Home / CEO / Terjebak Gairah Paman Billionaire / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Terjebak Gairah Paman Billionaire: Chapter 151 - Chapter 160

279 Chapters

Bab 151 : Apa Yang Terjadi Pada Shana?

Farah mendapatkan informasi dari Arumi kalau saat ini Oriaga dan Shanaya sedang menginap di salah satu hotel milik pria itu. Ya, Arumi bisa dengan mudah mendapatkan informasi keberadaan Oriaga karena Masayu membantunya lewat perantara Malik. Namun, saat Malik menyebut ada seorang pengawal yang menjaga Oriaga dan Shanaya secara diam-diam seketika Arumi pun mengurungkan niat."Jangan! Menjebak kakak di hotel itu karena terlalu bahaya, yang ada kita semua akan jatuh ke lubang bersama-sama," ucap Arumi ke Farah juga Masayu.Malam itu mereka sengaja berkumpul di ruang kerja Masayu untuk membahas tentang Oriaga juga Shanaya."Artinya kakak sudah mengantisipasi dan mencurigai kita, apa alasannya berbohong pergi keluar kota tapi ternyata hanya untuk memeriksakan kandungan Shanaya." Masayu mengemukakan pikirannya, sedangkan Arumi memilih diam mencerna situasi. Beberapa detik berselang, Arumi malah memulas seringai. Wanita itu berpikir pilihannya menaruh obat peluruh kandungan pada air minum
last updateLast Updated : 2024-02-07
Read more

Bab 152 : Yang Terjadi Sebenarnya

Beberapa waktu sebelumnya saat masih berada di hotel dan Shanaya belum bangun, Oriaga tampak berdiri di dekat kolam renang sambil memegang ponsel di tangan.Oriaga menghubungi Rini, diam-diam tanpa sepengetahuan siapapun ternyata mantan orang kepercayaan Masayu itu kini menjadi kaki tangannya. Oriaga menyadari jika Pak Wira tak selamanya bisa terus mengawasi semua pelayan di rumah utama, sehingga dia pun memutuskan untuk memberi kepercayaan ke Rini yang sudah berjanji akan melakukan apa pun perintahnya.Ternyata Rini melihat apa yang dilakukan Arumi. Kala itu dia sedang bersih-bersih di lantai dua dan melihat Arumi naik ke lantai tiga. Rini lantas diam-diam mengikuti karena merasa gerak-gerik Arumi sangat mencurigakan.Rini melihat Arumi mengelurkan sebuah botol dari kantong celana dan dia pun curiga jika itu adalah racun.“Apa kamu melihat jelas apa yang dibawa Arumi?” tanya Oriaga saat Rini menyampaikan apa yang dilihatnya secara langsung. Sebelumnya pelayan itu sudah mengirim pesan
last updateLast Updated : 2024-02-07
Read more

Bab 153 : Pria Kejam

“Tuan, apa hanya ini jalan satu-satunya?” tanya Pak Wira.Setelah bicara ke Shanaya, Oriaga menemui Pak Wira untuk membahas rencananya.“Aku tidak bisa bermain-main dengan keselamatan Shanaya dan calon anakku, hanya ini yang bisa aku lakukan untuk tetap memastikan Shanaya bisa bernapas dengan tenang. Aku tidak akan bisa hidup dan memaafkan diriku jika sampai terjadi sesuatu dengan Shanaya karena kelalaianku.”Oriaga terlihat begitu sedih. Dia tak pernah menyangka jika akhirnya akan ketakutan juga. Biasanya dia tidak pernah takut dengan ancaman apapun, tapi saat menyadari Shanaya bisa celaka membuat Oriaga tak bisa tinggal diam. Tentu saja hal ini membuatnya frustasi.Oriaga mengusap kasar wajah lantas berkata," Mungkin jalan yang terbaik adalah terlihat meninggalkan Shanaya. Aku harus melakukan itu."Tentu saja hal itu membuat pak Wira bingung. Dia pun mencoba menyadarkan Oriaga yang memang sedang kalut.“Apa itu tidak berlebihan?” tanya Pak Wira.“Ini tidak berlebihan. Selama bersama
last updateLast Updated : 2024-02-08
Read more

