All Chapters of Pemuas Hasrat Tuan Majikan: Chapter 51 - Chapter 60

79 Chapters

51. Liburan dadakan

"Kau sudah lama?" kata Darma seraya menarik kursi, lantas duduk di depan Emma. Mereka ada di cafe yang lumayan ramai pengunjung, untuk sekedar melewati siang itu yang lumayan terik, seperti yang Emma jelaskan di dalam pesan singkatnya satu jam lalu. Duduk berhadapan dengan pesanan Emma yang sudah tersaji, Darma tampak lebih ringan dibanding pertemuan mereka tempo hari. "Aku juga baru datang, tapi langsung memesan ini. Kau mau minum apa?" ujar Emma menunjukkan jus jeruk pesanannya. "Sebentar." Darma mengedarkan pandangan mencari keberadaan waiters. Begitu melihat pria berseragam itu muncul dari arah party dan menoleh padanya, Darma segera mengangkat tangan. Waiters itu pun langsung mendekat. "Aku mau kopi tanpa gula." "Baik, Kak. Mohon, tunggu sebentar." Darma mengangguk setuju. Begitu waiters pergi, Darma kembali berkata, "aku sengaja mengambil hari libur untuk dua hari kedepan," ujarnya mengingat pertanyaan Emma dipesan tadi yang belum sempat ia balas. "Kau tidak berniat meng
Read more

52. Pengakuan

Senyum smirk Leon nampak mengerikan kala matanya menatap serius berita yang sedang disaksikan melalui laptop, di ruang kerjanya. Seorang pria yang juga ia kenal, tertunduk saat dibawa keluar dari lobby kantor. Banyaknya blitz kamera, serta serbuan pertanyaan membuat pria paruh baya itu semakin menunduk dalam, dengan kedua tangan tertaut di depan perut. Tidak ada satu katapun yang diucapkan sampai pria itu memasuki mobil, dan tidak lama iring-iringan mobil perlahan meninggalkan para mencari berita yang sepertinya juga kecewa—-tidak mendapat keterangan apapun. Selain dugaan sementara keterlibatan pria itu dalam kasus yang sedang beredar. Tapi itu sudah cukup membuat Leon tersenyum puas. "Saya pastikan statusnya akan segera berubah menjadi tersangka, Tuan," jelas Gerry yang berdiri di samping Leon—ikut menyaksikan berita trending hari itu. "Kau sudah menemukan pria itu?" "Masih dalam pengejaran orang kita, Tuan. Karena memang pemuda itu tidak bisa kita anggap remeh. Dia sangat cerdi
Read more

53. Seorang ibu

Cuaca sedang sangat bersahabat malam itu, dengan taburan bintang di langit yang tidak terlalu terang. Angin sepoi menampar langsung kulit wajah Emma, menghadirkan sensasi dingin hingga sekujur tubuh. Tapi Emma belum berniat pergi. Masih ingin berlama-lama disana.Duduk di sofa rooftop seorang diri, berteman serangga malam yang tidak terlalu menggelitik telinga, Emma merasa sedikit mendapat ketenangan.Sejak pertemuannya dengan Darma siang tadi, Emma merasa debaran itu kembali muncul. Rasa yang ia anggap telah mati bersama seseorang yang membawanya, kini mulai mengusik pikiran.Setelah sangat keras menyakinkan diri—-Darma dan Rocky dua orang yang berbeda. Tapi tetap saja, apapun yang ada di tubuh Darma selalu mengingatkan Emma pada laki-laki egois yang telah tega pergi bersama separuh jiwanya."Kau pasti tersenyum puas melihat kebodohanku sekarang. Bukankah aku memang bodoh dengan memperhatikanmu dari sini?"Menatap salah satu bintang yang bersinar paling terang, Emma merasa itulah le
Read more

