Share

96. Kasihan Kamu

Author: Tutyas
last update Last Updated: 2023-12-01 00:46:15
Aku sudah menyelesaikan pembayaran di kasir, Wati kusuruh membawa berapa kantong plastik berisi belanjaan kebutuhan dapur dan kain-lain.

"Tunggu aku di parkiran ya, Wat. Aku mau ke toilet dulu."

"Iya, Bu."

Aku melangkah santai menuju toilet, menyelesaikan urusanku kemudian kembali untuk segera menyusul Wati.

"An ...!"

Aku membekap mulutku sendiri, untung saja aku tidak jadi teriak saat kulihat Antika memasuki swalayan yang sama di mana aku juga belanja tadi.

Ternyata Antika tidak sendiri, dia berdua. Dan sangat tidak salah jika yang kulihat ini benar-benar orang yang sama yang tak sengaja kulihat di hotel bersama Antika beberapa hari yang lalu.

Aku segera mengirim pesan pada Wati.

"Aku ada keperluan mendadak, kau bisa minum es dulu atau apa. Yang jelas kita belum bisa pulang sekarang."

"Iya, Bu."

Wati langsung membalas dan aku pun langsung melanjutkan buruanku.

Aku melihat Antika menuju arah dalam. Dia sedang memilih-milih celana jeans bersama lelaki itu. Diam-diam aku memfotonya. Den
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Berikan Suamimu Untukku, Mbak   97. Marah

    "Mas, bisakah kau membawa Afnan ke taman kota hari ini?""Kenapa, ada apa?""Aku hanya ingin bertemu dengannya.""Kenapa tidak ke rumah saja?""Aku sekalian ada pekerjaan di arah sana. Kalau tidak bisa ya sudahlah, lain kali saja""Mau jam berapa, aku usahakan.""Sekitar jam satu, Mas.""Iya, nanti aku kabari."Aku menutup panggilanku, aku mengharap bisa bertemu mas Bara hari ini.Aku tidak mau bertemu berdua, makanya aku menggunakan Afnan. Semoga dengan adanya Afnan diantara kami, mas Bara tidak akan marah saat aku membicarakan perbuatan Antika di luar rumah.Aku berharap dengan cemas, sepanjang hari aku berdoa supaya usahaku akan membuahkan hasil yang baik. Semoga mas Bara bisa menerima kenyataan dan memikirkan kebaikan untuk ke depannya."Aku tidak bisa menemanimu, Aruna. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku dengan mas Yusuf. Kamu hati-hati saat berhadapan dengan Bara. Jika darurat kamu segera meneleponku atau mas Yusuf. Pokoknya kamu harus hati-hati.""Ok, siap."Sebelum menelepon m

    Last Updated : 2023-12-01
  • Berikan Suamimu Untukku, Mbak   98. Pasrah

    "Jangan sedih, Aruna. Biarkan Bara terus menganggap dirinya benar. Dia juga yang akan sakit nantinya. Dia begitu percaya pada orang yang tidak layak untuk di percaya.""Aku sedih karena mas Bara sama sekali tidak percaya padaku malah dia menganggapku yang tidak-tidak, Mbak.""Mau bagaimana lagi, mungkin jika ada orang lain yang memberi tahunya, baru Bara akan percaya atau saat dia melihat dengan mata kepalanya sendiri.""Saat ini aku tidak bisa melakukan apa-apa, Mbak. Bagaimana aku bisa meyakinkan mas Bara.""Tidak bisa, Aruna. Cintanya yang begitu besar pada Antika sudah membutakan mata hatinya. Kau tidak bisa memaksakan dirimu.""Pasti Antika akan semakin semaunya saat tidak ada seorang pun yang bisa menghalanginya. Dia sudah menginjak-injak harga diri keluarga mas Bara.""Mau bagaimana lagi?"Mbak Alya mengakhiri panggilannya setelah dia merasakan mual, aku mendengar dia sudah ingin muntah makanya aku minta untuk mematikan hpnya.Seharusnya aku tidak bisa tinggal diam tapi apa yang