Bab 154 : Pria Yang Tak Pernah Merasa Memiliki Rumah

“Tak masalah kamu menganggapku seperti itu, tapi coba lihatlah dari sisi aku sebagai suami dan ayah yang ingin melindungi istri juga anaknya.” Shanaya merasa seperti tertampar dengan kata-kata Oriaga. Dia memejamkan mata hingga air matanya deras mengalir sampai mengenai lengan Oriaga yang masih melingkar di dadanya. Oriaga pun mengurai pelukan dan membalik pelan tubuh Shanaya, dia mengusap pipi sebelum membawa Shanaya ke dalam pelukan. Shanaya sendiri malah semakin tergugu, dia merasa sangat egois. Bagaimana bisa tidak memikirkan calon anaknya tapi malah egonya sendiri. Namun, meski begitu Oriaga juga tidak menyalahkan. Oriaga tahu Shanaya memang sedang berada di usia di mana cinta lebih utama dari segalanya. “Pergilah ke Belanda, di sana ada Isaak dan istrinya yang akan menjagamu, juga ada Andra yang bisa menjadi temanmu,” ucap Oriaga. “Apa kamu tidak akan menemui sama sekali sampai anak ini lahir?” Lirih Shanaya. Perasaannya campur aduk, sebagai seorang wanita pasti sangat ber
last updateLast Updated : 2024-02-08
Read more

Bab 155 : Mengemasi Barang-barang

Ariani buru-buru menutup koper berisi uang itu dan meletakkannya di bawah kaki, tanpa basa-basi dia bergegas membubuhkan tanda tangan ke surat perjanjian yang Pak Wira sodorkan. Shanaya sendiri yang baru saja keluar dari kamar Nugroho melihat dan hanya diam. Dia tahu Oriaga pasti sudah mempersiapkan semuanya untuk melindungi ayahnya. “Kita pulang sekarang, Nona?” Pak Wira bertanya sambil memasukkan perjanjian yang sudah ditandatangani Ariani ke dalam amplop. Shanaya sendiri membalas dengan anggukan kepala, sedangkan Ariani menoleh dan berdiri. Wanita itu mendekat ke Shanaya dan menepuk lengan sang anak tiri. “Kamu tenang saja! Belajar yang rajin, urus urusanmu dengan baik, tidak perlu khawatir dengan ayahmu, aku pasti akan menjaganya baik-baik,” kata Ariani. Senyuman lebar milik Ariani memberi tanda ke Shanaya bahwa uang yang diberikan oleh Oriaga pasti cukup membuat ibu tirinya itu bahagia. Shanaya hanya mengangguk lemah, setalah itu pamit untuk pulang ke rumah utama. Tujuan Sha
last updateLast Updated : 2024-02-09
Read more

Bab 156 : Menyiapkan Kedatangan

"Apa aku bicara begitu?" Tanya Isaak sok berpura-pura linglung. "Aku cuma bercanda tadi, aku sebenarnya sedang menghina Oriaga yang sudah tua," imbuhnya menutupi rasa serba salah yang mendera.Beruntung saat Andra masih menatap curiga, putra Isaak datang mendekat dan seketika mengalihkan fokus pemuda itu.“Kak Andra, main denganku, ayo!” Issa langsung menarik tangan Andra untuk diajak pergi bermain bersama.“Iya, mau main apa?” Andra langsung berdiri karena Issa menariknya kuat. Karena Issa bersekolah di sekolah Internasional maka Bahasa Inggris anak itu pun terbilang cukup mumpuni.“Bola,” jawab Issa.Andra pun pamit ke Isaak dan Amora untuk ikut Isaa ke halaman dan menemani bocah itu main.Kini tinggal Isaak berdua bersama Amora di ruang keluarga. Amora sendiri terlihat menatap Isaak yang sedang memperhatikan ke arah Issa dan Andra pergi.“Apa kamu benar-benar tidak akan memberitahu Shanaya kalau kamu ayahnya?” tanya Amora.“Aku takut,” jawab Isaak sambil menggelengkan kepala. Dia
last updateLast Updated : 2024-02-09
Read more

Bab 157 : Bagaimana Kondisimu?

“Kenapa Pak? Apa dia sakit?” Tanya Shanaya cemas, dia panik saat Pak Wira malah diam dan bertanya- “Bolehkah saya memeluk Nona?” Shanaya membeku lantas mengangguk lemah. Tak perlu menanti jawaban dari Pak Wira, dia sudah tahu kalau Oriaga memang tengah sakit saat ini. “Nona tenang saja! Kondisi Tuan baik. Dokter sudah memeriksa kondisinya. Memang aneh, lazimnya orang seumuran Tuan Oriaga terkena darah tinggi, tapi Tuan malah darah rendah,” ucap Pak Wira seraya mengurai pelukan.“Dia benar-benar baik-baik saja ‘kan Pak?” Tanya Shanaya tak percaya. “Tuan mengeluh pusing, hari ini dia tidak pergi ke kantor,” jawab Pak Wira. Dia menepuk lengan Shanaya kemudian berpesan- “Nona, jaga kandungan baik-baik! Apa yang Tuan lakukan saat ini jelas semata-mata untuk melindungi Nona dan calon anaknya, Tuan menginginkan keluarga dan saat ini dia sedang dalam usaha mewujudkan impian itu.” Shanaya hanya mengangguk tak sanggup membalas perkataan Pak Wira, dia buru-buru mengusap pipinya yang basah t
last updateLast Updated : 2024-02-10
Read more

