Home / Romansa / Terjebak Sandiwara Bos Besar / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Terjebak Sandiwara Bos Besar: Chapter 101 - Chapter 110

114 Chapters

101. Berpura-pura

Lita terbangun lebih lambat dari biasanya. Rasa lelah dan pikiran yang menumpuk membuat ia tidur lelap dalam waktu lama. Matanya mengerjap beberapa kali saat tidak melihat Alen maupun Ardan di ruangan tersebut. Tangannya meraih ponsel di atas meja dekat tempat tidurnya. Kesadarannya langsung pulih total begitu melihat jam di ponselnya menunjukkan pukul 07.00. ‘Aku tidur selama itu? Kenapa tidak dibangunkan?’ Perempuan itu turun dari tempat tidur lalu melangkah ke arah lemari. Tatapannya tiba-tiba berhenti pada bagian lehernya yang terbuka. ‘Duh… aku lupa karena semalam sangat mengantuk, jadinya pakai baju pendek tanpa berpikir lebih dulu.’ Ia memijat dahinya pelan sambil berharap Alen tidak melihat dan berpikir aneh-aneh. Setelah mengambil pakaian lengan panjang yang menutupi leher, Lita menuju ke kamar mandi lalu membersihkan diri secepat mungkin. Usai mandi dan merapikan penampilannya, Lita baru keluar dari kamar tersebut.
last updateLast Updated : 2024-02-28
Read more

102. Saling menjauh

Beberapa hari berlalu setelah kejadian itu. Lita sudah memberi penjelasan ke Alen tentang ruam merah yang ia lihat. Perempuan tersebut beralasan memiliki alergi saat makan makanan tertentu. Tentu saja hal tersebut hanya alasan. Ia tidak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya pada seorang bocah. Hubungan Alen dan Ardan kembali membaik setelah itu. Namun bocah tampan tersebut masih sering mengingatkan sang ayah untuk memperlakukan Lita dengan baik. Ardan sudah berjanji kepada putranya, tapi pria tersebut masih sering menjaga jarak. Ekspresinya masih sering terlihat datar. Ia tidak tersenyum sesering sebelumnya. Pandangan matanya pun tidak lagi hangat. Tentu saja Lita memahami hal tersebut karena dialah yang sengaja membuat dirinya terlihat buruk sehingga Ardan menjauh dengan sendirinya. Perempuan tersebut juga ikut menjauh perlahan dengan cara menolak saat akan diantar kemanapun. Ia hanya mau pergi berdua dengan Ardan jika memang benar-benar diperlukan. Seperti saat menghadiri und
last updateLast Updated : 2024-02-29
Read more

103. Kembali seperti awal

“Ya ku jawab kalau hubungan ku dengan mu baik-baik saja, tapi kadang memang dalam rumah tangga memang ada pertengkaran kecil…” Lita mempertahankan ekspresi datarnya, meski saat ini ia sedang merasa tidak nyaman dengan bahasan ‘rumah tangga’ yang ia ucapkan. “Hanya itu?” “Ya…” “Jangan terlalu sering bertemu Lisa atau dekat dengannya.” “Kenapa?” Ardan menatap Lita dengan ekspresi menyelidik. Biasanya Lita memang tidak begitu suka saat berinteraksi atau bahkan membicarakan tentang Lisa. Ia merasa sedikit bingung karena respon perempuan tersebut berbeda dari bisanya. “Bukannya waktu itu sudah ku beritahu kalau dia itu akan mengejar semua hal yang menguntungkannya? Aku sangat tidak menyarankan kamu berteman dengan orang seperti itu.” “Kamu mungkin menilainya terlalu buruk.” ‘Sudah ku duga dia memang agak aneh… Apa dia berubah pikiran dan sudah menjadi dekat dengan Lisa?’ gumam Ardan dalam hati. “Aku mengenalnya lebih lama dari kamu, Lita.” Pandangan keduanya bertemu, tatapan mat
last updateLast Updated : 2024-03-02
Read more

