Share

4

Author: Fitri Soh
last update Last Updated: 2023-10-10 14:19:36

Aku memijit kepala yang tiba-tiba berdenyut pusing. Aku tak bisa berpikir. Aku tak bisa berpikir. Yaa coba bayangkan saja, masa gak hubungan sampai melahirkan? Lalu aku, melahirkan hamil pura-pura bagaimana?

Aku meremas-remas tangan karena bingung. Saat melihat Mama tersenyum-senyum, aku menyentak napas kesal, lalu melotot padanya. Mama tiriku ini, akhir-akhir ini senang sekali menggodaku. Ternyata, sikapku tak luput dari perhatian ayah. Ayah berlama-lama memandangku, lalu berganti ke Om Redi.

"Kamu benar-benar harus menepati janjimu." 

 Om Redi mengangguk, ia meletakan tangan di dahi.

"Siap, ayah mertua!"

Ayah mendelik padanya, dan keduanya tertawa bersamaan.

"Kamu harus jaga putriku dengan baik. Kamu tahu sendiri aku sangat menyayanginya."

"Siap, ayah mertua."

"Sayang sama aku juga kan, Mas?" Mama menimpali. Yang langsung dijawab ayah dengan merangkulnya.

"Auu, malu. Lebih baik kita pulang sekarang, Put." Om Redi berdiri. Ayah melepas tangannya dari pundak mama.

"Menginap saja di sini." 

"Tidak bisalah. Besok aku ada sateran jam 8."

"Bisa berangkat dari sini."

"Jauhlah."

"Putri harus diawasi sama Cinta. Dia habis pendarahan." Ayah tetap bersikukuh agar kami menginap.

"Aku mertuamu sekarang. Kamu harus menurut." Ayah berkata sambil sedikit tersenyum, begitu pun mama juga Om Redi. Ayah dan Om Redi ini sahabat dekat dari kecil, dan kini semakin dekat lagi karena aku jadi istri Om Redi.

Om Redi terlihat keberatan, namun ia mengangguk. "Baiklah. Aku menurut pada ayah mertua." Lalu ia menarikku berdiri. "Perempuan hamil tak bolehlah tidur malam-malam. Ke kamar kau sekarang."

"Seharusnya kamu menemaninya. Dia habis pendarahan," kata ayah. Om Redi mengangguk. Aku berdiri pelan-pelan pura-pura sakit, melangkah ke kamar yang diikuti oleh Om Redi.

"Tidurlah."

Aku berbaring miring, memandang suamiku yang hanya duduk memperhatikanku dari bibir ranjang.

"Om gak bobok?"

"Tidurlah. Perut kau masih sakit?" Ia mendekat ke arahku, membuat jantungku bertalu-talu dan aku begitu deg deg kan. Kamu tahu lah pasti rasanya saat masih jadi pengantin baru. Nah, Inginnya aku, berlama-lama di dekatnya, memandang pangeran pujaanku ini dari dekat. Masih saja tak menyangka bisa memilikinya. 

"Kenapa kau, senyum-senyum sendiri?" Ia mengernyit heran. Tangannya terangkat dan mendarat di keningku. "Kau masih waras, kan?"

"Masih, laah, Om."

"Tidurlah." 

"Peluk."

"Apa?"

"Pengen dipeluk sama Om."

"Pengen dipeluk sama Om."

Ia menggeser tubuh mendekat lagi lalu merebah di sampingku, tidur menyamping kemudian menepuk-nepuk lengan atasnya. Aku bergerak mengikis jarak, mengerucutkan bibir saat melihat Om Redi sedikit tersenyum.

"Kau itu memang ganjen, ya?"

Aku mendelik sebal. Ia terkekeh pelan yang membuat dadanya bergetar. Ah, tampannya dia, saat tertawa lepas seperti itu. Aku semakin cemberut saja, dengan tatapan terus terpantik ke dagunya yang seakan terbelah saat ia tersenyum.

"Canda, lah. Becanda aku ini." Ia kembali menepuk-nepuk lengan atasnya lagi-lagi sambil tertawa kecil. Apa Om Redi menganggap  aku lelucon? Aku memilih menjauhkan tubuh tapi ia menarikku ke dalam pelukannya, menatapku tanpa kedip.

"Dasar bocah."

Aku istrinya, bisa-biasanya memanggilku bocah. Nyebelin, deh.

"Kenapa kau suka padaku?" Tatapannya lekat ke wajahku. Wajahku terasa menghangat karena malu. Aku agak nyesel kenapa waktu itu blak-blakan mengatakan aku suka padanya.

