Semua Bab Terjebak Sandiwara Bos Besar: Bab 61 - Bab 70

114 Bab

61. Semakin terbiasa

Ardan masih menunggu Lita untuk berbicara tentang penyebar rumor dan pengirim pesan teror. Namun perempuan itu hanya mengatakan belum ingin membahasnya.Lita tampak kembali tenang dan bersikap seperti biasa seolah tidak terjadi apa-apa. Namun hal itu justru membuat Ardan merasa khawatir.“Lihat suami mu, Lita, sejak tadi memandangi mu sampai tidak berkedip,” ucap Jerry yang kemudian tertawa.Lita, Alen dan Ardan memang sedang menghabiskan libur akhir pekannya di rumah Jerry karena pria tua itu meminta mereka datang.“Dia memang selalu seperti itu,” balas Lita sambil tersenyum.“Jadi rumor yang beredar di kantor itu benar?”“Itu hanya rumor, jangan membahasnya lagi,” balas Ardan cepat dengan ekspresi yang kembali datar.Lita mengalihkan fokusnya ke Alen yang sedang tidur agar pikirannya tidak penuh kembali. Ia enggan bergabung dalam obrolan itu karena hal tersebut mengingatkannya pada kej
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-13
Baca selengkapnya

62. Kembali normal

Setelah percakapannya dengan sang ‘ayah mertua’, Lita menyampaikan ke Ardan kalau dia tidak ingin melakukan apa pun terhadap Rendy maupun Nia. Lita tidak memberitahu Ardan tentang pembicaraannya dengan Jerry. Namun ia bersikeras untuk memaafkan Nia dan Rendy sekali itu saja. Tentu saja apa yang diucapkan Lita hanya kebohongan. Perempuan itu sama sekali tidak bisa memaafkan orang-orang yang sudah melukai dirinya baik secara langsung maupun tidak langsung. Ardan sempat bertanya-tanya tentang sikap Lita yang disebutnya terlalu baik kepada orang-orang jahat. Namun Lita meyakinkan pria itu bahwa setiap kejahatan akan mendapatkan balasannya. Usai percakapan tersebut, Ardan tidak melakukan apa-apa seperti yang diminta oleh Lita. Namun kabar mengejutkan datang beberapa hari setelahnya. Rendy yang seharusnya sudah diatur untuk mengundurkan diri pada bulan depan, tiba-tiba terjerat kasus p****grafi. Pria tersebut dikabarkan menjual banyak konten
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-14
Baca selengkapnya

63. Kondangan

Hari yang tidak dinantikan Lita akhirnya datang. Ia sudah tiba di Semarang bersama Ardan dan Alen sejak kemarin sore. Kakek neneknya sangat antusias menyambut cucu mereka, keduanya benar-benar menganggap Alen adalah putra Lita. Perempuan itu sebenarnya masih tidak mengerti kenapa kakek neneknya bisa semudah itu percaya pada cerita karangan yang dibuat-buat. “Itu tidak berlebihan kok…” Lamunan Lita buyar, ia menoleh ke arah sumber suara. Ardan sedang berdiri di ambang pintu sambil menyilangkan tangannya dan Alen ada di samping pria itu dengan pose yang sama. Perempuan itu menghela nafas panjang. “Ya baju ini memang bagus, tapi tidak cocok dengan perhiasannya.” “Mama cantik kok dengan perhiasan itu,” ucap Alen dengan ekspresi serius. ‘Astaga ini ayah dan anaknya sama saja…’ “Aku tidak bisa berpenampilan seperti ini, Alen.” “Kenapa?” “Pada hari pernikahan seseorang, sebaiknya kita tidak terlihat berlebihan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-15
Baca selengkapnya

