Beranda / Romansa / Terjebak Sandiwara Bos Besar / 97. Tidak bisa membenci

Share

97. Tidak bisa membenci

Penulis: Amegatari
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-21 21:19:39

Setelah meninggalkan pesan untuk Lita, Ardan keluar dari unit apartemen tersebut pada pukul lima. Ia menemui satpam yang bertugas lalu berpesan beberapa hal sebelum kemudian pergi dengan mobil putihnya.

Ardan sampai di kediamannya setengah jam kemudian. Zan sudah menunggu di depan setelah diminta untuk langsung bersiap.

Alen juga terlihat duduk di samping Zan dengan mata yang terlihat masih mengantuk.

“Kamu kenapa ikut menunggu di luar, Alen?”

“Ingin melihat papa.”

Pria itu tersenyum lalu mengangkat bocah tersebut, menciumi pipinya dengan gemas. “Maaf papa sering pergi, nanti setelah liburan kita bisa pergi bersama.”

Bocah itu menatap ayahnya dengan ekspresi bingung. “Wangi mama, mama tidak ikut pulang?”

Pandangan Ardan beralih ke Zan yang menatapnya selama beberapa waktu sebelum kemudian berdehem lalu melangkah menuju mobil hitam.

“Mama mu sedang istirahat.”

“Apa sakitnya parah?”

“Ehmm… tidak kok, tapi hari ini biarkan mama istirahat, ya?”

“Kenapa mama tidak istirahat di r
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   98. Berubah

    Usai sarapan, Lita membereskan apartemen tersebut lalu memandangi dirinya di depan cermin dalam waktu lama. Ia menghela nafas panjang lalu melangkah menuju lemari pakaian. Perempuan itu mengamati setiap baju yang tergantung dengan ekspresi serius. Ia menghela nafas panjang lagi lalu mengambil satu baju rajut panjang berwarna putih dengan kerah yang menutupi leher. Lita memadukan baju tersebut dengan terusan selutut bewarna hitam dengan ikatan tali di pinggangnya. Itu adalah baju yang paling disukainya saat kuliah dulu. Ia kembali ke depan cermin lalu memakai make up tipis kemudian menyisir rambutnya. ‘Sepertinya sudah lama aku tidak potong rambut… apa aku potong sedikit saja?’ Ponselnya tiba-tiba berbunyi. Ada pesan dari Silvia yang menawarkan diri untuk mengantar ke rumah sakit jika Lita merasa sedang tidak sehat. Pesan tersebut hanya dibaca dari pemberitahuan di beranda yang muncul, tanpa membuka pesan tersebut langsung. ‘Apa

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-25
  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   99. Topeng

    “Saya juga sudah bilang kalau menjaga keselamatan anda itu tanggungjawab saya,” balas Silvia dengan ekspresi kesal.“Ya, tugas mu memang menjaga keselamatan ku, bukan membatasi apa yang mau ku lakukan. Kamu bisa menjaga ku dari jauh, terserah mau bagaimana cara mu, tapi aku tidak suka kamu berkeliaran di dekat ku.”Jawaban yang tidak terduga dengan ekspresi dingin Lita membuat Silvia terdiam dengan raut wajah bingung.Lita langsung pergi begitu saja sambil menggandeng Alen menuju mobil putih yang terparkir tidak jauh dari tempat mereka berdiri.Selama perjalanan menuju rumah, Alen terus mengamati Lita seperti sosok yang berbeda. Ekspresi Lita masih seperti biasa saat menatap Alen. Namun perempuan tersebut terlihat lebih dingin ketika menatap hal lain.“Mama sedang marah?” tanya Alen setelah terdiam selama beberapa waktu.“Tidak kok, memangnya kenapa?”“Kenapa mama memarahi kak Silv

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-26
  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   100. Beri aku uang tambahan

    “Kalau kamu sebegitu khawatirnya, kamu cukup beri aku uang tambahan lagi supaya aku bisa bersenang-senang.” Ekspresi Ardan menjadi dingin begitu Lita menyebut kata uang. “Kamu menjual dirimu?” Pertanyaan tersebut muncul begitu saja karena emosi pria itu tidak bisa dikendalikan. Rasa lelah karena perjalanan jauh memberikan pengaruh cukup besar pada tindakan dan ucapan yang dilakukan tanpa pikir panjang. “Memangnya kenapa? Aku sudah menjual sebagian waktu hidup ku, memangnya kenapa jika aku menjual hal lain dari diriku?” “Aku akan memberikan lagi 1 Miliar besok,” balas Ardan yang kemudian langsung bangkit meninggalkan Lita yang tersenyum ke arahnya. Ekspresi Lita berubah langsung begitu Ardan masuk ke dalam kamar. Perempuan itu menghela nafas panjang lalu memandang langit-langit ruangan dengan ekspresi datar. ‘Ya, ku rasa dengan begini dia akan menjauh dengan sendirinya.’ Ia tersenyum getir sambil merutuki dirinya yang ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27
  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   101. Berpura-pura