    Last Updated : 2023-12-02
  • Berikan Suamimu Untukku, Mbak   99. Hancur Sudah

    Sungguh tak pernah kubayangkan sebelumnya, jika suatu saat aku akan menerima cincin pertunangan yang disematkan Abid di jari manisku."Selamat, Aruna. Ternyata cerita cinta sejati itu benar-benar ada ya. Ingat nggak bagaimana Abid selalu mengejar-ngejarmu hanya demi mendapatkan cintamu dan akhirnya perjuangannya berujung manis, oh ...so sweet ... "Arum menggodaku.Malam ini aku resmi bertunangan dengan Abid. Acara diselenggarakan di rumah mbak Alya. Bukan karena apa-apa tapi untuk kebaikan bersama. Ayahnya Abid belum benar-benar kuat untuk perjalanan ke rumah orang tuaku jadi lebih baik acara pertunanganku diadakan di rumah mbak Alya saja. Abid membawa kedua orang tua kandungnya dan kedua orang tua angkatnya di tambah Bu Farida. Istimewa sekali bukan, Abid benar-benar hidup dalam limpahan kasih sayang. Stafnya juga banyak yang ikut, termasuk Arum yang sangat bersuka cita untukku. Acara usai pukul sebelas malam. Pihak keluarga Abid sudah berpamitan untuk pulang. Semua mengucapkan se

    Last Updated : 2023-12-02
  • Berikan Suamimu Untukku, Mbak   100. Hilang

    "Bagaimana ini, Mas?"Tubuhku terasa tak bertulang, lemas tak berdaya. Mas Yusuf menatapku iba. Delapan jam pencarian, kami tidak mendapatkan petunjuk sedikit pun. Entah mas Bara dan keluarganya pergi ke mana. Mama Resti pun mengabarkan hal yang sama bahkan mereka sudah melapor ke kantor polisi. Konyol memang, tidak masuk akal jika satu keluarga hilang bersamaan. Aku tak habis pikir."Sepertinya kita harus menghentikan pencarian ini untuk sementara, Aruna. Kita harus bersabar. Namun secara perlahan kita akan mengadakan pencarian lagi."Aku menghela napas yang terasa sesak di dadaku. "Aku mengkhawatirkan Afnan, Mas. Bagaimana keadaannya.""Semua juga merasakan hal sama Aruna. Percayalah, Bara akan menjaga Afnan. Ingatlah, dia tetap ayahnya."Aku mengangguk, mencoba mengerti."Ma, jika ada kabar terbaru segera hubungi aku. Kami belum bisa mendapatkan petunjuk apa-apa."Aku menyentuh tombol send dan pesanku terkirim untuk mama Resti. Aku mengharap mama Resti berhasil mendapatkan petunj

    Last Updated : 2023-12-03
  • Berikan Suamimu Untukku, Mbak   101. Maafkan Aku Abid

    "Sebenarnya aku ingin menyampaikan sesuatu padamu dan juga keluargamu, Aruna.""Ada apa?""Aku akan menundanya sampai masalahmu selesai.""Jangan kau buat aku merasa bersalah padamu, Abid.""Tidak, jika aku meneruskannya berarti aku yang akan terus merasa bersalah. Maafkan aku."Aku menatap Abid dengan bertanya-tanya. Mengapa dia tidak mau mengatakan maksud kedatangannya malam ini di rumahku. Apakah ada hubungannya dengan Afnan atau yang lainnya.Aku dan Abid terdiam, suasana hening menghiasi pertemuan kami malam ini. Ini adalah kali pertana aku berjumpa dengan Abid setelah pertunangan itu. Sebelumnya Abid tidak tahu jika aku sedang ada masalah tapi karena mas Yusuf memberi taunya akhirnya Abid datang mengunjungiku malam ini setelah beberapa hari dia berada di luar kota."Maaf jika mas Yusuf yang memberi tahumu. Sungguh aku tak tahu harus bagaimana untuk memberi tahukan ini padamu. Aku tidak ingin mengganggu pekerjaan dan perjalananmu.""Seharusnya kau katakan saja aku tak mengapa. Tap

    Last Updated : 2023-12-03
  • Berikan Suamimu Untukku, Mbak   102. Selin

    Aku beberapa kali mencoba menghubungi Arum namun sayang nomornya sedang tidak aktif. Mungkin Arum sedang ada pekerjaan penting. Aku meninggalkan pesan untuknya. Sepanjang waktu hatiku dag dig dug menanti balasan dari Arum. Ada apa Arum meneleponku sampai beberapa kali tadi?Aku tidak sempat melihat hpku karena aku sedang terlibat percakapan serius dengan Abid. Percakapan yang membawaku ke sebuah keputusan penting dalam hidupku. Yah, aku memutuskan segera menikah dengannya. Semoga apa yang sudah kuputuskan ini tidak salah. Aku berdoa dalam hati."Iya, Arum. Maaf aku tidak mengangkat panggilanmu tadi. Aku sedang bersama Abid tadi."Aku buru-buru memberikan keterangan saat mengangkat telepon dari Arum."Di mana Abid sekarang?""Dia tadi bilang akan ke rumah orang tuanya. Apa ada sesuatu yang sangat penting, Arum?"Aku mendengar Arum berdecak kesal.Aku berpikir buruk."Ada apa, Rum? Apa yang terjadi, di kantor atau di ...""Tidak Aruna, tidak ada masalah dalam hal pekerjaan. Tapi ...."A