Jadi waktu itu ceritanya, saat aku memaksanya menikahiku dengan senjata pura-pura hamil, ia terus menolak, mengatakan sama sekali tak ingat pernah tidur denganku. Kukatakan bahwa ia mabuk jadi tak mengingatnya, dan ia menyalahkanku kenapa mau melakukannya. Seharusnya jika ia memaksa sebab mabuk kehilangan akal sehat, maka aku bisa memukulnya agar tak terjadi hal senonoh.

Kukatakan aku mau melakukannya, karena telanjur suka padanya. Dan Om Redi tertawa mengejek, mengatakan aku itu aneh.

Apa anehnya mencintai lelaki seumuran ayahku?

Cinta itu gak memandang, bener gak, siih? Aku mencintainya apa adanya, nyaman bersamanya walau ia suka mengatur dan kadang lebih galak daripada ayah.

Tahu apa yang dia lakukan padaku setelah mendengar dari Ayah bahwa aku sudah berada di dalam kamar dengan pacarku nyaris melakukan hubungan haram?

Om Redi menasehatiku terus agar perempuan itu harus bisa jaga diri. Ia juga mengawasiku ke mana-mana dan selalu menghiburku saat pacarku mati tak sengaja dibunuh ayah.

Dari situ, aku mulai semakin nyaman saat di dekatnya, ingin terus di dekatnya, dan puncaknya, aku selalu datang ke rumahnya saat ia patah hati ditinggal bibi menikah. 

"Bagaimana kau ini. Ditanya terus saja diam."

"Om ganteng." Aku menggaruk rambut sedikit salah tingkah. 

Om Redi mengibaskan tangan. "Hal itu tak perlu diragukan, lah." Ia tertawa.

Aku tersenyum kecil. Aku menggigit ujung jari telunjuk karena salah tingkah ia terus memperhatikan. Dadaku terus berdebar.

"Wajah kau tiba-tiba merah. Hey, kau malu padaku?" Ia mengedipkan sebelah mata menggoda. Iiih, nyebelin banget, sih. Gak tahu apaa, jantungku seperti mau meledak begini? Berdentam-dentam menyesakkan dada.

"Apa sih, Om." Aku berpaling.

"Dedek kecil." Ia mengusap-usap gemas kepalaku. "Kau tau, kan, aku akhirnya nikahi kau karena apa? Karena yang di sini." Ia mengusap perutku. "Kau harus jaga dia dengan baik."

Aku mengangguk. Ia menarik hidungku dan tertawa kecil.

"Apa, sih, Ooom." Aku menepis kasar tangannya, lalu mendelik padanya yang terus tertawa.

"Sudah jam berapa ini?" Itu suara ayah. Sepertinya sengaja menyindir. Aku langsung diam, Om Redi meletakkan ibu jarinya ke bibirku. Hanya begini saja, udah bikin aku deg deg kan. Sampai aku menahan napas karena tegang, sekaligus mengharap ingin dipeluk. Hehe

"Tidurlah. Kau lihat itu sudah jam 10." Ia bersidekap. Aku mengangguk lalu memeluknya. Biarlah aku memulai duluan. Sepertinya, Om Redi masih menganggapku sebagai anak, deh. Tugasku adalah, buat dia mencintaiku.

***

Aku dibangunkan oleh tangisan keras bersumber dari kamar mama. Lalu terdengar suara ayah tengah menenangkan dedek. 

"Kamu sana kalau mau ke masjid, Mas. Sini sama bunda, yuuk?"

Aku menatap ke samping, Om Redi masih terlelap dengan sedikit mendengkur. Aku memperhatikan wajah hitam manisnya berlama-lama. Eksotis dan gagah. Tanganku bergerak pelan menyentuh pipinya yang kasar sebab baru bercukur. Lalu tanganku mengusap bibirnya dengan kumis tipis di atasnya.

"Om, bangun udah pagi."

Ia membuka mata sedikit. "Nanti, laah. Masih ngantuk aku ini."

Tok tok tok "Putri, sudah bangun?"

"Jangan lupa salat."

Ah, ayah. Aku udah nikah juga masih saja diingatkan. Aku beranjak berdiri dan membuka pintu. Tampak ayah di hadapanku mengenakan koko dan sarung kotak-kotak hijau. Kopiah putih bertengger di kepalanya. Ayah lewat di sampingku lalu membankan temannya itu. 

"Apalaah, In. Aku ini masih ngantuk."

"Salat dulu. Kamu harus jadi iman yang baik untuk anakku."

