Home / Romansa / Pernikahan Paksa Pewaris Arogan / Chapter 181 - Chapter 190

All Chapters of Pernikahan Paksa Pewaris Arogan: Chapter 181 - Chapter 190

365 Chapters

181. Cium dia! Paksa!

"Paman!' teriak Joanne kecil dengan gembira. Gadis itu segera berlari kemudian memeluk Afgan, membuat pria itu merasa terharu dan benar-benar yakin bahwa itu adalah putrinya. "Joanne, mengapa kamu bukannya mandi dulu, malah segera masuk ke kamar dan memeluk Paman? Kamu bau sekali loh!" Aiyana segera menarik Joanne, tetapi gadis kecil itu segera merenggek. "Aku sudah rindu sekali kepada Paman." Joanne menatap wajah Afgan seolah-olah mengharapkan dukungannya. "Tidak apa-apa biarkan saja dia di sini." "Issh, Paman baik sekali," ujar Joanne lalu kembali memeluk tubuh Afgan yang besar. "Sepertinya Joanne jatuh cinta kepada Paman." "APA?!" teriak Aiyana dan Afgan serentak. Joanne segera menutup kedua telinganya dengan tangan. "Apa-an sih Mom? Paman? Kok bisa terkejut seperti itu, bersamaan pulak. Lebay akhh!" "Joanne!" Aiyana berusaha menarik Joanne agar keluar dari kamar. "Biarkan saja dia, saya akan menjelaskan dan memberi nasehat untuknya, bagaimana?" Aiya menatap Afgan dengan p
last updateLast Updated : 2024-01-29
Read more

182. Tiga kali lipat!

"Apa yang kalian bahas?" Aiyana masuk ke kamar dengan sebuah nampan makanan di tangannya."Sesuatu yang dibahas oleh pria. Bukankah Mom selalu tidak dapat menjawabnya bila aku bertanya?" Lucas berkacak pinggang sambil menatap kedua mata Ibunya dengan mimik serius."Tentang apa?" Aiyana meletakkan nampan makanan itu di nakas samping tempat tidur Afgan."Tentang bagaimana cara mengejar wanita misalnya," sahut Lucas."Ahh, itu gampang sekali, pria kecil!" Aiyana mengetuk kening Lucas dengan gemes."Oh ya? apakah Mom tahu caranya?""Tentu tahu, ajak saja teman wanita yang ingin kamu kejar itu liburan bersama kemudian berikan hadiah kecil yang khusus, sesuatu yang dia inginkan."Mendengar perkataan Aiyana, Lucas mengerlingkan sebelah matanya ke arah Afgan yang kemudian mengangguk tanda mengerti."Eh, siapa yang ingin kamu kejar, Lucas? Kamu masih sekolah kelas ... ""Bukan aku, Mom! Jangan khawatir, aku sedang membuat program
last updateLast Updated : 2024-01-30
Read more

183. Afgan tenggelam!

"Bob, selidiki semua tentang Simon dan semua rincian keuangannya dari 8 tahun yang lalu!" "Baik, Tuan." Afgan menutup panggilan setelah pesan tersampaikan. Pria itu melangkah kembali ke dalam rumah. Namun, pintu rumah kecil itu sudah terkunci sendiri dan pria itu tidak memiliki kunci. Dengan kesal, Afgan memutar kenop pintu tetapi pintu itu tidak bergeming. "Sial!" pekiknya dengan kesal. Akhirnya Afgan memutuskan untuk duduk di teras dan menunggu Aiyana pulang. Satu jam berlalu dan bayangan Aiyana masih juga tidak terlihat di balik pagar besi rumah. Cuaca yang dingin membuat Afgan mulai mengigil karena pria itu keluar tanpa mantel dan tanpa alas kaki. Afgan berusaha tiduran di dipan kecil dari bambu yang diletakkan di teras rumah sambil memeluk dirinya sendiri. Sementara Aiyana pergi untuk menemui Kakek Rafael setelah mengantar kedua anak kembarnya ke tempat kursus. Aiyana berusaha mencari solusi dari sang Kakek. "Kakek ... " A
last updateLast Updated : 2024-01-31
Read more