54. Tertangkap

"Aku tidak suka kau selalu mengulang kalimat yang sama. Apa yang kuberikan sudah lebih dari cukup. Jangan berharap sesuatu yang tidak mungkin bisa aku lakukan," tegas Leon. Sebenarnya jawaban itu juga sudah berulang kali-kali Leon tegaskan. Tapi Anastasya yang bebal tidak bisa mengingatnya, atau memang sengaja mengabaikannya. Berharap setelah bulan berganti tahun, Leon akan berubah pikiran. Nyatanya, Leon masih sangat konsisten pada keputusannya. "Dimana hatimu! Kenapa kau tidak bisa melihat dia sebentar saja. Dia putrimu, Le. Darah dagingmu!" Sepertinya Anastasya juga tidak akan bosan untuk terus mengingatkan. Tangis yang terlihat tulus tapi palsu selalu menjadi pemanis setiap drama yang Anastasya mainkan. Jangankan Leon, bahkan Gerry saja sudah sangat muak melihat itu. "Setidaknya jika kau tidak ingin mengakui dia putrimu, bersikaplah hangat sebagai seorang kakak." Leon tiba-tiba berdiri. "Aku anggap pembicaraan ini sudah selesai. Aku tidak ingin mendengar apapun lagi." "Tungg
Read more

55. Diculik

"Aku lelah Bu, biarkan seperti ini lebih lama lagi." Meletakkan kepala di atas pangkuan wanita yang sangat dirindukan, Luna merasa semua beban di hati menguap begitu saja. Luna ingin berlama-lama seperti itu, ia merasa jauh lebih baik."Ada kalanya setiap orang merasakan lelah, Nak. Tetapi dengan terus bertahan akan memberinya hal baru. Hidup untuk belajar, memahami kondisi dan situasi. Jika kau bisa melewati semua itu, kau akan mendapat sesuatu yang berharga.""Aku merasa sendiri, Bu. Tidak ada satupun orang yang berpihak padaku. Bahkan ayah yang selalu aku tunggu kepulangannya saja, sampai saat ini tidak ada kabarnya. Sepertinya dia sudah melupakan aku."Hamparan bunga warna-warna yang membentang luas, memanjakan mata Luna, ditambah usapan di kepala membuatnya benar-benar tidak ingin meninggalkan tempat itu. Ia sudah sangat nyaman sekarang."Tetaplah bersabar, dengan begitu kau akan menemukan kebahagiaan yang s
Read more

56. Konsekuensi

"Dimana dia?" Begitu membukakan pintu apartemen, Flint dibuat terkejut dengan kedatangan Leon disaat hari hampir tengah malam. Tapi kemarahan di wajah pria itu tak kalah membuat Flint bertanya-tanya. Sesuatu pasti sudah terjadi."Ada apa?""Jesslyn!! Keluar!" Tanpa menjawab, Leon langsung menerobos masuk, lantas berteriak seperti orang kesetanan. Suara Leon sampai menggema memenuhi ruangan. Mustahil wanita itu tidak mendengarnya. Lantaran Leon yakin Flint datang ke kota itu tidak sendiri, melainkan bersama Jesslyn seperti yang selalu dilakukan. Tapi sialnya, sudah menunggu lebih dari satu menit, wanita itu tak kunjung keluar, membuat kemarahan Leon semakin menjadi.Bahkan sekalipun Flint menghalanginya untuk bertemu Jesslyn, Leon tidak keberatan jika harus menghadapi teman baiknya itu. Kemarahan berhasil mengalahkan akal sehat, Leon sudah sangat murka, dan semakin menggebu ingin membunuh siapa saja yang sudah berani menyakiti wanitanya.Flint segera menyusul Leon yang masih saja ber
Read more

57. Milikku

"Hmmppt!!"Luna menjerit bersamaan tubuh wanita itu tergeletak tidak jauh darinya. Luna bisa melihat jelas bagaimana Leon menghilangkan nyawa orang lain dengan sangat kejam. Tangan itu berlumuran darah. Bahkan hanya dalam sekejap saja bisa menghilangkan nyawa tujuh orang sekaligus. Lantas, selama hidupnya sudah berapa banyak nyawa yang Leon hilangkan?Memikirkan itu Luna merasa tidak jauh berbeda ketika Leon belum datang, atau mungkin sebenarnya pria itulah yang lebih berbahaya.Mata Luna masih mendelik tajam tanpa bergerak sedikitpun, mengetahui Leon melepas ikatan di tangan serta kakinya satu-persatu. Sampai terakhir setelah penutup mulutnya dibuka, Luna langsung terjingkat duduk sambil mendekap diri."Jangan mendekat!"Leon tertegun, reaksi ketakutan Luna membuatnya terkejut, dan baru menyadari jika pandangan Luna tertuju pada senjata di tangannya. Leon langsung membuang senjata jenis glock miliknya ke sembarang arah. Reflek, Luna menutup kedua telinga dengan tangannya saat benda
Read more

