Semua Bab Terjebak Gairah Paman Billionaire: Bab 131 - Bab 140

279 Bab

Bab 131 : Pingsan

Ermanu berada di mobil dalam perjalanan menemui orang-orang dari partai yang mengusungnya. Dia memandang jalanan yang dilewati, hingga mobilnya sampai di tempat bertemu para petinggi partai.“Kami sudah melihat berita yang beredar. Jadi kami memintamu datang untuk memastikan, apakah berita itu benar atau tidak?” tanya salah satu pengurus partai saat bertemu dengan Ermanu.Ermanu menarik napas panjang lantas mengembuskan perlahan.“Ya, itu benar. Saya memang mengidap kanker dan entah apa bisa sembuh atau tidak,” jawab Ermanu jujur.Semua pengurus pun terkejut, mereka langsung saling bisik tanpa memikirkan perasaan Ermanu. Ermanu sudah menebak jika tidak akan mungkin bisa maju mencalonkan diri karena memiliki penyakit yang mematikan di mana tingkat kesembuhannya pun terbilang sangat kecil.“Saya tahu kecemasan kalian, karena itu saya memutuskan untuk mengundurkan diri agar tidak ada masalah di belakang,” ucap Ermanu — yang terkesan langsung mengambil keputusan.“Jika memang itu keputusa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-25
Baca selengkapnya

Bab 132 : Hanya Ingin Hidup Tenang

Ermanu menemani Anne sendirian hingga akhirnya wanita itu pun sadar. Dia masih tak habis pikir kenapa Anne memilih untuk pergi ke perusahaan Oriaga sendirian. Ermanu malah semakin merasa tak berguna. Selama ini dia selalu mengikuti keinginan Anne, melakukan apa yang wanita itu inginkan dengan tujuan agar Anne bahagia. Namun, nyatanya menuruti apa kata Anne malah menjadi boomerang.Dalam keadaan sakit seperti ini, Ermanu semakin merasa tak berguna. Dia yakin Anne pasti sangat sedih mengingat penyakitnya ini juga dulu yang menyebabkan papanya meninggal.“Ma, sebaiknya hentikan semua ambisi Mama karena aku hanya ingin hidup tenang dan bahagia, aku tidak ingin berkuasa, aku ingin menghabiskan waktuku bersama merasakan kehangatankeluarga, bersama Mama, Elisa dan anak-anak kami,” ucap Ermanu sambil menatap Anne. Pria itu mencoba meyakinkan ibunya untuk tak lagi meraih keinginan berlandaskan ambisi.“Aku ingin kamu lebih kuat dan berkuasa dari anak Pradipta!” Anne tetap kekeh mempertahankan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-26
Baca selengkapnya

Bab 133 : Luka Batin

“Sayang, apa tidak ada cara agar kamu bisa berbaikan dengan Bu Anne?” tanya Shanaya saat duduk di samping Oriaga yang sedang mengendarai mobil.Shanaya menatap Oriaga yang memasang wajah datar, lantas menoleh dirinya sekilas.“Tidak ada," jawab Oriaga singkat.Meskipun seharusnya tidak terkejut mendengar jawaban Oriaga dan paham karakter pria itu, tapi tetap saja Shanaya merasa ada yang mengganjal.“Dia pernah berkata menyesal melahirkanku. Aku ingat dulu saat masih duduk di sekolah dasar, dia sama sekali tidak pernah mengantar apalagi menghadiri acara sekolah." Oriaga mulai menceritakan luka masa kecilnya yang disebabkan oleh Anne."Sejak aku kecil hingga dewasa. Dia selalu beralasan sibuk, meski aku mengemis dan memohon saat ada acara penting di sekolah pun dia tidak pernah mau datang."Shanaya menelan ludah susah payah mendengar Oriaga menceritakan hal —yang membuatnya benar-benar tak bisa memaafkan Anne. Shanaya diam mencerna tutur kata Oriaga. Ternyata terlalu dini bagi Shanaya m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-27
Baca selengkapnya

Bab 134 : Tidak Perlu Jajan Di Luar!