Bab 158 : Tetangga Sebelah Apartemen

Kirana duduk di ranjang kamarnya setelah berbincang bersama Oriaga. Gadis itu tampak memegang ponsel lantas mendial nomor Andra untuk bisa berbincang dengan saudaranya itu.“Halo."Suara Andra terdengar dari seberang panggilan. Kirana sendiri malah kaget karena perbedaan waktu tapi Andra sigap menerima panggilannya.“Terima kasih sudah mengangkat teleponku, kalau tidak aku pasti kesepian,” ujar Kirana sambil merebahkan tubuhnya di kasur.“Kenapa? Apa ada masalah?” tanya Andra dari seberang.“Hm … ada. Sejak kamu pergi, banyak masalah yang terjadi,” jawab Kirana. Dia pun akhirnya menceritakan soal kejadian yang menimpa Shanaya, hingga akhirnya Shanya diusir dari rumah oleh Oriaga.“Semua jadi berantakan di rumah,” ujar Kirana setelah selesai cerita.“Tidak usah membahas Shanaya lagi,” ucap Andra tiba-tiba dari seberang panggilan, tentu saja pemuda itu hanya berpura-pura tak tahu serta terdengar tak peduli sama sekali dengan nasib gadis yang pernah sangat dia cintai.Kirana pun diam, me
last updateLast Updated : 2024-02-10
Read more

Bab 159 : Wanita Dari Indonesia

Andra masih bingung dengan yang terjadi. Dia terus memandang wanita yang wajahnya penuh luka lebam dan terlihat frustasi itu. Dia yang awalnya tak mau ikut campur tapi nahas malah menyaksikan pertengkaran itu, kini malah berdiri mematung sambil memandangi wajah si wanita.Wanita itu pun memalingkan muka dari Andra dan kini kembali fokus ke pria yang ada di dalam. Dia terlihat begitu waspada saat melihat pria itu hendak melangkah keluar.“Jangan mendekat! Masuk, atau aku akan lompat!” ancam wanita itu sambil menunjuk ke dalam. Satu tangan sudah memegang pembatas balkon, satu langkah saja diambil oleh pria di hadapannya, maka dia akan benar-benar melompat.Andra sangat terkejut mendengar ucapan wanita itu, bahkan kedua kakinya secara impulsif bergerak maju seolah hendak menahan wanita itu.Pria yang ada di hadapan wanita itu pun terkejut bukan main. Dia takut jika sampai wanita itu benar-benar melompat.“Jangan melakukan hal bodoh. Kemarilah! Kemari, aku tidak akan melakukan apa pun asa
last updateLast Updated : 2024-02-11
Read more

Bab 160 : Disambut Hangat

Setelah menempuh perjalanan lumayan lama akhirnya Shanaya pun sampai di Belanda. Sesampainya di Bandara, dia dijemput Isaak yang sudah menantinya sejak tadi. Pria itu bahkan sengaja menjemput satu jam sebelum jadwal pesawat Shanaya tiba, secara pribadi tanpa sopir.Isaak sangat antusias, jujur dia merindukan sosok putrinya. Hingga saat melihat Shanaya berjalan menuju arahnya, Isaak pun melambai penuh semangat."Shanaya!"Teriakan Isaak membuat Shanaya sedikit malu. Untung saja ini di Belanda, jadi orang-orang tak peduli. Coba saja masih di Indonesia tentunya Shanaya sudah menjadi pusat perhatian. “Bagaimana penerbanganmu?” tanya Isaak sambil mengambil alih koper milik Shanaya.“Lumayan melelahkan,” jawab Shanaya sambil memaksakan senyum meski hatinya masih begitu sedih.Isaak mengangguk, melihat kepiluan di wajah Shanaya membuat hati Isaak ikut ngilu. Namun, dia sudah berjanji pada Oriaga dan dirinya sendiri untuk membuat Shanaya nyaman dengan hanya membahas hal-hal menyenangkan. Me
last updateLast Updated : 2024-02-11
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
28
DMCA.com Protection Status