Bab 74Azizah beranjak dari tempat duduknya, meninggalkan syekh Ali seorang diri di sofa. Dia melangkah pelan menuju pembaringan. Di tatapnya putra kecilnya yang tengah tertidur. Wajah dan tubuh mungil itu adalah miniatur Hafiz. Azizah mendesah. Mana mungkin dia bisa melupakan lelaki itu, seandainya ia memilih jalan ini?Beberapa hari berada di Riyadh, Mekkah dan Madinah, mendengar dan mencerna percakapan semua orang tentang ibunya. Banyak sekali pelajaran yang bisa ia petik. "Berdosakah aku jika harus mengikuti jejak Mama?" kata Azizah dalam hati, saat melirik ayahnya yang masih menyunggingkan senyuman. Azizah duduk di pinggir ranjang, mengelus kepala putranya. "Mungkin ini akan terlihat egois, Sayang. Namun, hidup itu adalah pilihan. Setiap kita dihadapkan oleh pilihan dan tak ada pilihan yang tidak memiliki sebuah risiko." Senyum itu teramat manis saat memandang putranya."Suatu saat, di kala engkau telah dewasa, kamu pasti akan memahami semua ini," ucapnya dalam hati, lalu dia b
Read more