    Lita terbangun lebih lambat dari biasanya. Rasa lelah dan pikiran yang menumpuk membuat ia tidur lelap dalam waktu lama. Matanya mengerjap beberapa kali saat tidak melihat Alen maupun Ardan di ruangan tersebut. Tangannya meraih ponsel di atas meja dekat tempat tidurnya. Kesadarannya langsung pulih total begitu melihat jam di ponselnya menunjukkan pukul 07.00. ‘Aku tidur selama itu? Kenapa tidak dibangunkan?’ Perempuan itu turun dari tempat tidur lalu melangkah ke arah lemari. Tatapannya tiba-tiba berhenti pada bagian lehernya yang terbuka. ‘Duh… aku lupa karena semalam sangat mengantuk, jadinya pakai baju pendek tanpa berpikir lebih dulu.’ Ia memijat dahinya pelan sambil berharap Alen tidak melihat dan berpikir aneh-aneh. Setelah mengambil pakaian lengan panjang yang menutupi leher, Lita menuju ke kamar mandi lalu membersihkan diri secepat mungkin. Usai mandi dan merapikan penampilannya, Lita baru keluar dari kamar tersebut.

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   102. Saling menjauh

    Beberapa hari berlalu setelah kejadian itu. Lita sudah memberi penjelasan ke Alen tentang ruam merah yang ia lihat. Perempuan tersebut beralasan memiliki alergi saat makan makanan tertentu. Tentu saja hal tersebut hanya alasan. Ia tidak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya pada seorang bocah. Hubungan Alen dan Ardan kembali membaik setelah itu. Namun bocah tampan tersebut masih sering mengingatkan sang ayah untuk memperlakukan Lita dengan baik. Ardan sudah berjanji kepada putranya, tapi pria tersebut masih sering menjaga jarak. Ekspresinya masih sering terlihat datar. Ia tidak tersenyum sesering sebelumnya. Pandangan matanya pun tidak lagi hangat. Tentu saja Lita memahami hal tersebut karena dialah yang sengaja membuat dirinya terlihat buruk sehingga Ardan menjauh dengan sendirinya. Perempuan tersebut juga ikut menjauh perlahan dengan cara menolak saat akan diantar kemanapun. Ia hanya mau pergi berdua dengan Ardan jika memang benar-benar diperlukan. Seperti saat menghadiri und

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-29
  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   103. Kembali seperti awal

    “Ya ku jawab kalau hubungan ku dengan mu baik-baik saja, tapi kadang memang dalam rumah tangga memang ada pertengkaran kecil…” Lita mempertahankan ekspresi datarnya, meski saat ini ia sedang merasa tidak nyaman dengan bahasan ‘rumah tangga’ yang ia ucapkan. “Hanya itu?” “Ya…” “Jangan terlalu sering bertemu Lisa atau dekat dengannya.” “Kenapa?” Ardan menatap Lita dengan ekspresi menyelidik. Biasanya Lita memang tidak begitu suka saat berinteraksi atau bahkan membicarakan tentang Lisa. Ia merasa sedikit bingung karena respon perempuan tersebut berbeda dari bisanya. “Bukannya waktu itu sudah ku beritahu kalau dia itu akan mengejar semua hal yang menguntungkannya? Aku sangat tidak menyarankan kamu berteman dengan orang seperti itu.” “Kamu mungkin menilainya terlalu buruk.” ‘Sudah ku duga dia memang agak aneh… Apa dia berubah pikiran dan sudah menjadi dekat dengan Lisa?’ gumam Ardan dalam hati. “Aku mengenalnya lebih lama dari kamu, Lita.” Pandangan keduanya bertemu, tatapan mat

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-02
  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   104. Rencana liburan