104. Rencana liburan

“Ya… dari informasi yang saya dapatkan seperti itu.” Ardan menggeleng pelan. “Mungkin ada informasi palsu… kamu harus memeriksanya lagi.” “Saya sudah memastikannya ke beberapa orang, bos… Beberapa rekan kerja ayah Litara pernah berusaha membawa permasalahan tersebut ke jalur hukum, tapi karena kurang bukti jadinya mereka tidak melanjutkannya…” Pria di seberang Gio memijat dahinya. Ia tidak menyangka akan mengatahui permasalahan rumit dari keluarga perempuan yang terikat perjanjian dengannya. ‘Kalau memang seperti itu, berarti sebenarnya Lita dan Lisa adalah sepupu? Tapi sepertinya Lita tidak mengetahui tentang masalah itu?’ Gio melanjutkan melahap makanan lainnya. Ia membiarkan Ardan tetap diam dengan ekspresi bingung. Pria itu sendiri juga sangat terkejut dengan informasi yang didapatkanya. Orang tua Lita yang memiliki permasalah rumit ternyata berkaitan dengan orang tua Lisa. ‘Kebetulan di dunia ini kadang begitu aneh…’ “Aku pulang dulu, kamu pastikan lagi tentang itu… kalau
last updateLast Updated : 2024-03-03
Read more

105. Keluarga yang hangat

Akhir pekan datang lebih cepat dari yang dirasakan Lita. Ia tidak tahu harus bersikap seperti apa karena sampai saat ini ia masih tidak siap untuk dekat lagi dengan Ardan. Tatapannya beralih ke pria di sampingnya yang berjalan santai sambil mendorong dua koper beserta beberapa oleh-oleh di dalam tas kecil. Keluarga kecil itu baru saja tiba di stasiun. Alen lah yang memilih menggunakan kereta menuju Malang daripada menggunakan pesawat. Selama perjalanan, Alen tidak tidur. Bocah kecil itu terus mengamati pemandangan dari jendela kereta. Saat mendekati tempat tujuan, Alen baru terlelap sehingga Lita harus menggendongnya. Langkah kaki Ardan berhenti dekat tempat parkir. Seorang pria tua berjalan cepat menghampirinya. “Selamat siang tuan Ardan, nyonya Lita,” sapanya ramah. Lita tersenyum sedangkan Ardan hanya mengangguk. Pria tua itu bermaksud mengambil alih barang bawaan, tapi Ardan melarangnya. Perdebatan kecil sempat terjadi karena pria tua yang adalah sopir pribadi keluarga Tano
last updateLast Updated : 2024-03-05
Read more

106. Makan bersama

Lita, Ardan dan Alen kembali ke kediaman Tanoro menjelang tengah malam. Ardan memang sengaja tidak di rumah neneknya lebih lama karena tidak ingin Lita bertemu dengan paman-pamannya lebih awal. Pria tersebut mengajak Lita dan Alen berkeliling ke berbagai tempat. Setelah mengenalkan kota kelahiran ibu kandungnya, mereka baru kembali ke rumah. “Maaf kami baru kembali, saya jadi tidak membantu menyiapkan makan malam,” ucap Lita dengan ekspresi bersalah. “Tidak apa-apa kok, nenek dengar Ardan memang sangat posesif,” balas Lasti Tanoro dengan senyum tipis. ‘Posesif?’ gumam Lita dalam hati sambil tetap mempertahankan ekspresi tenangnya. Sara yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya, akhirnya mendekat ke arah Lita. “Ya, Ardan memang posesif, dia bahkan tidak mengijinkan Lita menginap di tempat ku terlalu lama.” Belum sempat membuka suara, Lita dikejutkan dengan suara berat seorang pria dari belakangnya. “Oh, ini istri Ardan?” ucap seorang pria paruh baya berkacamata. Lita menoleh ke ar
last updateLast Updated : 2024-03-07
Read more

107. Menipu diri

Ardan terdiam selama beberapa detik lalu secepat mungkin menutup pintu kembali. Lita yang sadar dari keterkejutannya pun langsung memakai kaos yang dipegangnya. Perempuan tersebut menghela nafas panjang lalu menyesali tindakannya. ‘Seharusnya aku berganti pakaian di kamar mandi…’ Sepuluh menit setelah itu Ardan baru masuk kembali ke dalam kamar dengan ekspresi canggung. “Aku mau ambil dompet…” “Oh… ya, ya.” balas Lita sambil mengangguk.  Ada rasa canggung yang terlihat jelas dari gerak tubuhnya. “Aku akan keluar bersama saudara sepupu ku sampai malam… jadi tidak usah menunggu.” Lita mengangguk lagi. “Oke…” Pandangan keduanya bertemu, tapi Ardan langsung mengalihkan tatapannya ke arah Alen. Ia berusaha mengalihkan pikirannya. ‘Sial…’ “Kalau Alen terbangun dan menanyakan ku, hubungi aku,” ucap Ardan asal. “Ya…” “Kalau begitu, aku pergi dulu.” “Hati-hati di jalan…” Ardan melangkah pergi
last updateLast Updated : 2024-03-12
Read more

