Home / Romansa / Terjebak Sandiwara Bos Besar / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Terjebak Sandiwara Bos Besar: Chapter 91 - Chapter 100

114 Chapters

91. Kontra rasa

“Kakek tidak bisa menjawab itu, Lita… maafkan kakek.” “Maaf, saya malah bertanya sampai seperti itu,” ucap Lita terburu-buru. Pria itu mengalihkan pandangannya ke arah lain dan hal tersebut semakin membuat Lita terjebak dalam rasa penasaran tidak berujung. ‘Kalau tidak ada yang tau, aku tidak bisa bertanya…’ keluh Lita dalam hati. “Mama!” Panggilan dari Alen membuyarkan lamunan Lita. Ia langsung menoleh lalu mendekat ke arah putranya. “Kenapa lari-lari begitu? Nanti jatuh…” Bocah kecil itu tertawa. “Tante Sara mau memesan makanan, ku bilang ke tante kalau mama suka semua makanan tapi Alen tetap disuruh bertanya.” Lita tersenyum lalu pandangannya beralih ke arah Sara yang berjalan menuju ke tempatnya berdiri. “Saya suka semua makanan kok, tidak masalah mau dipesankan makanan apa,” ucap Lita sambil tersenyum ke arah Sara. “Begitu? Tidak ada alergi?” “Tidak ada.” “Hmmm, kalau begitu makan makanan kesukaan Ardan saja ya? Itu biasanya untuk dua orang, tapi Ardan jarang pesan ka
last updateLast Updated : 2024-02-15
Read more

92. Rindu

“Tentu saja karena om dan tantenya Lisa tidak ingin keponakannya tinggal di tempat yang sudah membuatnya trauma, memangnya kenapa lagi?’ “Ehmm, tidak… ku kira dia tidak punya saudara… seharusnya dia minta tolong sejak kecil.” Ardan memandang Lita dengan ekspresi menyelidik. Ia merasa seolah Lita tahu lebih banyak dari yang seharusnya. ‘Aku hanya mengatakan kalau keluarga Salim tidak terlalu peduli karena dia anak perempuan, tapi kenapa ucapan Lita seolah mengatakan Lisa mengalami penyiksaan sejak kecil?’ gumam Ardan dalam hati. “Lita…” “Ya?” “Kenapa kamu mengatakan dia harus minta tolong sejak kecil?” Lita menatap Ardan dengan ekspresi bingung. ‘Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?’ “Ehmm ya, karena dia harus minta tolong jika memang sedang merasa kesulitan.” “Dia tidak pernah kesulitan sejak kecil.” Keduanya bertatapan dalam waktu lama dan Lita langsung menyadari ada bagian yang menurut Harsato tidak diketahui orang lain. “Ehmm, itu… kamu kan pernah bercerita kalau Lisa
last updateLast Updated : 2024-02-16
Read more

93. Denial

“Ya?” “Alen main sama om Gi– om Vano dulu ya, mama mau ke rumah sakit sebentar.” “Mama sakit?” “Sedikit.” “Alen ikut ya.” Lita menggeleng pelan. “Kamu kan tidak boleh sering mengunjungi rumah sakit.” “Tapi nanti tidak ada yang menjaga mama.” “Mama pergi sama kak Silvia kok.” Bocah kecil itu menatap Lita dengan ekspresi khawatir. Namun ia sudah berjanji ke papanya untuk tidak merepotkan Lita terlalu sering. “Baiklah.” Lita tersenyum lalu mengecup kening Alen. Pandangan Lita beralih ke Gio yang menatap arah lain dengan ekspresi gelisah. “Gi– maksud ku Vano, titip Alen ya… kalau sudah selesai bermain langsung antar pulang saja.” “Ya, saya mengerti,” balas Gio gugup. Lita langsung bangkit dari tempat duduknya lalu melangkah menuju Silvia yang sedang mengamati dari kejauhan. “Silvia, kamu awasi Alen saja.” “Anda mau kemana?” “Pergi ke suatu tempat.” Wanita berkemeja hitam itu menatap Alen dengan ekspresi ragu. “Biar saya antar, saya ditugaskan untuk menjaga anda dan Alen.
last updateLast Updated : 2024-02-17
Read more