Aku tersenyum kecil melihat ayah menoel-noel perut Om Redi dengan jari telunjuk membuat Om Redi meliukkan tubuh ke sana kemari kegelian.

"Kau ini, In."

"Bangun."

Kulihat sedikit kesal Om Redi bangun. Aku meninggalkannya untuk salat subuh, lalu ke dapur membantu mama yang tengah menggoreng tempe. Di kursi dengan pengaman, dedek berceloteh. Kedua tangan mungilnya sesekali menjejalkan biskuit ke mulutnya yang celemotan.

Mama memandangku saat aku meraih kacang panjang dan memotongnya dengan pisau.

"Kamu pikirkan ucapan mama. Kamu harus jujur."

"Mama apaan sih pagi-pagi membahas ini?" Aku selesai memotong kacang panjang dan mengambil gelas blender, memasukkan bumbu ke dalamnya. Aku setiap nyayur gak pernah ribet, tinggal blender.

"Mama begini karena khawatir padamu. Kamu pasti akan pusing sendiri."

Aku mengibaskan tangan tak peduli. Mama menggelengkan kepala. Begitu masak selesai, kubawa semua makanan ke ruang makan. Ayah dan Om Redi Redi yang baru pulang langsung mendekat, disusul mama yang menggendong dedek sambil menyuapi.

"Hari ini rencananya kalian mau ke mana?" Mama mendudukkan dedek ke kursi lalu mengambilkannya makanan untuk ayah. Aku ikut-ikutan mengambilkan nasi juga lauk untuk Om Redi. Ia langsung menerimanya.

"Aku ada sateran nanti jam 8, jam 11 mungkin baru balik," sahut Om Redi sambil menyuap.

"Langsung balik ya, Om." Aku memastikan. Ia mengangguk.

"Tentu. Aku ingin ajak kau USG. Dari semalam tak bisa tidur karena takut kandungan kau kenapa-napa."

Uhuk! Uhuk! Mama tersedak. Ayah menepuk-nepuk bahunya dan memberinya minum. Aku langsung banjir keringat dingin. Sendok di tanganku terasa bergetar.

Ayah memandangku. "Iya itu ide bagus. Aku juga terus khawatir sepanjang malam takut cucuku kenapa-napa," timpal ayah sambil mencomot tempe goreng.  Tubuhku semakin dingin saja dan jantungku berdetak-detak di atas normal.

Om Redi menganggukkan kepala. Ia menyudahi makannya lalu mengusap mulut dengan tisu. "Wajah kau pucat. Apa perut kau sakit?"

Kugelengkan kepala cepat. Bukan perut tapi kepalaku pusing, Om. Pusing sungguh pusing tujuh keliling. 

"Yakin kau tak apa-apa? Wajah kau sangat pucat." Tangan Om Redi menempel di keningku. Dan ia menatapku berlama-lama.

"Kita ke dokter sekarang saja. Aku tak ingin anak kita kenapa-napa."

Ayah juga ikut memperhatikanku dan mengangguk. "Aku ikut." Ayah berdiri. 

Jangan bayangkan betapa takut dan tegangnya aku saat ini. Yang jelas, aku ingin membenamkan diri di dalam selimut dan berharap ini mimpi.

Related chapters

  • SUAMIKU SANGAT MARAH SAAT TAHU AKU MASIH PERAWAN    5

    "Ayok, kita ke dokter sekarang." Om Redi berdiri yang segera disusul ayah dengan antusias. Ayah ini ya ampun, ngebet banget. Padahal ia dulu marah-marh saat kuberi tahu anaknua ini hamil. Tanganku yang memegang sendok begitu dingin, aku menatap Mama dengan memohon. Tolong aku, Maa, pleasee.Mama menatapku jengkel. Ia akhirnya memandang suaminya lalu tatapannya pindah ke Om Redi yang menatapnya dengan heran karena mama tiba-tiba tertawa tampak dibuat-buat."Kenapa lah kau ini, Cin. Masih waras kan, kau?" Tangan Om Redi mendarat di kening mama dan ayah langsung melotot pada Om Redi."Dia mertuamu sekarang. Perbuatanmu tidak sopan," kata ayah protes. Tapi ia juga menatap Mama yang terus tertawa penuh keheranan."Apanya yang lucu? Kami sedang panik malah kamu tertawa." Ayah menggelengkan kepala. Wajahnya terlihat jengkel."Yaa aku ngerasa lucu aja, Mas. Kan masih 3 bulan, yaaa belum keliatan lah jenis kelaminnya."Ayah memicingkan mata. "Siapa yang mau melihat jenis kelaminnya? Kita hanya