108. Terikat

Ardan tidak langsung menjawab, ia meletakkan ponsel dan dompetnya lalu berjalan menuju koper kemudian mengambil kaos lengan panjang. “Zan menghubungi ku, ada hal yang perlu ku periksa,” balas Ardan asal. “Bukankah dia juga sedang libur?” “Ya…” Lita mengalihkan pandangan matanya begitu Ardan langsung berganti pakaian di tempat. ‘Kenapa dia tidak ganti di kamar mandi saja sih?’ gerutu Lita dalam hati. Saat Lita mengalihkan pandangannya, Ardan tersenyum kecil. Ia menggantung kemeja yang tadi ia lepas lalu duduk di kursi dekat pintu. “Kenapa belum tidur?” Tatapan mata Lita kembali mengarah ke Ardan yang saat ini sedang menuang minuman. Ia bisa melihat dengan jelas ekspresi pria itu terlihat jauh lebih hangat dari sebelumnya. “Tadi siang aku sudah tidur, jadi sekarang aku belum mengantuk.” Setelah meneguk minuman di gelas, pandangan mata Ardan beralih ke putranya yang sedang terlelap. Kali ini ia terlihat sed
last updateLast Updated : 2024-03-16
Read more

109. Peran

Perjalanan menuju rumah pada sore hari itu berlangsung panjang. Jalanan yang macet membuat waktu tempuh menjadi lebih lama dari seharusnya. Lita terbangun tepat saat mobil yang mereka naiki memasuki area komplek GrandC. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menoleh ke sebelahnya. Alen terlihat tidur sambil bersandar di lengannya. “Maaf ya, tuan, nyonya, perjalanannya jadi sangat lama karena macet,” ucap pak supir begitu memasuki pekarangan rumah Ardan. “Tidak apa-apa kok, saya malah ada kesempatan istirahat.” “Ponsel mu sejak tadi sepertinya terus bunyi,” ucap Ardan mengabaikan perkataan pak supir. “Oh iya? Aku tidak dengar…” Ardan turun membawa Alen lebih dulu kemudian masuk rumah. Ekspresi pria itu terlihat seperti sedang memikirkan banyak hal dan itu membuat Lita merasa bingung. ‘Dia kenapa lagi?’ Lita masih terdiam di halaman rumah begitu turun dari kendaraan. Ia tiba-tiba kembali teringat saat pertama kali menginjakkan kaki di kediaman itu. ‘Kalau waktu itu aku tida
last updateLast Updated : 2024-04-01
Read more

110. Reuni

Alen sejak tadi menatap Lita yang sedang bersiap untuk acara reuni. Ekspresi bocah itu terlihat sedih meski sudah dijelaskan bahwa ibunya hanya pergi sebenar.“Aku tidak boleh ikut?” tanya Alen lagi.“Alen, mama hanya pergi sebentar kok.”“Tapi mama akan kembali kan?”“Tentu saja, kenapa bertanya begitu?”Bocah kecil itu tidak menjawab. Ia masih terlihat murung tapi tidak sampai menangis atau menahan Lita agar tidak pergi.Lita mendekati ‘putranya’ lalu mengusap pelan kepala bocah itu. “Mama hanya bertemu dengan teman-teman mama, setelah selesai nanti langsung pulang.”“Bagaimana kalau mama bertemu dengan orang lain?”‘Apa maksudnya? Orang lain? Tentu saja aku bertemu teman-teman ku yang adalah orang lain?’/klek…/Obrolan keduanya terhenti saat Ardan masuk ke ruangan itu. Pandangan mata pria itu menyelidik penampilan Lita mulai dari sepatu sampai anting yang dipakai.“Teman mu sudah datang.”“Oke.”Pandangan mata Lita beralih ke Alen lalu ia mencium keningnya. “Mama pergi dulu ya?”B
last updateLast Updated : 2024-04-03
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status