Home / Romansa / Berikan Suamimu Untukku, Mbak / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Berikan Suamimu Untukku, Mbak: Chapter 91 - Chapter 100

131 Chapters

91. Peristiwa Tak Terduga

"Kau tinggal saja di sini, untuk apa kau bertahan di rumah yang akan memberikan sepi untukmu."Ujar mbak Alya padaku, mbak Alya memintaku untuk tinggal serumah dengannya. Aku menolak, aku segan dengan mas Yusuf. Dan aku takut akan selalu dihantui oleh masa laluku jika setiap waktu aku berada di rumah mbak Alya. Aku tidak akan pernah bisa melepaskan diri dari rasa bersalahku saat aku melihat setiap sudut ruangan di rumah mbak Alya."Tidak, Mbak. Aku bersama Wati, aku tidak memberhentikannya meski Afnan sudah bersama ayahnya. Aku mengajari Wati untuk membantu pekerjaanku juga, lumayan Mbak aku jadi tidak terlalu lelah.""Dari dulu kau memang keras kepala, terserahmu yang penting kau jaga dirimu baik-baik. Dan jangan lupa selalu pantau Afnan, jangan segan untuk menghubungi Bara atau Antika.""Aku akan selalu melakukannya, Mbak."Mbak Alya beranjak meninggalkanku, aku mulai sibuk dengan pekerjaanku lagi. Aku melirik hpku yang berdenting, kuraih meski malas."Aku ingin bertemu Bu Aruna, ka
last updateLast Updated : 2023-11-28
Read more

92. Tidak Kuduga

Beberapa polisi tiba-tiba datang kembali ke rumah sakit ini."Ibu, sepertinya aku mengenali Ibu."Aduh, mengapa aku jadi eror seperti ini. Sudah terlalu menumpuk sekali beban pikiranku rupanya sampai aku benar-benar tidak bisa menyebutkan siapa ibu yang sedang berdiri di hadapanku bersama beberapa polisi yang beberapa jam lalu menanyaiku mengenai kecelakaan ini.Ibu di hadapanku ini tambak kuyu layu, matanya pun sembab seperti habis menangis. Aku mengenali wajahnya, kerudung yang di pakainya .... sangat tidak asing, tapi siapa?""Nak, kamu?"Dia juga menatapku dengan kebingungan. Sepertinya dia berusaha keras untuk mengingatku."Kamu yang suka beli nasi goreng waktu pulang sekolah, bukan?"Ketika menyebutkan nasi goreng, mendadak otakku kembali menjalankan tugas dengan normal. Seperti ada lampu yang menyala di kepalaku ini. Semua terasa jelas tergambar dalam ingatanku. Ibu ini adalah ibunya Abid. Aku ingat dia yang suka melayaniku dulu saat memesan nasi goreng. Kalau ini ibunya Abid, k
last updateLast Updated : 2023-11-28
Read more

93. Mama

"Hari sudah larut malam, Bu. Aku harus pulang. Mudah-mudahan besok ada waktu untuk ke sini lagi."Aku minta izin untuk pulang kepada ibunya Abid. Mbak Alya baru saja menelepon, ia menanyakan keberadaanku. Aku pun menceritakan peristiwa yang terjadi hari ini. Kami berencana untuk mengunjungi ayahnya Abid besok siang."Ini sudah sangat larut, biar aku mengantarmu."Abid melarangku pulang sendiri."Tapi aku bawa sepeda motor tadi.""Biar saja tetap di parkiran, ini sudah hampir tengah malam. Kurasa tidak baik kau pulang sendiri. Besok kau bisa mengambil sepeda motormu atau aku akan mengantarkannya.""Tapi ...""Biar Abid mengantarmu, ini sudah terlalu malam Nak."Aku menatap ibunya Abid yang memberikan sarannya."Tapi Ibu tidak ada temannya di sini.""Tidak apa-apa, sebentar lagi ada pamannya Abid mau datang. Sudah pergilah sekarang."Aku mengangguk. Kami berdua meninggalkan ibu yang tersenyum melepaskan kepergian kami."Ibumu sangat baik padaku.""Sepertinya ibu suka padamu.""Suka yang
last updateLast Updated : 2023-11-29
Read more