    Last Updated : 2023-12-04
  • Berikan Suamimu Untukku, Mbak   103. Harapanku

    Aku beringsut pelan dari tempatku duduk, berjalan sedikit berjingkat supaya tidak menarik perhatian mereka berdua. Saat sudah agak jauh dari Abid dan Selin, aku menoleh ke arah mereka yang tampak masih bicara dengan serius. Sepertinya mereka tidak menyadari ada aku di sana tadi.Aku melihat layar hpku yang sudah mati, mungkin Antika sudah bosan menungguku menerima panggilannya, aku terlambat mengangkat teleponnya. Salah dia juga tidak mengirimiku pesan terlebih dulu. Eh, aku tidak boleh marah pada Antika. Seharusnya aku berterima kasih padanya karena dia sudah bersedia menghubungiku. Meskipun Antika itu ada udang di balik batu. Aku menyentuh tombol panggil nomor Antika yang baru, aku menunggu dan dia juga tidak segera mengangkatnya. Aku jeda tiga menit dan aku meneleponnya kembali."Hai Mbak Aruna. Kenapa tidak cepat tadi.""Tadi aku ada keperluan juga Antika. Share lock saja lokasimu, aku akan menjemput Afnan.""Kau kira akan semudah itu, akan kulakukan jika kau ingin melihat mayatku

    Last Updated : 2023-12-04
  • Berikan Suamimu Untukku, Mbak   104. Kehilangan Jejak

    "Kau ceroboh, Aruna. Kenapa kau tak segera mengatakan padaku atau mas Yusuf saat kau bisa berhubungan dengan Antika?""Maaf, Mbak. Aku begitu percaya padanya, aku tidak menyangka dalam beberapa hari saja nomor yang di pakai Antika tidak aktif. Apa mungkin dia ketahuan dan mas Bara memaksanya untuk membuang nomornya?""Entahlah, Aruna. Kau saja tidak tahu apa lagi aku."Tampak sekali mbak Alya kecewa saat aku menemuinya untuk mengatakan aku kehilangan jejak Afnan. Aku menyesal, saat ini aku percaya pada Antika dan aku juga sedang sibuk mengurus persiapan kedatangan orang tua Abid untuk menentukan hari pernikahanku di rumah ayah dan ibuku. Aku terlena dan hanya menunggu kabar darinya tanpa menanyakan sesuatu apa padanya. Antika sudah tidak menghubungiku dalam beberapa hari ini dan aku baru menyadarinya. Aku fokus pada urusan pernikahanku."Sebarusnya kau bilang pada kami kalau kau ada rencana bersama Antika, setidaknya kau memberikan nomor Antika jadi saat kau sibuk dan tak ada waktu ka

    Last Updated : 2023-12-05

Latest chapter

  • Berikan Suamimu Untukku, Mbak   131. Kau Putraku, Afnan.

    "Apakah itu kewajibanku, Ayah? Apakah aku harus tinggal bersama Ayah?"Pertanyaan Afnan membuat aku tercekat."Aku ayahmu, Nak. Dan aku ingin sekali merawat dan membesarkanmu. Aku ingin mengurusmu sampai kau dewasa, sampai kau bisa meraih semua yang kau inginkan. Aku tahu kau disini tinggal bersama dengan ibumu. Aku yakin kau tidak kekurangan kasih sayang dari ayahmu. Dan kebahagiaanmu semakin lengkap saat hadirnya adik perempuanmu. Tapi lihatlah ayah, Nak. Aku juga ingin bersama dirimu. Ayah hanya punya Ibu Antika, Oma dan Opa. Ayah ingin ada anak kecil di rumah ayah. Ayah ingin ada yang meneruskan nama ayah kelak. Apa kau merasa keberatan atau ada yang melarangmu untuk ikut dengan ayahmu ini?"Mas Bara sudah memulainya, itu membuat hatiku kian teriris. Aku tidak tega menempatkan Afnan kecilku di posisi ini. Aku yakin dia sedang kebingungan untuk memberikan jawaban untuk ayahnya. Maafkan Ibu Afnan, ibu sudah menyeretmu ke dalam urusan orang dewasa yang seharusnya kau belum boleh menge