    Last Updated : 2023-10-10
  • SUAMIKU SANGAT MARAH SAAT TAHU AKU MASIH PERAWAN    6

    "Kenapa kau?" Ia menoleh sekilas saat aku kembali mengusap air mata."Gak papa, Om." Masa di gak tahu aku sedih? Atau pura-pura gak tau? Segitunya banget."Nanti aku akan langsung ke muara.""Iya, Om."Ia memandangku, dan kembali menatap jalanan yang rusak parah membuat tubuhku sesekali terlonjak-lonjak ke atas. Begitu sampai rumah Om Redi langsung mengganti bajunya, setelah itu mengeluarkan motor. Aku memperhatikan sekeliling yang begitu berantakan lalu tatapanku tertuju pada suamiku yang berjalan mendekat. Ia memakai topi dan kaca mata hitam menutupi matanya."Kau jangan lelah-lelah. Istirahat sajalah," katanya saat aku mengambil sapu."Aku hanya bersihin rumah. Berantakan banget."Ia mengibaskan tangan. "Tak perlu kau bersihkan, lah. Nanti kita ke muara, lihat rumah di sana.""Mau pindah ke sana, Om?" tanyaku penasaran.Ia menoyor kepalaku. Aku mendelik sebal padanya. Dulu sih gak papa ia bersikap begini. Tapi sekarang kan aku istrinya, seharusnya ia tak bersikap seolah aku anak t

    Last Updated : 2023-10-10
  • SUAMIKU SANGAT MARAH SAAT TAHU AKU MASIH PERAWAN    7

    Lalu mereka tertawa bersamaan. Nyebelin. Nyebeliin! Aku menoleh ke belakang dengan kesal sebelum melanjutkan langkah menuju rumah, memasukkan anak kunci pada tempatnya kemudian mendorong pintu membuka. Aku terperangah mendapati rumah dalam keadaan bersih dan penuh dengan barang-barang dengan harum masih baru. Ada sofa, lemari, juga fotoku dan Om Redi pas ijab kabul ukuran besar. Saat aku menuju kamar, ranjang juga tampak baru. Aku sering ke sini dan tak pernah melihat barang-barang ini sebelumnya. Ayah sepertinya mempersiapkan semuanya sebelum kami menikah."Zain benar-benar!" Terdengar kesal suara Om Redi. Aku keluar kamar dan bersikap masa bodoh padanya karena kejadian barusan."Kau ngambek padaku?" Ia mendongakkan daguku, memaksa menatapnya saat aku berpaling. Kutepis tangannya sambil terus pura-pura ngambek."Om gak boleh begitu lagi padaku. Itu keterlaluan, tau!"Ia nyengir kecil. "Baiklaaah," katanya sambil menjatuhkan diri di sofa. Aku duduk di sampingnya dengan wajah cemberut.

    Last Updated : 2023-10-19
  • SUAMIKU SANGAT MARAH SAAT TAHU AKU MASIH PERAWAN    8

    "Silau aku ini. Si-lau. Gantilaah." Ia masih menatapku dengan jari-jari yang direnggangkan lalu pura-pura kejang lagi. Ih nyebelin banget, sumpah. "Om, apaan siiih!" Aku mencubit perutnya kuat. Ia akhirnya berhenti bertingkah konyol, tapi masih tetap menatap dengan jari-jari tangan yang direnggangkan. Ya percuma, kan? Tetap aja kelihatan. Dia kira lucu, apa? Aku mendengkus sebal."Janganlah berpakaian seperti itu, Put. Silau aku in-nii."Aku mengerutkan kening, heran sekali padanya. Hei, lelaki normal pasti harusnya seneng kan yaa lihat yang segar-segar? Pasti ada yang tak beres dengannya. Tapi tentu saja dia normal karena kami waktu itu melakukannya."Emang apa salahnya? Om kan udah jadi suami a-kuuu." Aku beringsut mendekat padanya, ia langsung menutup mata, membuatku mencubit perutnya berkali-kali. "Salah, laah. Aku ini normal, laah. Kau memancingku itu namanyaa."Aku yang mulanya kesal kini tersenyum penuh kemenangan. "Ya gak papa, dong. Kan udah sah, Om. Nggak dosa dapet pahal