Pak Wira mengangguk membalas ucapan Oriaga. Tanpa Oriaga perintah pun Pak Wira di dalam hati sudah berkomitmen akan lebih mengawasi kinerja dan tingkah Farah di rumah utama.Setelah bicara dengan Oriaga, Pak Wira pun pamit untuk mengecek pekerjaan para pelayan, hingga dia berpapasan dengan Farah yang hendak pergi ke dapur.Gadis itu langsung menunduk saat berpapasan dengan Pak Wira. Bersikap ramah karena dia tahu Pak Wira tak hanya sekadar kepala pelayan di rumah utama.“Selamat sore, Pak.” “Sore,” balas Pak Wira sambil mengangguk lantas berlalu begitu saja.Farah pun melirik Pak Wira yang pergi seolah tak menganggap keberadaannya. Dia mengingat ucapan Arumi yang mengatakan kalau dirinya juga harus ekstra berhati-hati ke Pak Wira, karena pria itu lebih dipercaya oleh Oriaga jika dibandingkan dengan orang lain di rumah utama termasuk adik-adik Oriaga sendiri.Setelah Pak Wira pergi, Oriaga segera kembali ke kamar. Dia yakin Shanaya pasti sedang menunggunya saat ini. Oriaga tertawa se
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-27
Baca selengkapnya

Bab 135 : Melayani Oriaga

Shanaya tanpa ragu memberi pelayanan istimewa ke Oriaga. Mereka bahkan melupakan makan malam karena terlalu asyik dengan romansa. Seisi kamar seperti tak habis menjadi bahan eksplorasi percintaan panas mereka. Tak hanya kamar ganti dan kamar mandi. Bahkan Oriaga pernah membuat Shanaya hilang kendali di atas meja belajar gadis itu. Kini giliran sofa yang menjadi saksi bisu keduanya mendayung nirwana. Shanaya tak henti membuat Oriaga mendesah nikmat karena gerakan pinggulnya. Gadis itu benar-benar melakukan apa yang dia katakan dengan memuaskan gairah Oriaga. Dia terus menumbuk sampai dirinya sendiri berakhir mencapai puncak surga dunia.Oriaga tertawa puas, dia membelai pipi Shanaya yang masih sibuk mengatur napas yang memburu."Kamu benar-benar sudah pintar sekarang," puji Oriaga atas apa yang baru saja Shanaya perbuat padanya."Apapun akan aku lakukan agar Oom tidak sempat berpikir mencari wanita lain," balas Shanaya."Kamu sepertinya masih belum mengenalku, Shana. Jika aku sudah me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-29
Baca selengkapnya

Bab 136 : Menunjukkan Rasa Cemburu

Oriaga memandang Andra dan Shanaya bergantian, dia tidak tahu bahwa sepertinya Shanaya masih menaruh rasa kesal pada Andra. Sampai Arumi yang merasa dirinya paling netral mencoba mencairkan suasana dengan berkata bahwa Andra pasti akan betah tinggal di Belanda. Apalagi Isaak orang baik. “Tentu tante, Paman Isaak sudah bilang akan mengajakku keliling Amsterdam,” balas Andra. Pemuda itu menyunggingkan senyuman manis lalu menatap Shanaya yang seketika menunduk menatap piring. Setelah sarapan selesai, Shanaya pun mengantar Oriaga ke depan seperti biasa. Entah kenapa dia merasa risih saat Farah ikut mengekor mereka. Shanaya memalingkan badan, dia tiba-tiba berhenti dan bahkan Oriaga ikut menoleh. “Kamu bisa kembali ke belakang, tidak perlu mengantar kami sampai ke depan,” ucap Shanaya. Oriaga hampir tertawa, untung saja dia bisa menahan dan hanya alis matanya saja yang sedikit bergelombang. Dia dan Pak Wira yang berada tak jauh darinya pun saling pandang, Oriaga berakhir tersenyum tipis
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-29
Baca selengkapnya

Bab 137 : Berpikir Dirimu Yang Ada Diposisiku

Sejak pagi Shanaya hanya di rumah membaca buku dan tidur-tiduran karena jadwal kuliahnya siang. Sambil menikmati buah potong yang baru saja pelayan antarkan, gadis itu saat ini sedang duduk di meja belajar, hingga begitu terkejut saat melihat Farah masuk ke kamarnya bersama Mbok Sarni. Shanaya memperhatikan Farah yang hendak membereskan kamarnya bersama pembantu senior di rumah itu. Dia menatap curiga jika Farah akan melakukan sesuatu di tempat pribadinya dan Oriaga, Shanaya pun merasa tidak enak dan tidak nyaman. “Kenapa Pak Wira menempatkan Farah untuk membersihkan kamar ini? Bukannya dia baru saja bekerja beberapa hari?” Shanaya bertanya-tanya penuh curiga dan waspada di dalam hati. Lama-lama ingin rasanya dia melabrak Pak Wira karena sepertinya kepala pelayan itu tidak memahami rasa cemburu yang dia rasa. Farah sendiri memilih menebalkan muka. Dia mengabaikan Shanaya yang ada di sana setelah membungkuk memberi salam. Padahal terlihat jelas kalau Shanya memasang wajah tidak suka.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-29
Baca selengkapnya

Bab 138 : Pusing dan Mual, Hamil?