64. Kehilangan semua hal

Lita mendengarkan semua percakapan Iren dan Mira dalam diam. Tatapan matanya mengarah ke langit-langit toilet dengan ekspresi yang sendu. Ia memang sudah menduga respon serupa, tapi menghadapi semuanya secara langsung tetap membuatnya kaget. Semua kejadian buruk beruntun seolah sedang menguji kewarasannya. ‘Ini lebih sakit dari saat aku mengetahui apa yang dilakukan Nia.’ Tentu saja, dua perempuan yang sedang membicarakannya adalah sahabat Lita sejak kuliah. Hubungan pertemanan mereka sebelumnya sangat dekat, bahkan seperti saudara. “Bisa-bisanya dia menjalin hubungan dengan Rey saat sudah memiliki anak…” “Tapi Rey tidak bilang apa-apa tentang itu kan?” “Dia mungkin memutuskan Lita setelah tau kenyataan yang sebenarnya.” Obrolan tersebut baru berhenti ketika terdengar suara perempuan lain yang juga akan menggunakan toilet. Setelah memastikan kedua temannya pergi, Lita baru keluar dari bilik toilet. Ia mencuci tangannya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-16
Baca selengkapnya

65. Reaksi

Beberapa hari telah berlalu usai Lita menghadari pesta pernikahan mantan kekasihnya. Sikap perempuan itu sedikit berubah, tatapannya jauh lebih dingin saat menatap orang lain. Ekspresinya lebih sering terlihat datar dan ia menjadi lebih sedikit bicara saat di kantor. Keramahan hanya diperlihatkan sesekali jika Lita memang merasa perlu basa basi. Perempuan itu tidak lagi menghindari banyak orang seperti sebelumnya. Saat jam makan siang, ia tidak lagi makan di ruangannya, tapi ia akan ke kantin atau pergi ke luar bersama Ardan jika pria itu mengajaknya. Hari itu ia makan di kantin bersama Lina. Ardan tidak menemaninya karena sedang pergi ke luar kota untuk beberapa hari. Lina masih bersikap seperti biasa. Perempuan itu tetap ramah dan sering mengajak Lita mengobrol. Hanya saja Lita memang sedang membatasi diri sejak mengetahui Nia berbuat buruk di belakang. Kejadian tersebut masih membekas dan membuatnya enggan terlalu dekat dengan seseorang.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-17
Baca selengkapnya

66. Penenang

Lita menatap langit-langit ruangannya dengan ekspresi kosong. Ia yakin bisa mengatasi semuanya sendiri jika itu hanya berkaitan dengan rumor. “Ya, maksud ku kalau kamu butuh bantuan, beritahu Fani… dia orang yang bisa kamu percaya.” “Aku mengerti,” balas Lita yang sudah tidak ingin berdebat lebih jauh. Ia sudah cukup lelah hari ini dan tidak ingin mengeluarkan energi tambahan hanya untuk beradu argumen dengan Ardan. Samar-samar terdengar suara Zan dari seberang telepon yang mengingatkan Ardan untuk rapat yang akan segera dimulai. “Ku tutup dulu…” “Ya…” /klik…/ Lita memijat dahinya pelan. ‘Hahh… kenapa harus repot-repot bertanya kalau sedang sibuk begitu?’ Tatapannya beralih ke cincin di jari tangan kanannya. Perasaan hangat yang dirasakan ketika mendengar suara Ardan membuatnya merasa aneh. ‘Lucunya pria yang membuat kehidupan ku begini justru jadi orang yang paling bisa ku percaya saat ini…’ Sej
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-18
Baca selengkapnya

67. Alasan

Beberapa kali Ardan mengganti kompres pada dahi Lita. Ia juga sesekali memeriksa suhu tubuh perempuan itu dengan termometer. Suara gemercik air yang terus berulang akhirnya membuat Lita membuka matanya. Ia mengerjapkan matanya dan melihat ke arah Ardan dengan ekspresi bingung. ‘Ardan? Tidak mungkin kan? Dia baru pulang kamis sore nanti.’ “Maaf membuat mu terbangun,” ucap Ardan pelan. “Ardan??” Lita langsung bangkit begitu sadar bahwa pria di hadapannya benar-benar Ardan. “Bukannya kamu pulang kamis sore nanti?” tanya Lita bingung. “Aku mengkhawatirkan Alen,” balas pria itu beralasan sambil membereskan baskom dan kain dari meja. Pandangan mata Lita mengikuti gerak Ardan. ‘Mengkhawatirkan Alen? Aku kan tidak bilang kalau aku sedang tidak enak badan…’ “Kamu sudah makan?” tanya Ardan sambil memeriksa isi kulkas. “Ya, sudah tadi…” “Makan lagi, akan ku buatkan sesuatu…” “Tidak usah… aku masih k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-20
Baca selengkapnya

