Home / Romansa / Kubawa Benihmu, Mas! / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Kubawa Benihmu, Mas!: Chapter 11 - Chapter 20

158 Chapters

11. Tidak Kenal

"Maaf, Anda salah orang!" Sarita langsung melangkah pergi meninggalkan kedua orang masa lalunya.Aulia pun mengikuti langkah Sarita dari belakang sebelumnya memastikan pada salah satu karyawan untuk memerhatikan dua pembeli itu."Bunda, Bagas tidak salah lihat 'kan. Tadi itu benar Saritaku?" tanya Bagaskara."Jangan ngaco kamu, Bagas. Jangan rusak malam indah Ni Luh Ayu!" bisik Madam Anne.Wanita yang dimaksud oleh Madam Anne adalah salah satu putri pejabat penting yang meminang Bagaskara dengan alasan bisnis. Saat ini bisnis Bagaskara sedang naik dan termasuk pembisnis muda berbakat. Namun, akhir-akhir ini muncul pembisnis wanita muda yang cukup kompeten.Bagaskata masih tertarik akan sosok wanita yang menurutnya adalah mantan istrinya itu. Segera dikejarnya wanita itu, saat sampai di depan butik terlihat sosok itu masuk mobil sedan mewah berkelas dan berharga langit. Bagaskara berdecak lirih."Andai dia benar Sarita, lalu bagaimana bisa secepat itu hidupnya bisa berubah?" gumam Bag
last updateLast Updated : 2023-11-12
Read more

12. Keluarga Waluyo

Pembawa acara segera memulai acaranya. Satu per satu barang dilelang dengan cara bertahap. Ni Luh terlihat begitu antusias kala sebuah kalung permata bertahtakan belian rubi merah."Kak, tawar kalung itu untukku!" pinta Ni Luh Ayu."Baik, persiapkan saja uangnya!" "Iih, iya uang Kakak lah. Itu masih standart kok harganya!"Bagaaskara berdecak, dia datang karena ingin tahu sejauh mana perhelatan kaum atas. Namun, justru terjebak dengan permintaan dari Ni Luh yang sejak tadi merengek meminta barang. Padahal sejak mula wanita itu berjanji tidak akan hijau mata, tetapi nyatanya 39 juta dana Bagaskara sudah melayang untuk amal."Aku sudah gelontorkan uang sebanyak 30 juta. Apa belum cukup?" "Satu lagi, Sayang. Ya, ya!" pinta Ni Luh Ayu sambil membelai dada Bagaskara.Lelaki itu mendesah lirih, apalagi jemari Ni Luh sudah mulai berjalan menuju ke pangkal pahanya. Bagaskara melirik tajam. Ni Luh hanya tersenyum nakal."Huft huu, baiklah. Mulai lah!"Begitu mendengar apa yang dikatakan oleh
last updateLast Updated : 2023-11-12
Read more

13. Ramah Tamah

"Mama!" Seorang anak laki-laki naik ke panggung menghampiri Sarita dan Sagara. Pria kecil yang tampan berjalan tegap."Hai, Tampan. Siapa nama kamu?" tanya pembawa acara."Alifian Waluyo!""Wow, apakah ini mama dan papa kamu?" "Iya, ini keluargaku."Sagara tersenyum, lalu diraihnya tubuh mungil ponakannya dan digendong pada tangan kiri. Kemudian tangan kanannya meraih jemari Sarita dan menariknya lembut menuruni tangga. Sepasang mata menatap sosok pria kecil itu, sorot matanya mulai sendu."Mungkinkah itu benihku dulu? Tampan," gumam Bagaskara."Kau sempat tanam benihmu, Kak? Pada wanita itu, aku tidak percaya," kata Ni Luh.Bagaskara tidak memedulikan apa yang ditanyakan oleh Ni Luh, pria itu menatap terus pada tiga orang yang berjalan menuju ke sudut ruang mencari bangku yang nyaman. Pembawa acara sudah memberi kode bahwa waktunya ramah tamah."Mama, Alif haus!" ujar Alifian"Tunggu di sini, biar paman yang ambilkan. Jaga mama kamu, Jagoan!"Tanpa menunggu jawaban, Saraga segera b
last updateLast Updated : 2023-11-13
Read more

