Namun, tiba-tiba, Afgan melihat wajah Aiyana yang mulai merona merah. Dia mulai menyadari situasi tersebut dan dengan cepat menjauh. "Maafkan aku, Aiyana. Aku tidak bermaksud seperti itu," ucapnya sambil tersenyum malu.Aiyana juga tersadar akan ketegangan tersebut dan tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Tidak apa-apa, Afgan. Ini hanya momen yang membuat kita merasa dekat."Keduanya kemudian berbagi tawa kecil, meredakan ketegangan yang muncul sejenak. Meskipun momen itu hampir saja membawa mereka pada tingkat keintiman yang lebih dalam, mereka berdua memilih untuk tetap menjaga batas pertemanan mereka."Aku senang kamu di sini untukku, Afgan. Terima kasih atas perhatianmu," ucap Aiyana dengan tulus.Afgan menjawab, "Tentu saja, Aiyana. Kita selalu bisa saling mengandalkan."Kecanggungan mereka terhadap momen yang hampir saja intim membuat suasana menjadi agak kikuk di antara Afgan dan Aiyana. Namun, tiba-tiba, suara lapar dari perut Aiyana men
Terakhir Diperbarui : 2024-02-05 Baca selengkapnya