    Last Updated : 2023-10-19
  • SUAMIKU SANGAT MARAH SAAT TAHU AKU MASIH PERAWAN    9

    Oh, iya juga, yaa? Kenapa aku tak memikirkannya, ya? A-duuh, kenapa ruwet sekali bohong ituu.Aku memutar otak. A-haaa, aku tersenyum saat ide cantik merasuk ke benak. Itu hal yang gampang ternyata. Aku bisa pinjam pengganjal perut yang waktu itu kupakai untuk drama kelulusan kakak kelas. Tapi itu ada di rumah Nina. Baiklah, nanti menghubunginya setelah di rumah."Aku takut, jangan-jangan perkembangan dia ini terganggu." Om Redi mengusap perutku.Aku melotot padanya. Ih, amit-amit, jangan sampai lah. Aku pun ikut mengusap perut, dan tersenyum geli teringat ini hanya anak hayalan. Jadi kenapa aku tiba-tiba kesal? Kutatap suamiku yang terlihat risau. Aku pun menggeleng."Ya gak lah, Om. Nanti juga besar sendiri." Aku kembali mengusap perut. "Ini hanya belum besar aja. Nanti juga besar.""Mungkin karena tubuh kau mungil kali." Ia memandangku.Aku mengangguk-angguk. "Ya mungkin kali, Om. Emp, antar aku ke rumah nenek ya, Om? Aku ada perlu dengan temanku.""Baiklah. Aku juga ada perlu deng

    Last Updated : 2023-10-19
  • SUAMIKU SANGAT MARAH SAAT TAHU AKU MASIH PERAWAN    10

    "Putri! Jaga bicaramu!"Aku mengangguk. Hubunganku dan bibi mulai berubah sejak ia memutuskan Om Redi. Dulu, Om Redi selalu curhat tentang hubungannya dan bibi. Om Redi terlihat sangat bahagia saat bibi menerima lamarannya. Tapi bibi membuang Om Redi demi mantan suami mama. Dan yang terjadi waktu itu, bibi menangis histeris setelah malam pertama. Entah apa yang terjadi. Yang kutahu dari mama, bibi ditalak tiga."Maafin aku ya, Bi." Aku mengulurkan tangan pada bibi yang segera disambutnya. Aku diajari oleh ayah agar tak sungkan meminta maaf jika merasa salah. Setelah itu, aku melangkah cepat menuju dapur. Aku makan sambil tangan kiri mengetik pesan.Udah sampai mana, Nin?Ini lagi di jalan. Bawel, deh. Oh ya, persiapkan diri Put. Aku datang gak sendiriJantungku berdetak kencang. Jangan-jangan, Nina datang bersama teman-teman sekelas, lagi. Hanya 7 orang yang tahu kalau aku menikah satu di antaranya adalah Nina. Namun, hanya Nina yang menghadiri pernikahan siriku. Ya, aku dan Om Redi m

    Last Updated : 2023-10-19
  • SUAMIKU SANGAT MARAH SAAT TAHU AKU MASIH PERAWAN    11

    Linda mengernyit memandang ke arah perginya Om Redi. "Lucu ya, Om ituu?"Aku hanya menggaruk kepala. Om Redi marah gak, yaa?Linda menatap jam di tangan kanannya. Gadis bertubuh langsing itu menepuk dahinya lalu berucap, "Aduh emakku bisa marah nih kalau dia pulang dari kebun aku belum beres-beres rumah. Pulang dulu ya, Put."Aku mengangguk, seharusnya dari tadi, kek. Begitu teman-teman pulang, kutelpon Om Redi, tapi dimatikan terus. Sepertinya ngambek deh Om Redi. Aku masuk ke dalam dan meminta bibi mengantarku ke rumah ayah dengan alasan nomer Om Redi tak bisa dihubungi. Bibi langsung menolak, namun nenek membujuk agar mengantarku. Untunglah, Om Redi ada di rumah ayah. Motornya terparkir di halaman. Aku melambaikan tangan pada bibi lantas menuju rumah. Kudengar kesal suara suamiku."Parah anak kau, In. Dia bilang aku ini siapa di depan teman-temannya? Katanya, aku ni teman ayahnya."Tuuh, kan, Om Redi beneran marah. Aku membuka pintu sedikit, Wajahnya tampak sangat kesal. Sementar