184. Pemerasan!

Aiyana sudah pasti tidak sanggup untuk menggendong tubuh besar itu keluar dari kamar mandi."Sepertinya dia terminum air, aku ... aku harus melakukan CPR!"Aiyana segera menarik tuas pengait dalam bath tub untuk membuang air lalu dengan segera dia mengatur posisi Afgan agar sejajar. Akan tetapi kaki Afgan terlalu panjang.Aiyana segera memberikan CPR dengan napas buatan. Aiyana berusaha mengingat pelajaran pertolongan pertama yang pernah dia pelajari, fokus pada tindakan yang tepat.Detak jantungnya berdebar kencang, namun Aiyana tetap tenang, memberikan tekanan dada Afgan dan napas buatan melalui mulut pria itu secara bergantian. Setiap detik terasa seperti sebuah perjuangan melawan waktu yang tak terduga. Aiyana semakin gelisah dan mengharapkan keberhasilan dalam menyelamatkan nyawa pria itu."Kamu tidak boleh mati, Afgan! Aku ... aku mencintaimu!" isak tangis Aiyana sambil memompa jantung Afgan. Kedua matanya berkaca-kaca saat melihat Afgan yang
last updateLast Updated : 2024-02-01
Read more

185. Mimpi buruk atau kesakitan?

Hidung Bob kembang kempis karena mendengar tentang kenaikan jabatan yang ditawarkan."Uhm, maaf ... Tuan, apakah jabatanku boleh diatur supaya berada di Dubai saja?"Afgan menatap pria berkacamata itu dalam-dalam. Lalu tersenyum.Wajah Bob mulai merona merah lalu dengan malu-malu melanjutkan kalimatnya. "Aku menyukai Dokter Amira. Sepertinya dia juga menyukaiku. Ini ... ""Tidak masalah, kamu bebas mencintai siapapun!" Afgan berkata dengan kesal. "Pergilah. Aku ingin beristirahat.""Baik, Tuan."Tidak lama kemudian, Aiyana dan Dokter Amira masuk ke dalam kamar. Sekilas, Dokter Amira melirik Bob yang keluar dengan wajah merona merah.Dokter Amira memberikan suntikan kepada Afgan lalu memberikan obat oral kepada Aiyana."Ini diminum tiga kali sehari. Ini obat tambahan, bila demam, segera kasih minum saja.""Baik, terima kasih, Dokter Amira.""Saya permisi dulu. Hubungi saya saja bila butuh sesuatu," ujar Dokter Amir
last updateLast Updated : 2024-02-02
Read more

186. Api!

Pada saat masuk ke dalam kamar, Afgan sudah berada di lantai yang dingin. Aiyana buru-buru mengangkat tubuh Afgan."Eh, mengapa panas sekali. Astaga, Afgan! Kamu demam," ucap Aiyana dengan panik."Panas ... Bik," ucap Afgan masih sambil mengigau dalam tidurnya.Tiba-tiba Afgan berteriak seolah kesakitan pada bagian punggung dan tubuhnya kembali limbung ke lantai."Owhhh!""Afgan!" teriak Aiyana dengan panik."Api ...." Afgan berseru dengan suara parau. Terlihat keningnya basah oleh keringat sebesar biji jagung."Api?" Aiyana bingung dengan keadaan, tetapi dia masih berusaha untuk menolong Afgan agar bisa berbaring di atas ranjang."Bik Marni," ujar Afgan masih dengan suara parau."Mengapa dia menyebut nama kecil Bunda?" Aiyana tidak terputus dengan kebingungan yang semakin misterius, tetapi dia menggelengkan kepala pelan dan akhirnya setelah bersusah payah, dia berhasil membaringkan tubuh Afgan ke atas ranjang."Bik, aku takut," ucap Afgan sambil memeluk pinggang Aiyana secara mendada
last updateLast Updated : 2024-02-02
Read more

187. Demam tinggi

"Ta ... tapi, aku bukan dia. Lepaskan, ini ... kumohon!""Mengapa kamu takut sekali bila kamu bukan dia?" tanya Afgan penuh selidik."Kamu demam! Harus segera minum obat, ini, tolong ... lepaskan!" seru Aiyana sambil memaksa melepaskan tangan Afgan yang melingkar di pinggangnya.Karena usaha wanita itu sangat keras, Afgan terpaksa melepaskannya."Huh!" Aiyana menarik napas lega setelah berhasil lepas dari Afgan. Wanita itu buru-buru menjauh dari pria itu."Habis makan, kamu harus minum obat. Besok, pagi-pagi sekali ... tolong ... segera keluar dari rumahku!"Aiyana membungkukkan tubuhnya lalu dengan canggung berlari kecil meninggalkan kamar itu dan masuk ke kamar anak-anak.Aiyana menempelkan tubuhnya di belakang daun pintu kamar anak sambil memegang bagian tengah dadanya."Tidak bisa terus-terusan begitu! Jantungku bisa copot!" gumam Aiyana dengan suara kecil.Dengan ekor matanya, Aiyana melirik Joanne dan Lucas yang terlihat sudah terlelap dalam tidurnya.Ranjang kecil sebanyak dua
last updateLast Updated : 2024-02-03
Read more