"Sebenarnya Tuan meminta saya untuk mengawasi Farah," kata Pak Wira."Maaf saya benar-benar tidak tahu sebelumnya ada masalah apa antara Nona dan dia, hanya saja di luar itu semua Farah memang masuk kualifikasi menjadi pelayan rumah. Saya tidak menurunkan standar apapun untuk meloloskannya," imbuh Pak Wira sambil menundukkan kepala.Shanaya memilih diam mencoba mencerna dan mempercayai ucapan Pak Wira, hingga tiba-tiba saja gadis itu merasa mual dan buru-buru mengakhiri pembicaraan."Baiklah kalau begitu, kalau ada yang ingin aku tanyakan, aku akan memanggil Bapak."Raut wajah Shanaya saat bicara membuat Pak Wira merasa ada yang janggal. Pak Wira ingin menanyakan apakah sang nona baik-baik saja, tapi Shanaya lebih dulu menggeleng dan masuk ke dalam kamar.Shanaya mengeluarkan seluruh makanan yang bahkan belum dicerna sempurna oleh lambungnya. Dia lemas sampai terduduk di lantai kamar mandi yang dingin."Apa aku hamil? Apa mungkin aku hamil?" Lirihnya berkali-kali. Shanaya memejamkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-30
Baca selengkapnya

Bab 139 : Menunggumu Pulang

Malam semakin larut. Shanaya masih berguling ke kanan dan kiri karena tak bisa tidur menunggu Oriaga pulang. Dia mengambil ponsel yang ada di nakas, melihat waktu sudah cukup larut tapi tidak ada kabar dari suaminya itu kenapa pulang terlambat.“Kenapa dia belum pulang? Kenapa tidak menghubungiku sama sekali?”Shanaya gelisah, hingga akhirnya membuatnya bangun dan duduk. Shanaya berpikir sejenak hingga memutuskan keluar kamar. Gadis itu bahkan berjalan keluar rumah dan duduk di teras.Shanaya berdiam diri di sana, menatap ke pagar rumah dan berharap Oriaga cepat pulang.“Nona, kenapa di luar? Angin malam tidak bagus untuk kesehatan Anda, lebih baik Anda masuk,” ucap pelayan yang melihat Shanaya di teras sendirian. Pelayan itu pun berusaha mengajak Shanaya masuk tapi ditolak mentah-mentah.“Tidak Bi, aku mau menunggu suamiku pulang,” balas Shanaya. Dia memandang si pelayan yang mengajaknya berbincang sebelum kembali memandang ke arah pagar lagi.Pelayan itu pun bingung, tapi juga tak b
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-31
Baca selengkapnya

Bab 140 : Apapun Yang Kamu Mau

Sementara Shanaya bingung harus atau tidak memberitahukan pasal kehamilannya ke Oriaga, saat ini Isaak sedang sibuk mengejar cinta Amora.Isaak sudah bertekad tidak akan putus asa mendapatkan kembali kepercayaan Amora. Terlebih dia sangat ingin memperbaiki hubungan mereka agar dia bisa memiliki keluarga yang utuh dan bahagia.Seperti pagi itu, Isaak sengaja pergi ke rumah Amora, tentu saja kedatangannya lagi-lagi tanpa kabar hingga membuat Amora sangat terkejut. “Kenapa kamu datang ke sini pagi-pagi?” Tanya Amora yang masih menahan Isaak di ruang tamu.“Aku ingin mengantar Issa berangkat sekolah,” jawab Isaak. Amora diam sejenak seperti sedang berpikir, setelah itu memersilahkan Isaak duduk.“Tunggu di sini Issa sedang sarapan!" ucap Amora ketus.“Sarapan? Kebetulan aku juga belum makan, apa boleh aku bergabung?” tanya Isaak. Amora merotasi bola mata, saat hendak menjawab ternyata Isaak sudah lebih dulu masuk menerobos tanpa izin hingga membuat Amora melebarkan manik mata.Isaak me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-01
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
28
DMCA.com Protection Status