    Last Updated : 2023-10-21
  • SUAMIKU SANGAT MARAH SAAT TAHU AKU MASIH PERAWAN    12

    Angin sepoi-sepoi membelai tubuh menambah syahdu suasana. Om Redi mendekat lalu mendongakkan daguku. Ditatapnya aku tanpa kedip. Aku perlahan memejamkan mata saat ia kembali mendekat, mencium bibirku lembut. Sumpah rasanya, aku deg deg kan banget, juga sangat bahagia seperti terbang di awang-awang. Caranya mencium lebih pintar dari Rizal.Wajahku menghangat saat ciuman kami berakhir dan kami hanya bersitatap dalam diam."Apaan sih, Om!" kataku saat ia tiba-tiba tersenyum. Sebelah matanya mengerling jail."Tak." Ia menggeleng. Lalu kembali mengemudi menuju jalan pulang. Aku sedikit mencondongkan tubuh hingga telapak tanganku menyentuh dinginnya air keruh namun jernih ketika dipercikkan ke udara dan terus mengayun-ayunkan air ke udara. Ciuman barusan sungguh membuat suasana hatiku membaik."Kau ingin kita langsung pulang atau jalan-jalan dulu?" Ia sepertinya juga terlihat salah tingkah. Wajahnya bersemu malu saat tatapan kami bertemu."Terserah Om aja.""Baiklah, kita mampir ke kebun j

    Last Updated : 2023-10-23

Latest chapter

  • SUAMIKU SANGAT MARAH SAAT TAHU AKU MASIH PERAWAN    13

    "Kenapa, laah, a-yok." "Kan gak boleh Om, nanti pendarahan takutnya." Aku beralasan. Ini yang selalu ia katakan saat aku menggodanya."Kau ini, plin plan kali laah. Kemarin kau goda aku. Cinta bilang tadi, tak apa." Om Redi kembali mendekat mengikis jarak, membuatku jadi semakin ketakutan saja. Aku nyengir kecil. Dia mengungkit-ungkit aku menggodanya pula. Kulihat wajah suamiku tampak begitu memginginkannya, ini kesempatan aku beneran hamil anak nyata. Tapi gimana kalau ketahuan? A-duuh. Gak seharusnya tadi pakai pengganjal perut. Gimana, niih?"Yok.""Emmp, tapi gak usah dibuka ya, Om?" kataku akhirnya, menatapnya harap-harap cemas. Semoga saja ia setuju.Ia mengernyit memandangku. "Hahaha. Memang bisa? Aneh kau ini." Tangannya bergerak ke arah bajuku."Maksudku, baju aku gak usah dibuka, gi-tuu.""Bukalaah." Ia beringsut mendekat.Kedua tanganku terjulur lurus ke depan menghalanginya lebih dekat ke arahku. "Bentar. Aku ...." Putar otak. Putar otak."Aku kayaknya pengen pipis deh,

  • SUAMIKU SANGAT MARAH SAAT TAHU AKU MASIH PERAWAN    12

    Angin sepoi-sepoi membelai tubuh menambah syahdu suasana. Om Redi mendekat lalu mendongakkan daguku. Ditatapnya aku tanpa kedip. Aku perlahan memejamkan mata saat ia kembali mendekat, mencium bibirku lembut. Sumpah rasanya, aku deg deg kan banget, juga sangat bahagia seperti terbang di awang-awang. Caranya mencium lebih pintar dari Rizal.Wajahku menghangat saat ciuman kami berakhir dan kami hanya bersitatap dalam diam."Apaan sih, Om!" kataku saat ia tiba-tiba tersenyum. Sebelah matanya mengerling jail."Tak." Ia menggeleng. Lalu kembali mengemudi menuju jalan pulang. Aku sedikit mencondongkan tubuh hingga telapak tanganku menyentuh dinginnya air keruh namun jernih ketika dipercikkan ke udara dan terus mengayun-ayunkan air ke udara. Ciuman barusan sungguh membuat suasana hatiku membaik."Kau ingin kita langsung pulang atau jalan-jalan dulu?" Ia sepertinya juga terlihat salah tingkah. Wajahnya bersemu malu saat tatapan kami bertemu."Terserah Om aja.""Baiklah, kita mampir ke kebun j