94. Aku Ini Siapa?

Meski berat hati aku melepaskan kepergian mama, sungguh aku merasa iba padanya. Meskipun mama sering berubah-rubah sikap, aku tahu mama juga mempunyai hati yang baik. Bahkan dulu ia pernah menyayangiku seperti putrinya sendiri. Karena ulah anak laki-lakinya saja kemudian hubungan kami jadi memburuk.Hari ini mama datang padaku, memberitahukan suatu masalah yang tidak bisa dianggap enteng. Mama sebegitu seriusnya sampai meminta bantuan notaris, ini benar-benar serius.Mama takut jika semua hartanya dikeruk habis oleh Antika makanya meski usia mama belum tua, dia sudah membuatkan surat ahli waris untuk Afnan. Dipikir secara sekilas memang konyol. Afnan tidak mengerti masalah orang dewasa dan kini dia dilibatkan ke dalam masalah keluarga ayahnya."Jangan, Ma. Kalau mas Bara tahu dia akan marah sekali padaku. Dia bisa mengamuk dan melakukan bermacam cara untuk menjatuhkanku. Lagi pula Afnan anaknya mas Bara, kenapa Mama khawatir? Bukannya selamanya mas Bara akan mengurus Afnan, dan ... dan
last updateLast Updated : 2023-11-29
Read more

95. Jangan Lakukan Itu

Baru saja aku keluar dari ruang seminar di sebuah hotel tapi perhatianku tidak lagi tertuju pada Abid yang sudah menungguku. Aku berbalik arah dan bersembunyi di balik dinding. Abid melihatku dengan keheranan. Aku mengisyaratkan telunjuk yang kutempelkan di kedua bibirku. Dua orang itu begitu menarik perhatianku.Perlahan dan dengan sedikit menunduk aku memerankan tokoh detektif untuk mengikuti mereka. Sambil berjalan dan sesekali melihat ke arah mereka aku kembali mengenakan kaca mata hitamku. "Aduh!"Tanpa sengaja seorang room boy menabrakku."Maaf, Bu. Saya tidak sengaja, maaf ..."Room boy itu menyatukan kedua telapak tangannya di dada, dia ketakutan sekali. Wajahnya ditundukkan dan matanya hampir terpejam tak berani melihatku."Tidak apa-apa."Secepat kilat aku bangkit dan melanjutkan pencarianku.Sial!Aku sudah kehilangan jejak.Misiku gagal, lunglai aku kembali ke lobi dimana Abid sudah menungguku. "Kau kenapa, ada apa? terus kenapa masuk lagi dan sekarang kau murung sekali
last updateLast Updated : 2023-11-30
Read more

96. Kasihan Kamu

Aku sudah menyelesaikan pembayaran di kasir, Wati kusuruh membawa berapa kantong plastik berisi belanjaan kebutuhan dapur dan kain-lain."Tunggu aku di parkiran ya, Wat. Aku mau ke toilet dulu.""Iya, Bu."Aku melangkah santai menuju toilet, menyelesaikan urusanku kemudian kembali untuk segera menyusul Wati. "An ...!"Aku membekap mulutku sendiri, untung saja aku tidak jadi teriak saat kulihat Antika memasuki swalayan yang sama di mana aku juga belanja tadi.Ternyata Antika tidak sendiri, dia berdua. Dan sangat tidak salah jika yang kulihat ini benar-benar orang yang sama yang tak sengaja kulihat di hotel bersama Antika beberapa hari yang lalu.Aku segera mengirim pesan pada Wati."Aku ada keperluan mendadak, kau bisa minum es dulu atau apa. Yang jelas kita belum bisa pulang sekarang.""Iya, Bu."Wati langsung membalas dan aku pun langsung melanjutkan buruanku.Aku melihat Antika menuju arah dalam. Dia sedang memilih-milih celana jeans bersama lelaki itu. Diam-diam aku memfotonya. Den
last updateLast Updated : 2023-12-01
Read more

97. Marah

"Mas, bisakah kau membawa Afnan ke taman kota hari ini?""Kenapa, ada apa?""Aku hanya ingin bertemu dengannya.""Kenapa tidak ke rumah saja?""Aku sekalian ada pekerjaan di arah sana. Kalau tidak bisa ya sudahlah, lain kali saja""Mau jam berapa, aku usahakan.""Sekitar jam satu, Mas.""Iya, nanti aku kabari."Aku menutup panggilanku, aku mengharap bisa bertemu mas Bara hari ini.Aku tidak mau bertemu berdua, makanya aku menggunakan Afnan. Semoga dengan adanya Afnan diantara kami, mas Bara tidak akan marah saat aku membicarakan perbuatan Antika di luar rumah.Aku berharap dengan cemas, sepanjang hari aku berdoa supaya usahaku akan membuahkan hasil yang baik. Semoga mas Bara bisa menerima kenyataan dan memikirkan kebaikan untuk ke depannya."Aku tidak bisa menemanimu, Aruna. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku dengan mas Yusuf. Kamu hati-hati saat berhadapan dengan Bara. Jika darurat kamu segera meneleponku atau mas Yusuf. Pokoknya kamu harus hati-hati.""Ok, siap."Sebelum menelepon m
last updateLast Updated : 2023-12-01
Read more