58. Mencari seseorang

Emma menyusuri jalan tanah yang hanya setapak, sambil sesekali memastikan layar ponselnya. Mengabaikan sepatu bootnya terkena terciprat air bercampur lumpur, tekat Emma lebih besar dibanding kesulitan yang sudah ia hadapi hari itu. Namun, setelah terus berjalan, Emma seperti menemukan jalan buntu. Sempat kecewa lantaran arah yang ditunjukkan tidaklah benar, Emma menoleh ke samping kiri, dan ternyata menemukan beberapa rumah sederhana dengan jumlah yang lumayan banyak. Mungkinkah sebenarnya tempat itu yang terdeteksi sinyal GPS di ponselnya. "Kampung ini seperti bersembunyi di balik bukit. Tidak heran jika sejak dari sama tadi aku tidak melihatnya." Emma kembali melangkah pelan. Jalan yang dilalui sekarang sedikit merosot dengan tekstur tanah yang lengket, dan sangat licin. Sesampai di depan salah satu rumah, Emma mengedarkan pandangan, dan tanpa sengaja melihat seorang pria tua sedang duduk di kursi plastik samping rumahnya. "Permisi.. ." kata Emma sopan. Merasa terpanggil
Read more

59. Penyesalan

"Lebih cepat lagi!" gusar Jesslyn dengan pandangan tak berpaling dari belakang. Dua mobil berkaca gelap mengejar taksi yang Jesslyn naiki. Untung saja sang supir tergolong lincah bisa menyelinap di antara kendaraan lain, sehingga bisa memberi berjarak lebih jauh dari dua mobil tersebut. Sebelumnya, Jesslyn sampai harus mengendap-ngendap ketika keluar dari lobby apartemen miliknya—-akan memasuki taksi yang sudah menunggunya di depan lobby. Jesslyn sengaja mengecoh anak buah Leon dengan memesan taksi, berharap penyamaran serta rencananya hari itu tidak diketahui. Tetapi ternyata salah, tanpa sepengetahuan Jesslyn ketika taksi yang dinaiki melintas di jalan raya, mobil yang sebelumnya terparkir di dekat kios buah langsung mengikuti. Jesslyn masih belum sadar sedang diikuti, karena memang jarak mobil di belakangnya cukup jauh. Sampai ketika memasuki pelataran bandara internasional, dan supir taksi memberitahu jika mobil di belakang mereka sejak tadi mengikuti. Barulah setelah itu
Read more

60. Pergilah

Mendengar suara derap sepatu yang semakin mendekat, mampu membuat Jantung Jesslyn berdetak kencang. Sangat yakin siapa pemilik sepatu itu. Jesslyn yang sekarang terikat di kursi kayu hanya bisa menggigil ketakutan dengan bulir bening yang terus mengalir deras dari sudut mata.Sekarang hanya tinggal menghitung mundur. Maka setelah itu, berakhir sudah cerita hidup seorang Jesslyn.Tiba-tiba Leon muncul dengan wajah mengerikan, dan baru pertama kali Jesslyn lihat. Leon memang dikenal dengan sikap tidak ramah dan keangkuhannya. Tapi menunjukkan sisi gelap dirinya, itu hanya akan terjadi pada seseorang yang dianggap fatal dan tidak layak mendapat ampunan lagi. "Aku mohon, maafkan aku, Le. Aku mengaku salah. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Sungguh, aku janji. Aku masih ingin hidup. Jangan bunuh aku." Jesslyn benar-benar mengiba. Wanita yang selama ini dikenal manja dan selalu cantik glamor, kini terlihat menyedihkan. Rambut serta sisa make up membuat penampilannya sangat berantakan.J
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status