68. Perubahan

Hari yang dinantikan Lita tiba. Hanya saja rencana liburannya sedikit berubah karena Jerry yang kemarin berkunjung ke kantor ternyata mengetahui rencana Ardan untuk liburan. Pria tua itu memaksa ikut dan akhirnya malam itu Lita, Alen, Jerry dan Isana berangkat ke Bali menggunakan pesawat pribadi keluarga. Lita sempat takjub tapi ia segera menyesuaikan diri. Perempuan itu tidak pernah menyangka akan dapat pengalaman seperti itu. Selama perjalanan Jerry banyak bercerita tentang Ardan ketika masih kecil. Namun pria tua itu menghindari membahas topik mendiang istrinya karena Isana ada di sampingnya. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam, rombongan keluarga tersebut tiba di resort mewah milik keluarga Ardan. Pria bermata coklat tersebut sebenarnya sempat keberatan saat Jerry memaksa ikut apalagi mengajak Isana. Namun ia tidak bisa menolak karena malas berdebat dengan sang ayah. “Bagaimana perjalanan mu, Lita?” tanya Ardan yang kemu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-21
Baca selengkapnya

69. Terpikat

Obrolan itu terhenti karena hidangan yang dipesan untuk sarapan sudah datang. Suasana tegang selama beberapa detik itu pun langsung mereda. Lita yang sempat merasa kesal akhirnya terlihat ceria kembali saat melihat berbagai hidangan yang menggugah selera. Ia tidak lagi mempedulikan keberadaan Isana. Justru Lita lebih fokus menikmati rasa mewah yang memenuhi mulutnya. Ardan yang melihat Lita dan Alen makan dengan lahap akhirnya ikut tersenyum simpul. Ia juga tidak lagi mempedulikan keberadaan orang tua di seberangnya. “Sepertinya kamu sangat suka makanan enak?” tanya Ardan sambil mengusap pinggir bibir Lita dengan tissue. Perempuan itu membeku di tempatnya dengan wajah memerah sebelum kemudian mendengar suara Jerry yang berdehem. “Ini enak, papa bisa membuat ini di rumah?” tanya Alen dengan mata berbinar. “Hmm, ini hidangan yang memasaknya membutuhkan waktu lama…” “Papa cukup jawab bisa atau tidak?” tanya Alen lagi denga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-22
Baca selengkapnya

70. Denial

Setelah Zan datang, Lita dan Ardan pergi ke bagian atas bukit batu tempat resto & bar yang merupakan salah satu fasilitas resort tersebut. Pemandangan dari atas bukit tersebut terlihat jauh lebih indah dan itu membuat Lita terpesona. “Kamu tidak mau berfoto?” Lita mengalihkan pandangannya ke Ardan masih dengan mata yang berbinar, ia tersenyum. “Sepertinya kali ini pengecualian.” Tatapan mata Lita beralih ke ponsel yang dipegangnya lalu mulai memotret pemandangan di hadapannya. Ardan juga melakukan hal yang sama, tapi ponselnya mengarah ke Lita yang sedang sibuk memotret. Namun perempuan itu tidak menyadari apa yang sedang dilakukan 'suaminya'. Pria itu langsung memasukkan kembali ponselnya setelah mendapat dua foto lalu bersandar pada pagar dengan ekspresi tenang. Lita yang sudah puas memotret lalu berbalik kemudian memberikan ponsel kepada Ardan untuk memotretnya. Setelah puas berfoto, keduanya melanjutkan langkahn
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-23
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
12
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status