98. Pasrah

"Jangan sedih, Aruna. Biarkan Bara terus menganggap dirinya benar. Dia juga yang akan sakit nantinya. Dia begitu percaya pada orang yang tidak layak untuk di percaya.""Aku sedih karena mas Bara sama sekali tidak percaya padaku malah dia menganggapku yang tidak-tidak, Mbak.""Mau bagaimana lagi, mungkin jika ada orang lain yang memberi tahunya, baru Bara akan percaya atau saat dia melihat dengan mata kepalanya sendiri.""Saat ini aku tidak bisa melakukan apa-apa, Mbak. Bagaimana aku bisa meyakinkan mas Bara.""Tidak bisa, Aruna. Cintanya yang begitu besar pada Antika sudah membutakan mata hatinya. Kau tidak bisa memaksakan dirimu.""Pasti Antika akan semakin semaunya saat tidak ada seorang pun yang bisa menghalanginya. Dia sudah menginjak-injak harga diri keluarga mas Bara.""Mau bagaimana lagi?"Mbak Alya mengakhiri panggilannya setelah dia merasakan mual, aku mendengar dia sudah ingin muntah makanya aku minta untuk mematikan hpnya.Seharusnya aku tidak bisa tinggal diam tapi apa yang
last updateLast Updated : 2023-12-02
Read more

99. Hancur Sudah

Sungguh tak pernah kubayangkan sebelumnya, jika suatu saat aku akan menerima cincin pertunangan yang disematkan Abid di jari manisku."Selamat, Aruna. Ternyata cerita cinta sejati itu benar-benar ada ya. Ingat nggak bagaimana Abid selalu mengejar-ngejarmu hanya demi mendapatkan cintamu dan akhirnya perjuangannya berujung manis, oh ...so sweet ... "Arum menggodaku.Malam ini aku resmi bertunangan dengan Abid. Acara diselenggarakan di rumah mbak Alya. Bukan karena apa-apa tapi untuk kebaikan bersama. Ayahnya Abid belum benar-benar kuat untuk perjalanan ke rumah orang tuaku jadi lebih baik acara pertunanganku diadakan di rumah mbak Alya saja. Abid membawa kedua orang tua kandungnya dan kedua orang tua angkatnya di tambah Bu Farida. Istimewa sekali bukan, Abid benar-benar hidup dalam limpahan kasih sayang. Stafnya juga banyak yang ikut, termasuk Arum yang sangat bersuka cita untukku. Acara usai pukul sebelas malam. Pihak keluarga Abid sudah berpamitan untuk pulang. Semua mengucapkan se
last updateLast Updated : 2023-12-02
Read more

100. Hilang

"Bagaimana ini, Mas?"Tubuhku terasa tak bertulang, lemas tak berdaya. Mas Yusuf menatapku iba. Delapan jam pencarian, kami tidak mendapatkan petunjuk sedikit pun. Entah mas Bara dan keluarganya pergi ke mana. Mama Resti pun mengabarkan hal yang sama bahkan mereka sudah melapor ke kantor polisi. Konyol memang, tidak masuk akal jika satu keluarga hilang bersamaan. Aku tak habis pikir."Sepertinya kita harus menghentikan pencarian ini untuk sementara, Aruna. Kita harus bersabar. Namun secara perlahan kita akan mengadakan pencarian lagi."Aku menghela napas yang terasa sesak di dadaku. "Aku mengkhawatirkan Afnan, Mas. Bagaimana keadaannya.""Semua juga merasakan hal sama Aruna. Percayalah, Bara akan menjaga Afnan. Ingatlah, dia tetap ayahnya."Aku mengangguk, mencoba mengerti."Ma, jika ada kabar terbaru segera hubungi aku. Kami belum bisa mendapatkan petunjuk apa-apa."Aku menyentuh tombol send dan pesanku terkirim untuk mama Resti. Aku mengharap mama Resti berhasil mendapatkan petunj
last updateLast Updated : 2023-12-03
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status