Aku berjanji akan menjauhkan diri dari Healthy Light dan mendorong Zakki menjadi pria yang lebih baik.’***“Aku baru tau, kalo kamu pemalu.” Ariana berdecak kesal di malam pengantin. Usai akad nikah dan resepsi besar-besaran yang diadakan Zed Devandra di mansion, ia d
“Roni, kamu lebih pantas jadi adikku. Aku menyukaimu sebagai kakak.” Ariana kembali tertawa ringan. Wajahnya secerah musim semi.Harapan Roni yang sudah melambung seperti balon terbang, mendadak kempes dan jatuh.“Ah, sayang sekali.” Diana menatap cucu bungsunya yang kekanak-kanakan itu dengan lembut. “Padahal tadinya Nenek mau menjodohkan Roni dengan Ari. Tapi Ari menganggap adik. Tenanglah. Nenek memiliki beberapa calon yang bisa kaupilih. Atau kau punya calon sendiri? Kalo calonmu baik, kami akan menyetujuinya.”Roni menggeleng. Wajahnya masam. “Cewek-cewek di luar sana, hanya memandang status dan hartaku saja. Aku nggak kenal cewek lain sebaik Prisha atau Kak Ari. Aku pasrah aja ama pilihan Nenek.”Diana bertepuk tangan. “Bagus!”“Gimana denganmu, Zakki?” Pertanyaan Zed beralih ke Zakki.Yang ditanya hanya membisu. Gavin sebal sekali. Ditepuknya bahu Zakki cukup keras. “Apalagi yang kau tunggu?” Reno menarik napas panjang menyaksikan sikap diam putranya. Tentu ia mengerti kenap
“Sepulang dari berhaji, kami ingin lebih fokus beribadah. Usia aku dan nenek kalian semakin senja. Banyak hal yang kami sesali. Kini waktunya untuk memperbaiki segalanya. Kami tak ingin masalah orang tua kalian terulang pada kalian, para cucu.” Zed menyampaikan rangkaian nasihat kepada cucu-cucu lelakinya. Pada intinya, ia tak ingin mereka manja dan membuat masalah seperti dulu. Zed berharap mereka semakin matang dan lebih memperhatikan keluarga. Tak lupa ia menyemangati empat cucu lelakinya agar menyusul hijrah.“Aku bersyukur memiliki cucu menantu sebaik Prisha. Bersamanya, Gavin jadi lebih lunak dan penurut.” Diana menyampaikan isi hatinya setelah Zed menuntaskan wejangannya. Gavin menekan ketidakpuasan di hatinya ketika mendengar kalimat “lebih lunak dan penurut”. Apakah nenek dulu menganggapnya keras dan liar serupa hewan buas? Betapa berlebihan. “Bukan Sha yang mengubah Pak Dokter, Nek. Dia berubah karena keinginannya sendiri,” sahut Prisha, rendah hati. “Seiring kebersamaan
“Kalo baik-baik saja, kenapa Kakak harus susah payah mencegahku? Kakak nggak mau Dokter Salman tersakiti, kan? Kakak masih ingin menjaga perasaannya ....”“Aku tidak peduli perasaannya!” Ariana setengah berteriak. Beberapa kerabat sontak menoleh ke arahnya.Tiba-tiba Sean dan Roni datang dan bergabung ke meja Zakki. “Perasaan siapa, Kak?” tanya Roni, polos. “Kenapa kalian datang ke sini?” bentak Ariana. Mendadak ia dongkol dan uring-uringan tidak jelas. “Aku mau ngobrol serius dengan Zakki!” “Kak Ari, mumpung ada Kak Zakki di sini, aku juga perlu bicara serius denganmu.” Roni memperlihatkan ekspresi seperti awan mendung yang siap menurunkan hujan.“Betul.” Sean mengangguk kuat. “Roni siap jadi lelaki dewasa. Sesuai arahan Kak Zakki. Biar Kak Zakki jadi saksi.”Zakki menatap kedua adik sepupunya itu sambil tersenyum masam.Roni mengepal tinju, menguatkan tekad. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu membusungkan dadanya. “Kak Ariana, izinkan aku meminangmu. Maaf jika terkesan tiba-tiba
Suasana hati Zakki memburuk drastis tatkala menyaksikan Ariana dikelilingi para sepupu lelakinya. Tadinya ia ingin mendekati Ariana untuk menanyakan apa yang ingin dibahas Ariana dalam chat-nya. Namun, gadis itu sepertinya lupa. Ariana malah kelihatan asyik mengobrol dengan empat sepupu gantengnya.Zakki memutuskan melemparkan masalah itu ke belakang kepala. Toh, yang punya kepentingan adalah Ariana, bukan dirinya.Bukannya kesal, Zakki malah sedikit berterima kasih dalam hati ketika Gavin menyuruhnya memperbaiki laporan analisis keuangan dengan kata “segera”. Dalam situasi normal, ia akan tersinggung berat, sebab disuruh mengecek laporan di luar jam kerja. Parahnya lagi, dalam acara keluarga. Gavin sungguh keterlaluan. Namun, Zakki kali ini mengabaikannya agar pikirannya teralihkan dari pemandangan yang tidak menyenangkan.Sayang sekali, meski berusaha keras meneliti laporan, tetap saja ia gagal fokus. Ia tidak ingin mencuri-curi pandang ke arah gadis berkerudung pink yang sedang ter