94. Melarikan diri

Lita membalas pesan itu dengan tatapan mata kosong. Ia minta izin untuk ‘istirahat’ dan menjelaskan alasannya, juga alamat tempat ia berada sekarang supaya tidak dikira kabur. Perempuan itu juga meminta Ardan untuk meliburkan Silvia karena sedang ingin sendiri. Di luar dugaannya, Ardan justru mengiyakan tanpa banyak bertanya. ‘Tentu saja Gio pasti sudah melapor kan? Pfftt…’ Ia menertawakan dirinya sendiri lalu merutuki hatinya yang sangat lemah terhadap semua perhatian Ardan, juga cerita sedih pria itu selama ini. Tidak lama kemudian datang pesan dari Silvia yang mengatakan akan kembali karena diminta oleh Ardan. Lita mengiyakan tanpa menjelaskan apa pun. Ia sudah tidak punya tenaga untuk itu. Perempuan tersebut bangkit lalu menuju sofa dekat beranda. Ia membuka gorden dan membiarkan pemandangan matahari terbenam menghiburnya. Satu tahun lalu, di bulan tersebut Rey memutuskannya. Namun beberapa bulan lalu, ia baru mengetahui kebenaran penyebabnya. Keberadaannya seperti pasir ya
last updateLast Updated : 2024-02-18
Read more

95. Mengumpulkan rasa sakit

Ardan bangkit lalu melangkah ke arah rak wine yang tadi sempat dipandangi dalam waktu lama. Pria tersebut langsung mengambil satu botol yang berbeda. Ia juga membawa gelas dan es dari dapur. Semua benda itu diletakkan di atas meja yang sama dengan botol milik Lita. Ia memasukkan beberapa kotak es ke dalam gelas lalu menyiramnya dengan R**sling, salah satu wine terpopuler asal Jerman. “Kamu mengambil sesuatu yang tidak seharusnya kamu ambil,” gumam Lita sambil memandang ke arah Ardan yang masih menuangkan minuman. “Akan ku ganti lebih banyak nanti.” “Tidak semua hal bisa kamu ganti, Ardana Julian Harsato.” Pria di seberang Lita diam. Ia tahu jika Lita sudah memanggil nama lengkapnya, maka itu adalah penegasan secara jelas tentang rasa bencinya. Lita memijat dahinya lagi. “Kamu meninggalkan Alen sendiri.” “Zan menemaninya.” “Bahkan saat waktunya istirahat, dia pun harus bekerja,” gumam Lita sambil tertawa kecil. Ardan tidak menanggapi. Ia menyesap minumannya sambil memejamkan
last updateLast Updated : 2024-02-20
Read more

96. Mengalihkan rasa sakit

((Peringatan!! Sebagian bab ini mengandung konten dewasa. Bagi pembaca di bawah umur atau yang ingin menjaga mata dan pikiran, dianjurkan langsung menuju bab selanjutnya.)) - “Aku benci dengan tindakan mu yang buruk, tapi aku berterimakasih karena kamu memperlakukan ku dengan baik,” gumam Lita pelan. Kelopak matanya terbuka lagi. Ia mengambil gelas Ardan lalu menyesap minuman tersebut sebagai bentuk protes karena tidak mendapat tanggapan. “Itu gelas ku,” ucap Ardan yang sudah bersiap merebut gelas tersebut. “Minuman dan gelas ini milik ku, hmmm… tapi tidak seenak V*N atau Sh*rry…” balas Lita yang kemudian meletakkan gelas tersebut sambil tertawa kecil. “Kebiasaan minum mu sangat buruk. Kamu harus istirahat, aku akan pulang.” “Kamu tidak takut aku melakukan sesuatu yang berbahaya?” “Kamu sudah bilang tidak akan melakukan itu.” “Pffttt…” “Kenapa tertawa?” “Apa yan
last updateLast Updated : 2024-02-21
Read more