    “Ya… dari informasi yang saya dapatkan seperti itu.” Ardan menggeleng pelan. “Mungkin ada informasi palsu… kamu harus memeriksanya lagi.” “Saya sudah memastikannya ke beberapa orang, bos… Beberapa rekan kerja ayah Litara pernah berusaha membawa permasalahan tersebut ke jalur hukum, tapi karena kurang bukti jadinya mereka tidak melanjutkannya…” Pria di seberang Gio memijat dahinya. Ia tidak menyangka akan mengatahui permasalahan rumit dari keluarga perempuan yang terikat perjanjian dengannya. ‘Kalau memang seperti itu, berarti sebenarnya Lita dan Lisa adalah sepupu? Tapi sepertinya Lita tidak mengetahui tentang masalah itu?’ Gio melanjutkan melahap makanan lainnya. Ia membiarkan Ardan tetap diam dengan ekspresi bingung. Pria itu sendiri juga sangat terkejut dengan informasi yang didapatkanya. Orang tua Lita yang memiliki permasalah rumit ternyata berkaitan dengan orang tua Lisa. ‘Kebetulan di dunia ini kadang begitu aneh…’ “Aku pulang dulu, kamu pastikan lagi tentang itu… kalau

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-03
  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   105. Keluarga yang hangat

    Akhir pekan datang lebih cepat dari yang dirasakan Lita. Ia tidak tahu harus bersikap seperti apa karena sampai saat ini ia masih tidak siap untuk dekat lagi dengan Ardan. Tatapannya beralih ke pria di sampingnya yang berjalan santai sambil mendorong dua koper beserta beberapa oleh-oleh di dalam tas kecil. Keluarga kecil itu baru saja tiba di stasiun. Alen lah yang memilih menggunakan kereta menuju Malang daripada menggunakan pesawat. Selama perjalanan, Alen tidak tidur. Bocah kecil itu terus mengamati pemandangan dari jendela kereta. Saat mendekati tempat tujuan, Alen baru terlelap sehingga Lita harus menggendongnya. Langkah kaki Ardan berhenti dekat tempat parkir. Seorang pria tua berjalan cepat menghampirinya. “Selamat siang tuan Ardan, nyonya Lita,” sapanya ramah. Lita tersenyum sedangkan Ardan hanya mengangguk. Pria tua itu bermaksud mengambil alih barang bawaan, tapi Ardan melarangnya. Perdebatan kecil sempat terjadi karena pria tua yang adalah sopir pribadi keluarga Tano

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-05

Bab terbaru

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   14. Perasaan

    Ardan menyilangkan tangannya. “Itu karena kamu menyibukkan diri dengan mengerjakan banyak hal tanpa menyempatkan diri mengobrol santai dengan yang lain bukan?“Kamu juga tidak pernah mau ku ajak makan bersama atau pulang bersama, tentu wajar jika mulai ada rumor seperti itu,” tambah Ardan.Lita terdiam, ia selama ini memang sengaja mengambil pekerjaan sebanyak mungkin untuk mengalihkan pikiran juga untuk menghindari pertemuan yang terlalu sering dengan Ardan.‘Sial… aku terlalu fokus dengan diriku sendiri tanpa memperhatikan apa yang terjadi di sekitar,’ keluh Lita dalam hati.“Maaf, aku tidak berpikir kalau akan ada rumor seperti itu.”Ardan menatap ‘istrinya’. Namun Lita tidak bisa memahami makna dari ekspresi tersebut.“Apa kamu bertemu dengan teman masa kecil mu lagi?”“Teman masa kecil? Siapa?” Lita mencoba mengingat semua kegiatannya lalu menggeleng. “Aku tidak bertemu dengan teman ku selama sebulan ini, yang ku temui hanya rekan kerja.”“Aku tidak tau sebenarnya ada apa, tapi f

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   13. Percikan

    Lita memijat dahinya pelan. Ia tidak tahu harus bersikap seperti apa lagi. Perasaan terlarang yang tumbuh alami tanpa bisa dihentikan itu membuat ia merasa benci dengan dirinya sendiri.Meski ia sudah berusaha menepis dan mengalihkan perhatiannya kepada hal lain. Ia tetap tidak bisa mengurangi perasaan itu. Walaupun ia berusaha bersikap ketus dan dingin, ia kembali merasa hanyut saat Ardan bersikap hangat.Waktu sudah berlalu satu bulan sejak Ardan menegurnya, tapi Lita masih enggan menggunakan uang jatah bulanan yang ia dapatkan. Perempuan itu masih saja menggunakan uangnya sendiri untuk keperluannya dan juga membelikan makanan maupun mainan untuk Alen. Meski statusnya dalam keluarga itu hanyalah sebatas perjanjian, ia ingin menunjukkan rasa sayangnya yang tulus kepada Alen.Tentu saja Ardan masih memantau penggunaan uang yang diberikannya. Namun karena awal tahun disibukkan dengan berbagai macam pekerjaan, ia masih belum menegur Lita lagi secara langsung.Lita sengaja mengambil ban