  • SUAMIKU SANGAT MARAH SAAT TAHU AKU MASIH PERAWAN    11

    Linda mengernyit memandang ke arah perginya Om Redi. "Lucu ya, Om ituu?"Aku hanya menggaruk kepala. Om Redi marah gak, yaa?Linda menatap jam di tangan kanannya. Gadis bertubuh langsing itu menepuk dahinya lalu berucap, "Aduh emakku bisa marah nih kalau dia pulang dari kebun aku belum beres-beres rumah. Pulang dulu ya, Put."Aku mengangguk, seharusnya dari tadi, kek. Begitu teman-teman pulang, kutelpon Om Redi, tapi dimatikan terus. Sepertinya ngambek deh Om Redi. Aku masuk ke dalam dan meminta bibi mengantarku ke rumah ayah dengan alasan nomer Om Redi tak bisa dihubungi. Bibi langsung menolak, namun nenek membujuk agar mengantarku. Untunglah, Om Redi ada di rumah ayah. Motornya terparkir di halaman. Aku melambaikan tangan pada bibi lantas menuju rumah. Kudengar kesal suara suamiku."Parah anak kau, In. Dia bilang aku ini siapa di depan teman-temannya? Katanya, aku ni teman ayahnya."Tuuh, kan, Om Redi beneran marah. Aku membuka pintu sedikit, Wajahnya tampak sangat kesal. Sementar

  • SUAMIKU SANGAT MARAH SAAT TAHU AKU MASIH PERAWAN    10

    "Putri! Jaga bicaramu!"Aku mengangguk. Hubunganku dan bibi mulai berubah sejak ia memutuskan Om Redi. Dulu, Om Redi selalu curhat tentang hubungannya dan bibi. Om Redi terlihat sangat bahagia saat bibi menerima lamarannya. Tapi bibi membuang Om Redi demi mantan suami mama. Dan yang terjadi waktu itu, bibi menangis histeris setelah malam pertama. Entah apa yang terjadi. Yang kutahu dari mama, bibi ditalak tiga."Maafin aku ya, Bi." Aku mengulurkan tangan pada bibi yang segera disambutnya. Aku diajari oleh ayah agar tak sungkan meminta maaf jika merasa salah. Setelah itu, aku melangkah cepat menuju dapur. Aku makan sambil tangan kiri mengetik pesan.Udah sampai mana, Nin?Ini lagi di jalan. Bawel, deh. Oh ya, persiapkan diri Put. Aku datang gak sendiriJantungku berdetak kencang. Jangan-jangan, Nina datang bersama teman-teman sekelas, lagi. Hanya 7 orang yang tahu kalau aku menikah satu di antaranya adalah Nina. Namun, hanya Nina yang menghadiri pernikahan siriku. Ya, aku dan Om Redi m

  • SUAMIKU SANGAT MARAH SAAT TAHU AKU MASIH PERAWAN    9

    Oh, iya juga, yaa? Kenapa aku tak memikirkannya, ya? A-duuh, kenapa ruwet sekali bohong ituu.Aku memutar otak. A-haaa, aku tersenyum saat ide cantik merasuk ke benak. Itu hal yang gampang ternyata. Aku bisa pinjam pengganjal perut yang waktu itu kupakai untuk drama kelulusan kakak kelas. Tapi itu ada di rumah Nina. Baiklah, nanti menghubunginya setelah di rumah."Aku takut, jangan-jangan perkembangan dia ini terganggu." Om Redi mengusap perutku.Aku melotot padanya. Ih, amit-amit, jangan sampai lah. Aku pun ikut mengusap perut, dan tersenyum geli teringat ini hanya anak hayalan. Jadi kenapa aku tiba-tiba kesal? Kutatap suamiku yang terlihat risau. Aku pun menggeleng."Ya gak lah, Om. Nanti juga besar sendiri." Aku kembali mengusap perut. "Ini hanya belum besar aja. Nanti juga besar.""Mungkin karena tubuh kau mungil kali." Ia memandangku.Aku mengangguk-angguk. "Ya mungkin kali, Om. Emp, antar aku ke rumah nenek ya, Om? Aku ada perlu dengan temanku.""Baiklah. Aku juga ada perlu deng

  • SUAMIKU SANGAT MARAH SAAT TAHU AKU MASIH PERAWAN    8

    "Silau aku ini. Si-lau. Gantilaah." Ia masih menatapku dengan jari-jari yang direnggangkan lalu pura-pura kejang lagi. Ih nyebelin banget, sumpah. "Om, apaan siiih!" Aku mencubit perutnya kuat. Ia akhirnya berhenti bertingkah konyol, tapi masih tetap menatap dengan jari-jari tangan yang direnggangkan. Ya percuma, kan? Tetap aja kelihatan. Dia kira lucu, apa? Aku mendengkus sebal."Janganlah berpakaian seperti itu, Put. Silau aku in-nii."Aku mengerutkan kening, heran sekali padanya. Hei, lelaki normal pasti harusnya seneng kan yaa lihat yang segar-segar? Pasti ada yang tak beres dengannya. Tapi tentu saja dia normal karena kami waktu itu melakukannya."Emang apa salahnya? Om kan udah jadi suami a-kuuu." Aku beringsut mendekat padanya, ia langsung menutup mata, membuatku mencubit perutnya berkali-kali. "Salah, laah. Aku ini normal, laah. Kau memancingku itu namanyaa."Aku yang mulanya kesal kini tersenyum penuh kemenangan. "Ya gak papa, dong. Kan udah sah, Om. Nggak dosa dapet pahal