188. Ingin sakit lebih lama

Semalaman, Aiyana tetap setia di samping Afgan, menjaga dan mengawasinya dengan penuh perhatian. Meskipun lelahnya mulai melanda, dia tidak beranjak dari tempat tidur. Matanya terus memantau setiap napas yang dihembuskan Afgan, setiap gerakan kecil yang dilakukannya.Namun, kelelahan akhirnya mengalahkan Aiyana. Meskipun dia berusaha keras untuk tetap terjaga, tubuhnya tidak bisa menolak panggilan tidur yang menghampirinya. Tanpa disadari, Aiyana pun tertidur pulas di samping Afgan, kepala mereka saling bertemu dalam keheningan malam.Napas yang beradu dengan tempo yang teratur membentuk sebuah melodi tidak terdengar tetapi terdengar romantis. Sebuah nyanyian cinta yang terbelenggu oleh kesalahpahaman yang berkelanjutan.Kedua mereka tertidur dalam damai yang rapat, tak menyadari bahwa alam semesta terus berputar di sekitar mereka. Waktu terus berjalan, membawa perubahan dan kejutan yang tak terduga, namun untuk saat ini, mereka merasakan kedamaian yang datang d
last updateLast Updated : 2024-02-03
Read more

189. Susu untuk anak berusia 5 tahun.

Bab 189Pikiran Afgan melayang ke belakang, mengingat momen-momen hangat yang dia alami semalam di samping Aiyana. Ada kehangatan yang aneh dalam perhatian dan kehadiran wanita itu yang membuatnya merasa lebih baik, bahkan di tengah-tengah kelemahan dan penyakit."Tubuhku ini membutuhkan Adelia sebagai istri sah milikku," gumam pria itu sambil memegang bagian tengah dadanya yang berdesir.Namun, di balik keinginannya untuk terus merasakan kehangatan itu, Afgan juga menyadari bahwa kehadiran Aiyana dalam hidupnya mungkin hanya sementara bila dia tidak melakukan sesuatu.Saat ini, mereka adalah dua orang asing yang secara kebetulan bersama dalam situasi yang tidak biasa, dan tidak mungkin untuknya berharap lebih dari itu.Dengan perlahan, Afgan bangkit dari tempat tidur, merasakan tubuhnya masih terasa lemah dan tegang. Dia tahu bahwa dia harus beristirahat lebih lama untuk memulihkan tenaga, tetapi pikirannya terus melayang pada Aiyana yang sedang m
last updateLast Updated : 2024-02-04
Read more

190. Kamu harus segera pergi setelah sembuh!

"Aiyana ... "Afgan merasa tertekan dengan keadaan tersebut. Pria itu kembali ke kursi duduknya dan memberikan perhatian kepada dua anak kembar miliknya yang belum menghabiskan sarapannya.Namun, dia mencoba mengesampingkan kekhawatirannya terhadap Aiyana yang ketus. Afgan memilih fokus pada momen yang sedang berlangsung. Setelah semua, dia masih berhutang pada Aiyana untuk perawatan dan perhatian yang telah diberikannya selama sakit. Itu belum termasuk hal di masa lalu yang sudah menjadi sebuah kesalahpahaman begitu lama.Setelah sarapan selesai, Afgan mengatur kata-kata dalam benaknya, siap untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Aiyana. Namun, sebelum dia sempat membuka mulut, Aiyana berbicara dengan suara yang dingin dan tegas."Afgan, kamu harus segera pergi setelah kamu sembuh," ucapnya tanpa basa-basi, mata Aiyana tidak bertemu dengan mata Afgan. Aiyana bergegas menarik tangan Joanne dan Lucas."Kalian sudah boleh bersiap-siap dan ma
last updateLast Updated : 2024-02-04
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
37
DMCA.com Protection Status