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   112. Tanda

    “Apa ini? Ada yang berulang tahun?” tanya Lita memastikan. Ardan mendekat lalu memberikan buket bunga dan hadiah ke Lita. “Tidak, tapi ini hari yang penting.” Lita menerima buket bunga dan hadiah itu sambil tersenyum meski merasa bingung. Ia berusaha menyembunyikan perasaan sebenarnya karena kakek dan neneknya sedang melihat. “Kamu pasti lupa kalau pada tanggal ini kita bertemu untuk pertama kalinya dulu,” ucap Ardan lagi. ‘Dia gila ya? apa perlu sejauh itu berpura-pura?? Lagi pula kakek dan nenek tidak perlu diperlihatkan seperti ini pun tetap percaya kalau dia suami ku…’ Pandangan mata Lita beralih ke Alen lalu menampilkan senyum senang. “Tentu aku ingat, itu hari yang spesial, tapi aku tidak menyangka kalau kamu menyiapkan ini.” “Ya, yang ku maksud urusan penting itu untuk menyiapkan ini.” ‘Seharusnya dia memang jadi aktor saja…’ gerutu Lita dalam hati. “Oh begitu? Kamu masih saja tetap romantis seperti dulu,” balas Lita dengan senyum yang dipaksakan. “Dia sangat perhatian

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   111. Teman lama

    “Ehmm, sepertinya tidak bisa sekarang. Aku sudah janji akan langsung pulang begitu selesai acara…” “Janji?” Davin memandang ragu ke arah Lita lalu mengangguk pelan. “Oh begitu… maaf membuat mu tidak nyaman karena malah menawarkan minum kopi bersama.” “Tidak, tidak… aku senang, mungkin lain kali aku bisa meluangkan waktu.” “Tidak perlu memaksakan diri, aku bertemu dengan mu begini saja sudah senang.” Percakapan keduanya terhenti saat Rini tiba-tiba mendekat. “Lita, kamu sudah ingat dengan teman mu yang ini?” “Tentu aku ingat, walau tadi sempat tidak mengenali…” “Dia Davin yang ku maksud, yang titip salam untuk mu.” Dahi Lita mengernyit, ia baru teringat saat Rini mengatakan ia mendapat salam dari seseorang. Pandangan matanya beralih ke arah Davin yang tersenyum ke arahnya. “Oh… maaf, karena sudah lama tidak bertemu, aku jadi lupa…” “Kamu melupakan teman masa kecil mu?” tanya Davin yang kemudian tertawa. “

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   110. Reuni

    Alen sejak tadi menatap Lita yang sedang bersiap untuk acara reuni. Ekspresi bocah itu terlihat sedih meski sudah dijelaskan bahwa ibunya hanya pergi sebenar.“Aku tidak boleh ikut?” tanya Alen lagi.“Alen, mama hanya pergi sebentar kok.”“Tapi mama akan kembali kan?”“Tentu saja, kenapa bertanya begitu?”Bocah kecil itu tidak menjawab. Ia masih terlihat murung tapi tidak sampai menangis atau menahan Lita agar tidak pergi.Lita mendekati ‘putranya’ lalu mengusap pelan kepala bocah itu. “Mama hanya bertemu dengan teman-teman mama, setelah selesai nanti langsung pulang.”“Bagaimana kalau mama bertemu dengan orang lain?”‘Apa maksudnya? Orang lain? Tentu saja aku bertemu teman-teman ku yang adalah orang lain?’/klek…/Obrolan keduanya terhenti saat Ardan masuk ke ruangan itu. Pandangan mata pria itu menyelidik penampilan Lita mulai dari sepatu sampai anting yang dipakai.“Teman mu sudah datang.”“Oke.”Pandangan mata Lita beralih ke Alen lalu ia mencium keningnya. “Mama pergi dulu ya?”B

