Sepanjang jalan aku sama sekali tak bisa tenang. Saat Om Redi menoleh, aku meringis memegangi perut, pura-pura sakit."Perutku sakit banget, nih, Om. Mending ke rumah mama aja." Karena mama tiriku juga bidan. Kalau periksa sama mama, tentu mama akan membantuku. Om Redi menggelengkan kepala sambil tertawa kecil. Satu tangannya terangkat mengusap-usap kepalaku dengan gemas. Aku menepisnya dan dia tertawa kecil. "Kau ini aneh sekali. Rumah mama kau itu jauh. Di sana ada bidan. Dasar anak kecil."Aku melotot galak padanya. Aku udah jadi istrinya, bisa-bisanya ia masih mengataiku anak kecil. Tidak ingat apa kejadian tadi?Kupikir, ia tak akan memintaku 'tidur' dengannya karena yang ia cintai hanya bibi. Bibiku adalah cinta pertamanya. Namun, ternyata aku salah. Om Redi yang mengajak duluan, mengatakan bahwa kalau aku sudah jadi istrinya, yaa sebaiknya lakukan saja apa yang seharusnya dilakukan oleh suami istri. Malam sangat dingin, pula. Toh, aku sudah hamil anaknya, pula. Ya, sekalian s
Terakhir Diperbarui : 2023-10-10 Baca selengkapnya