  • SUAMIKU SANGAT MARAH SAAT TAHU AKU MASIH PERAWAN    7

    Lalu mereka tertawa bersamaan. Nyebelin. Nyebeliin! Aku menoleh ke belakang dengan kesal sebelum melanjutkan langkah menuju rumah, memasukkan anak kunci pada tempatnya kemudian mendorong pintu membuka. Aku terperangah mendapati rumah dalam keadaan bersih dan penuh dengan barang-barang dengan harum masih baru. Ada sofa, lemari, juga fotoku dan Om Redi pas ijab kabul ukuran besar. Saat aku menuju kamar, ranjang juga tampak baru. Aku sering ke sini dan tak pernah melihat barang-barang ini sebelumnya. Ayah sepertinya mempersiapkan semuanya sebelum kami menikah."Zain benar-benar!" Terdengar kesal suara Om Redi. Aku keluar kamar dan bersikap masa bodoh padanya karena kejadian barusan."Kau ngambek padaku?" Ia mendongakkan daguku, memaksa menatapnya saat aku berpaling. Kutepis tangannya sambil terus pura-pura ngambek."Om gak boleh begitu lagi padaku. Itu keterlaluan, tau!"Ia nyengir kecil. "Baiklaaah," katanya sambil menjatuhkan diri di sofa. Aku duduk di sampingnya dengan wajah cemberut.

  • SUAMIKU SANGAT MARAH SAAT TAHU AKU MASIH PERAWAN    6

    "Kenapa kau?" Ia menoleh sekilas saat aku kembali mengusap air mata."Gak papa, Om." Masa di gak tahu aku sedih? Atau pura-pura gak tau? Segitunya banget."Nanti aku akan langsung ke muara.""Iya, Om."Ia memandangku, dan kembali menatap jalanan yang rusak parah membuat tubuhku sesekali terlonjak-lonjak ke atas. Begitu sampai rumah Om Redi langsung mengganti bajunya, setelah itu mengeluarkan motor. Aku memperhatikan sekeliling yang begitu berantakan lalu tatapanku tertuju pada suamiku yang berjalan mendekat. Ia memakai topi dan kaca mata hitam menutupi matanya."Kau jangan lelah-lelah. Istirahat sajalah," katanya saat aku mengambil sapu."Aku hanya bersihin rumah. Berantakan banget."Ia mengibaskan tangan. "Tak perlu kau bersihkan, lah. Nanti kita ke muara, lihat rumah di sana.""Mau pindah ke sana, Om?" tanyaku penasaran.Ia menoyor kepalaku. Aku mendelik sebal padanya. Dulu sih gak papa ia bersikap begini. Tapi sekarang kan aku istrinya, seharusnya ia tak bersikap seolah aku anak t

  • SUAMIKU SANGAT MARAH SAAT TAHU AKU MASIH PERAWAN    5

    "Ayok, kita ke dokter sekarang." Om Redi berdiri yang segera disusul ayah dengan antusias. Ayah ini ya ampun, ngebet banget. Padahal ia dulu marah-marh saat kuberi tahu anaknua ini hamil. Tanganku yang memegang sendok begitu dingin, aku menatap Mama dengan memohon. Tolong aku, Maa, pleasee.Mama menatapku jengkel. Ia akhirnya memandang suaminya lalu tatapannya pindah ke Om Redi yang menatapnya dengan heran karena mama tiba-tiba tertawa tampak dibuat-buat."Kenapa lah kau ini, Cin. Masih waras kan, kau?" Tangan Om Redi mendarat di kening mama dan ayah langsung melotot pada Om Redi."Dia mertuamu sekarang. Perbuatanmu tidak sopan," kata ayah protes. Tapi ia juga menatap Mama yang terus tertawa penuh keheranan."Apanya yang lucu? Kami sedang panik malah kamu tertawa." Ayah menggelengkan kepala. Wajahnya terlihat jengkel."Yaa aku ngerasa lucu aja, Mas. Kan masih 3 bulan, yaaa belum keliatan lah jenis kelaminnya."Ayah memicingkan mata. "Siapa yang mau melihat jenis kelaminnya? Kita hanya

DMCA.com Protection Status