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   109. Peran

    Perjalanan menuju rumah pada sore hari itu berlangsung panjang. Jalanan yang macet membuat waktu tempuh menjadi lebih lama dari seharusnya. Lita terbangun tepat saat mobil yang mereka naiki memasuki area komplek GrandC. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menoleh ke sebelahnya. Alen terlihat tidur sambil bersandar di lengannya. “Maaf ya, tuan, nyonya, perjalanannya jadi sangat lama karena macet,” ucap pak supir begitu memasuki pekarangan rumah Ardan. “Tidak apa-apa kok, saya malah ada kesempatan istirahat.” “Ponsel mu sejak tadi sepertinya terus bunyi,” ucap Ardan mengabaikan perkataan pak supir. “Oh iya? Aku tidak dengar…” Ardan turun membawa Alen lebih dulu kemudian masuk rumah. Ekspresi pria itu terlihat seperti sedang memikirkan banyak hal dan itu membuat Lita merasa bingung. ‘Dia kenapa lagi?’ Lita masih terdiam di halaman rumah begitu turun dari kendaraan. Ia tiba-tiba kembali teringat saat pertama kali menginjakkan kaki di kediaman itu. ‘Kalau waktu itu aku tida

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   108. Terikat

    Ardan tidak langsung menjawab, ia meletakkan ponsel dan dompetnya lalu berjalan menuju koper kemudian mengambil kaos lengan panjang. “Zan menghubungi ku, ada hal yang perlu ku periksa,” balas Ardan asal. “Bukankah dia juga sedang libur?” “Ya…” Lita mengalihkan pandangan matanya begitu Ardan langsung berganti pakaian di tempat. ‘Kenapa dia tidak ganti di kamar mandi saja sih?’ gerutu Lita dalam hati. Saat Lita mengalihkan pandangannya, Ardan tersenyum kecil. Ia menggantung kemeja yang tadi ia lepas lalu duduk di kursi dekat pintu. “Kenapa belum tidur?” Tatapan mata Lita kembali mengarah ke Ardan yang saat ini sedang menuang minuman. Ia bisa melihat dengan jelas ekspresi pria itu terlihat jauh lebih hangat dari sebelumnya. “Tadi siang aku sudah tidur, jadi sekarang aku belum mengantuk.” Setelah meneguk minuman di gelas, pandangan mata Ardan beralih ke putranya yang sedang terlelap. Kali ini ia terlihat sed

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   107. Menipu diri

    Ardan terdiam selama beberapa detik lalu secepat mungkin menutup pintu kembali. Lita yang sadar dari keterkejutannya pun langsung memakai kaos yang dipegangnya. Perempuan tersebut menghela nafas panjang lalu menyesali tindakannya. ‘Seharusnya aku berganti pakaian di kamar mandi…’ Sepuluh menit setelah itu Ardan baru masuk kembali ke dalam kamar dengan ekspresi canggung. “Aku mau ambil dompet…” “Oh… ya, ya.” balas Lita sambil mengangguk. Ada rasa canggung yang terlihat jelas dari gerak tubuhnya. “Aku akan keluar bersama saudara sepupu ku sampai malam… jadi tidak usah menunggu.” Lita mengangguk lagi. “Oke…” Pandangan keduanya bertemu, tapi Ardan langsung mengalihkan tatapannya ke arah Alen. Ia berusaha mengalihkan pikirannya. ‘Sial…’ “Kalau Alen terbangun dan menanyakan ku, hubungi aku,” ucap Ardan asal. “Ya…” “Kalau begitu, aku pergi dulu.” “Hati-hati di jalan…” Ardan melangkah pergi

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   106. Makan bersama

    Lita, Ardan dan Alen kembali ke kediaman Tanoro menjelang tengah malam. Ardan memang sengaja tidak di rumah neneknya lebih lama karena tidak ingin Lita bertemu dengan paman-pamannya lebih awal. Pria tersebut mengajak Lita dan Alen berkeliling ke berbagai tempat. Setelah mengenalkan kota kelahiran ibu kandungnya, mereka baru kembali ke rumah. “Maaf kami baru kembali, saya jadi tidak membantu menyiapkan makan malam,” ucap Lita dengan ekspresi bersalah. “Tidak apa-apa kok, nenek dengar Ardan memang sangat posesif,” balas Lasti Tanoro dengan senyum tipis. ‘Posesif?’ gumam Lita dalam hati sambil tetap mempertahankan ekspresi tenangnya. Sara yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya, akhirnya mendekat ke arah Lita. “Ya, Ardan memang posesif, dia bahkan tidak mengijinkan Lita menginap di tempat ku terlalu lama.” Belum sempat membuka suara, Lita dikejutkan dengan suara berat seorang pria dari belakangnya. “Oh, ini istri Ardan?” ucap seorang pria paruh baya berkacamata. Lita menoleh ke ar

DMCA.com Protection Status