14. Amarah Yang Tertunda

"Berhenti, Kak. Apa yang Kakak lakukan, lihat semua orang menatapmu!" desis Ni Luh.Bagaskara menyentak tangan Ni Luh, dia tidak peduli. Langkahnya terus mengejar Sarita. Namun, wanita itu sudah menghilang di tengah kerumunan para tamu dan pengunjung malam amal. Bagaskara pun melangkah menuju meja yang tadi dilihatnya ada pria kecil."Kosong, kemana mereka pergi," gumam Bagas, lalu saat ada pelayan yang melewatinya pria itu pun bertanya, "Maaf, tahukan kamu dimana Tuan Sagara dan keluarga?""Ough, Tuan Sagara baru saja meninggalkan acara ini bersama Nona Sarita, Tuan.""Terima kasih!"Bagaskara pun melangkah meninggalkan lokasi malam amal tanpa mengajak Ni Luh. Wanita itu ditinggal tanpa kabar hingga membuat Ni Luh mencari sosok Bagaskara "Shit, dasar pria tidak tau diuntung. Enak saja tinggalkan aku begitu saja. Awas saja kamu, Sarita. Semua ini gara-gara kamu!"Ni Luh pun menghubungi sopir pribadinya agar segera menjemputnya. Malam semakin merangkak menuju pagi, tetapi mata Sarita
last updateLast Updated : 2023-11-13
Read more

15. Mencari Tahu

Pagi hari Bagaskara berniat ingin mengetahui semua informasi mengenai bocah laki-laki kecil yang bersama Sarita. Senyum tipis tercetak di wajah tampannya."Aku harus mulai dari butik itu, mungkin dari sana bisa kudapatkan informasi," batin Bagaskara.Setelah merasa yakin akan idenya, Bagaskara pun segera melajukan kendaraannya menuju ke butik tempat dia melihat pertama kali mantan istrinya. Jalanan yang lancar membuat laju mobil Bagaskara tidak terjebak mancet, sehingga dalam waktu belasan menit dia sudah sampai di depan butik.Butik sudah terlihat ramai di jam kerja, banyak pengunjung yang datang silih berganti tanpa henti. Mereka selalu membawa beberapa paper bag. "Rupanya kamu sudah sukses, Sarita. Aku tidak menyangka jika kamu memiliki kekayaan dan peluang bisnis. Andai aku tahu dari awal mungkin tak kucerai kamu, Sarita!" gumam Bagaskara.Sebuah mobil sedan mewah keluaran terbaru meluncur perlahan dan berhenti tepat di depan butik, seorang wanita turun dengan pakaian yang seder
last updateLast Updated : 2023-11-16
Read more

16. Memantapkan Hati

Bagaskara terdiam sendiri di sudut kamar, pikirannya menerawang pada masa lalu saat dia pertama kali menggauli tubuh indah Sarita. Memang diujung juniornya tidak terdapat noda darah sedikitpun, tetapi rasa nikmat dan sempit begitu membuat dia merasa ketagihan. Rasa yang tidak sama saat dia menyentuh tubuh wanita lainnya yang biasa menemani ranjang."Rasa yang terkadang membuatku gila, tetapi sesuatu sudah menodai kepercayaanku," gumam Bagaskara."Apakah memagbenar anak itu adalah daah dagingku, tetapi jika bukan mengapa kau erasa ada yang berbeda dari tatapan mata indah itu?" Bagaskara masih terus bermonolog membayangkan jika anak itu adalah darah dagingnya.Cukup lama Bagaskara berdiri di sudut ruang itu hingga ingatannya tertuju pada Mbok Marni. Maka senyum tipis pun terbit di bibir pria itu. Gegas dia keluar dari kamarnya dan menuju ke rumah belakang tempat Mbok Marni tinggal selama ini di mansion tersebut bersama para pelayan lainnya.Bagaskara pun melangkah cepat menuju ke rumah
last updateLast Updated : 2023-11-17
Read more

17. Rumah Belakang

"Ada apa, Mbok?" tanya Bagas."Tidak ada, Den. Semua sudah terjadi, maka biarkan mengalir apa adanya. Jangan diusik lagi, kasihan hidupnya yang selalu susah!" kata Marni datar."Tetapi jika benar itu Sarita, berarti anak itu darah dagingku, Mbok!" kata Bagas dengan nada lugas."Bisa jadi, tetapi bukankah dulu Aden yang menolaknya bahkan mengusir dengan tuduhan jual badan!" kata Marni.Bagaskara diam. Dia sadar dan ingat benar apa yanh diucapkan pada Sarita. Saat itu hatinya sedang diliputi emosi, bagaimana tidak emosi jika istrinya sedang memadu kasih di ruang kerja ibunya dalam keadaan baju atas basah kuyub. Satu lagi, posisi Sarita saat itu duduk dipangkuan pria lain dalam keadaan dipeluk.Simbok hanya tersenyum sinis melihat reaksi anak majikannya itu. Sebenarnya wanita tua itu tahu setiap perkembangan anak asuhnya, tetapi dia enggan bicara jujur. Marni juga sadar jika Sarita berasal dari keluarga kaya raya. Namun, Marni ingin tahu sejauh apa perjuangan Bagas untuk mendapatkan hak
last updateLast Updated : 2023-11-17
Read more