“Ariana, mundurlah ... Jangan ikut campur,” desis Danu pada putrinya.“Tidak, Papa. Mereka berlebihan. Apakah mereka lupa kalau Om Reno adalah putra Kakek Zed? Dan Zakki adalah cucu langsung beliau? Mereka betul-betul tidak memandang muka Kakek Zed dan Nenek Diana!” Ariana berkata dengan nada mencela.Seluruh kerabat terperangah, sebelum memasang ekspresi marah dan merasa terhina.“Cukup!” Tiba-tiba Kakek Zed berseru, mencegah perdebatan meruncing. “Ariana benar. Aku dan istriku memang pernah marah pada putra-putra kami. Namun, mereka telah mendapatkan hukuman masing-masing. Anak-anakku sudah menyadari kesalahan dan menyesalinya. Kami menerima permohonan maaf mereka. Jadi, sejelek-jeleknya, tolong hentikan semua komentar miring itu. Mereka adalah putra-putraku. Yang tetap mewarisi hartaku, meski tak berhak lagi menjalankan bisnis keluarga.Acara makan malam hari ini, sebenarnya bertujuan untuk bersilaturrahmi dan memulihkan kembali hubungan kekeluargaan yang retak. Danu dan Reno sudah
Meskipun demikian, sifat kejam dan pendendamnya tidak mudah hilang begitu saja. Mantan istri dan kedua putrinya, bukan hanya meninggalkannya di saat terpuruk, tapi juga ikut melempari batu saat ia jatuh ke lubang kesengsaraan. Lebih parah lagi, baru empat bulan bercerai, Rani menikah lagi. Usut punya usut, sang istri sudah lama berselingkuh. Reno paham, dirinya jarang memperhatikan keluarga. Ia bukan orang baik. Tapi setidaknya, Rani, Anjani, dan Anggraini menikmati kemewahan nyaris tanpa batas saat Reno masih jaya-jayanya. Reno tak pernah menelantarkan mereka. Rani dan dua putrinya—kalaupun tak sudi balas budi—paling tidak jangan ikut menginjaknya. Tak dinyana, mereka kejam. Dan saat itu, saat situasi berbalik, dua putrinya ingin memanjat lagi. Melihat ekspresi murka Reno, Zakki khawatir Reno drop lagi. Kondisi fisik sang papa pascatransplantasi hepar belum stabil. Akhirnya ia bangkit, lalu menarik kedua adiknya menjauh.“Enyah!” perintahnya, dingin. Tatapannya tajam.“Kakak—“ Anj
Waktu berlalu dengan cepat. Hari sabtu pun tiba.Mansion Zed Devandra malam itu terlihat lebih ramai dari biasanya. Belasan pelayan hilir mudik mengantarkan hidangan dan menatanya di meja-meja bundar yang tersusun di ruangan luas. Terakhir mansion Zed Devandra meriah adalah saat perayaan akbar akikah cucu buyut pertama Devandra, enam bulan yang lalu. Setelah berbulan-bulan agak sepi, bangunan besar itu kembali semarak. Zed mengundang seluruh keluarga besarnya ke acara makan malam tersebut. Tujuannya dalam rangka syukuran atas sembuhnya Reno. Diam-diam, tetua keluarga itu juga menyiapkan kejutan lain.Keluarga besan juga datang beserta putra-putri masing-masing. Tentu saja mereka tak akan melewatkan kesempatan berhadir di forum eksklusif tersebut. Jarang-jarang Zed Devandra mengadakan acara makan bersama keluarga besar yang melibatkan besan, di luar momen hari besar seperti hari raya. Acara tersebut bakal mereka manfaatkan untuk menjalin hubungan lebih dekat yang berpengaruh pada ke
Terlepas dari perbuatan jeleknya di masa lalu, Gavin agak kasihan pada Zakki. Tapi ia juga tak berdaya mengendalikan kakek neneknya yang pilih kasih. Tekanan keluarga Atmaja pada Zakki juga lebih karena merasa malu melihat Zakki tak bisa dibanggakan di tengah keluarga Devandra.“Adik saya sudah berubah,” kata Gavin, berusaha meredakan kejengkelan Robi. Nada suaranya tenang. “Dia jenius bisnis yang bakal diproyeksikan sebagai pengganti saya.”Kilat keterkejutan yang tajam melintas di mata Zakki. Ia memandang kakak sepupunya dengan sorot tak percaya. Tapi dengan cepat ia berpikir, Gavin pasti hanya ingin menjaga harga dirinya, mengingat mereka kini “bersekutu”. Dua detik berikutnya, tatapannya kembali jatuh ke gelas bening berisi air mineral. Ekspresinya kembali datar.Robi Atmaja tercengang. Lalu, suara tawanya berkumandang. Mengandung ejekan. “Pecundang ini? Jadi pengganti CEO Healthy Light? Apa kalian meremehkan pengkhianatannya? Anak ini sudah mencoreng nama baik dua keluarga!”“Pa