97. Tidak bisa membenci

Setelah meninggalkan pesan untuk Lita, Ardan keluar dari unit apartemen tersebut pada pukul lima. Ia menemui satpam yang bertugas lalu berpesan beberapa hal sebelum kemudian pergi dengan mobil putihnya. Ardan sampai di kediamannya setengah jam kemudian. Zan sudah menunggu di depan setelah diminta untuk langsung bersiap. Alen juga terlihat duduk di samping Zan dengan mata yang terlihat masih mengantuk. “Kamu kenapa ikut menunggu di luar, Alen?” “Ingin melihat papa.” Pria itu tersenyum lalu mengangkat bocah tersebut, menciumi pipinya dengan gemas. “Maaf papa sering pergi, nanti setelah liburan kita bisa pergi bersama.” Bocah itu menatap ayahnya dengan ekspresi bingung. “Wangi mama, mama tidak ikut pulang?” Pandangan Ardan beralih ke Zan yang menatapnya selama beberapa waktu sebelum kemudian berdehem lalu melangkah menuju mobil hitam. “Mama mu sedang istirahat.” “Apa sakitnya parah?” “Ehmm… tidak kok, tapi hari ini biarkan mama istirahat, ya?” “Kenapa mama tidak istirahat di r
last updateLast Updated : 2024-02-21
Read more

98. Berubah

Usai sarapan, Lita membereskan apartemen tersebut lalu memandangi dirinya di depan cermin dalam waktu lama. Ia menghela nafas panjang lalu melangkah menuju lemari pakaian. Perempuan itu mengamati setiap baju yang tergantung dengan ekspresi serius. Ia menghela nafas panjang lagi lalu mengambil satu baju rajut panjang berwarna putih dengan kerah yang menutupi leher. Lita memadukan baju tersebut dengan terusan selutut bewarna hitam dengan ikatan tali di pinggangnya. Itu adalah baju yang paling disukainya saat kuliah dulu. Ia kembali ke depan cermin lalu memakai make up tipis kemudian menyisir rambutnya. ‘Sepertinya sudah lama aku tidak potong rambut… apa aku potong sedikit saja?’ Ponselnya tiba-tiba berbunyi. Ada pesan dari Silvia yang menawarkan diri untuk mengantar ke rumah sakit jika Lita merasa sedang tidak sehat. Pesan tersebut hanya dibaca dari pemberitahuan di beranda yang muncul, tanpa membuka pesan tersebut langsung. ‘Apa
last updateLast Updated : 2024-02-25
Read more

99. Topeng

“Saya juga sudah bilang kalau menjaga keselamatan anda itu tanggungjawab saya,” balas Silvia dengan ekspresi kesal.“Ya, tugas mu memang menjaga keselamatan ku, bukan membatasi apa yang mau ku lakukan. Kamu bisa menjaga ku dari jauh, terserah mau bagaimana cara mu, tapi aku tidak suka kamu berkeliaran di dekat ku.”Jawaban yang tidak terduga dengan ekspresi dingin Lita membuat Silvia terdiam dengan raut wajah bingung.Lita langsung pergi begitu saja sambil menggandeng Alen menuju mobil putih yang terparkir tidak jauh dari tempat mereka berdiri.Selama perjalanan menuju rumah, Alen terus mengamati Lita seperti sosok yang berbeda. Ekspresi Lita masih seperti biasa saat menatap Alen. Namun perempuan tersebut terlihat lebih dingin ketika menatap hal lain.“Mama sedang marah?” tanya Alen setelah terdiam selama beberapa waktu.“Tidak kok, memangnya kenapa?”“Kenapa mama memarahi kak Silv
last updateLast Updated : 2024-02-26
Read more

100. Beri aku uang tambahan

“Kalau kamu sebegitu khawatirnya, kamu cukup beri aku uang tambahan lagi supaya aku bisa bersenang-senang.” Ekspresi Ardan menjadi dingin begitu Lita menyebut kata uang. “Kamu menjual dirimu?” Pertanyaan tersebut muncul begitu saja karena emosi pria itu tidak bisa dikendalikan. Rasa lelah karena perjalanan jauh memberikan pengaruh cukup besar pada tindakan dan ucapan yang dilakukan tanpa pikir panjang. “Memangnya kenapa? Aku sudah menjual sebagian waktu hidup ku, memangnya kenapa jika aku menjual hal lain dari diriku?” “Aku akan memberikan lagi 1 Miliar besok,” balas Ardan yang kemudian langsung bangkit meninggalkan Lita yang tersenyum ke arahnya. Ekspresi Lita berubah langsung begitu Ardan masuk ke dalam kamar. Perempuan itu menghela nafas panjang lalu memandang langit-langit ruangan dengan ekspresi datar. ‘Ya, ku rasa dengan begini dia akan menjauh dengan sendirinya.’ Ia tersenyum getir sambil merutuki dirinya yang ha
last updateLast Updated : 2024-02-27
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status