18. Mansion Rubella

Semua terlihat sibuk dengan acaranya sendiri, bahkan Sarita masih menghadap laptop meski jam sudah menunjukan pukul tujuh pagi. "Mama, ayo berangkat sudah jam tujuh!" rengek Alifian."Iya, Sayang. Ini kurang dikit lagi!" "Ini sudah jam tujuh lho, Ma. Nanti Alif terlambat," keluh Alifian."Sini biar om yang antar Alif sekolah. Sepertinya mama sedang sibuk," kata Saga.Alifian pun segera meraih tapak tangan mamanya untuk diciumnya, setelah itu giliran mencium kedua pipi Sarita. Wanita itu pun segera menghentikan gerak jari jemarinya yang sejak tadi menari di atas tuts."Iih anak mama kok manja ya, ada apa ini?' tanya Sarita.Alifian tersenyum, kemudian kepalanya menggeleng pelan. Ditatapnya manik mata sang ibu dengan sendu, lalu bibirnya tersenyum tipis."Jangan kerja terlalu keras, Mam. Bukankah semua sudah terpenuhi oleh paman Saga?" tanya Alifian."Yee tidak boleh seperti itu juga, Alif. Om saga juga butuh uang itu untuk keperluan hidup suatu hari nanti dengan istri dan anaknya," k
last updateLast Updated : 2023-11-18
Read more

19. Mendekap Alifian

"Apa maksud Anda?" tanya Sarita saat berbalik badan.Kedua mata pria itu seketika membola, dia tidak menyangka bahwa wanita itu adalaj manyam istrinya."Sarita! Apa ini kamu, lalu apaa maksud semua ini?" tanya Bagas Seorang wanita cantik berjalan cepat menuju ke Bagas. Dia langsung memeluk lengan sang pria dan tersenyum penuh kemenangan atas kebersamaan dia dan Bagas."Ada apa, Sayang? Apakah wanita ini tidak mampu membeli produk kamu dan melakukan komplain?" cerca Ni Luh."Maaf, untuk furnitur seperti ini bukan kelas saya. Ini saja ingin aku retur ke perusahaan asalnya."Bagaskara seketika menatap tajam oada manik biru milik Sarita. Dia tidak percaya dengan kalimat yang lolos dari bibir seksi di depannya."Di retur, apa maksudnya? Lalu apa hak mu hingga semudah itu mengucapkan kata retur pada barang sebagus ini?" cerca Bagaskara."Tuan Bagaskara yang terhormat! Barang Anda adalah palsu," kata Sarita datar.Bagaskara semakin terlihat emosi. Barang yang masih baru dan mulus dicap seba
last updateLast Updated : 2023-11-19
Read more

20. Bimbang

Terlihat tawa bahagia anak laki-laki yang masih balita. Sesekali Bagas memeluk bocah aktif itu. Alifian sangat menikmati kebersamaannya dengan Bagas, pria dewasa yang baru saja menjadi teman mainnya."Bagaimana Jagoan, apakah kamu sudah cukup bermainnya?" tanya Bagaskara."Boleh, aku sudah lapar dan haus!" "Baik, kita ke resto dulu. Kamu ingin makan apa?" "Bagaimana jika nasi goreng seafood, Paman? Sudah lama mama tidak masak itu untukku," keluh Alifian.Bagaskara mengangguk, dengan sekali hentak tubuh mungil itu sudah berada dalam dekapannya. Alifian tampak tenang bahkan terlihat seperti memeluk ayahnya posesif. Bagaskara begitu menikmati kebersamaan itu hingga tidak menyadari waktu terus berjalan.Pada awalnya, pria itu hanya meminta waktu dua jam bersama Alifian sambil menunggu jam pulang sekolah. Namun, akibat keasyikan bermain membuat pria dewasa itu lupa waktu. Semua baru teringat saat perut si kecil berbunyi."Wah nyaring sekali bunyinya? Sepeertinya cacing di perut pada dem
last updateLast Updated : 2023-11-20
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status