  • Berikan Suamimu Untukku, Mbak   130. Tenangkan aku

    "Kenapa Ibu terus memelukku, apa ibu akan pergi meninggalkanku?"Tanya Afnan. "Ibu mau ke mana? Ibu yang takut jika kamu meninggalkan ibu.""Aku anak kecil, Bu. Aku mau ke mana? Kalau aku besar nanti mungkin aku akan meninggalkan ibu untuk pergi ke sekolah tinggi atau pergi bekerja. Kalau sekarang mana mungkin aku pergi Bu. Naik bus sendiri saja aku belum berani."Celoteh Afnan membuatku tersenyum tapi hanya di bibir, nyatanya terasa terluka di hati. Apakah Afnan akan mengucapkan itu saat mas Bara datang menjemputnya besok? Aku tidak berani berharap, mas Bara adalah ayahnya. Mungkin Afnan juga sedang mendamba untuk bisa dekat dekat dengan sosok ayahnya. Meski dia tak pernah mengatakan padaku tapi aku tahu Afnan juga sangat menyayangi ayahnya.Masih terngiang di telingaku kalimat Antika tadi pagi."Hari ini kami menjemput mas Bara, Mbak. Dan tunggu kabar selanjutnya. Kami akan segera datang untuk menjemput Afnan."Aku tidak menjawab Antika. Dan kemudian Antika memutuskan sambungan te

  • Berikan Suamimu Untukku, Mbak   129. Kubawa Pada Siapa Luka ini

    "Satu Minggu lagi aku pulang, Aruna."Kalimat yang seharusnya biasa saja di terima oleh telingaku demikian pun saat tersampaikan ke syaraf otakku. Tetapi tidak seperti yang kurasakan. Di dalam kalimat sederhana itu tersimpan ribuan pertanyaan, kemungkinan, harapan dan lain-lain dan itu berkecamuk jadi satu di dalam hatiku."Iya, Mas."Jawabku lemah."Kau sudah tahu maksudku bukan?""Iya, tahu.""Kau sudah bilang pada Afnan.""Belum."Aku menjawab dengan jujur pertanyaan mas Bara. Aku memang belum mengatakan apa pun terkait tentang permintaan mas Bara untuk membawa Afnan ke rumahnya. Aku tidak tahu harus mengatakan apa pada Afnan. Ada kalanya aku ingin menyinggungkan masalah ini, menyisipkan sedikit saat kami mengobrol bersama tapi sungguh hati ini tidak tega sama sekali. Apa lagi saat kulihat betapa Afnan semakin menyayangi adiknya yang sudah pandai di ajaknya bermain bersama, terlebih saat kudengar untaian doa yang selalu di panjatkan Afnan saat sedang shalat di rumah. Tidak henti-

  • Berikan Suamimu Untukku, Mbak   128. Maafkan Ibu

    Pagi ini aku sudah tidak melihat Afnan di tempat tidurnya, hatiku berdebar. Mengapa sepagi ini dia sudah meninggalkan tempat tidurnya?Aku mencoba melihat kamar mandinya, juga sudah kosong tapi lantainya sudah basah dan suhu ruangannya terasa hangat, berarti Afnan sudah mandi pagi.Aku tidak memanggilnya tapi aku terus mencarinya. Sampai lah aku ke halaman depan, aku mengira dia ada janji dengan temannya untuk jalan lagi. Ternyata tidak ada. Sandal yang biasa dipakainya untuk ke luar rumah masih tergeletak di tempatnya. Aku kembali masuk. Terdengar sayup suara lantunan ayat suci Alquran. Siapa yang mengaji, Abid kah? Tentu bukan karena aku tahu Abid belum bangun dari tidurnya."Aamiin ..."Aku melihat Afnan mengusapkan kedua telapak tangannya ke wajahnya, dia mengakhiri bacaannya."Ya, Allah ... Semoga Ayah dan ibuku selalu Kau beri kesehatan, lindungi lah mereka selalu. Semoga mereka selalu menyayangiku, aku tidak ingin kehilangan cinta ayah dan Ibuku. Jika aku ada kesalahan, semoga m

  • Berikan Suamimu Untukku, Mbak   127. Bersiap Untuk Berpisah

    Abid belum juga kembali. Dadaku terasa penuh sesak. Aku menatap kedua buah hatiku yang sedang terlelap. Wajah-wajah polos tanpa dosa. Haruskah nanti mereka hidup terpisah, apa yang akan aku katakan pada mereka kelak?Aku menghapus air mata yang mengalir begitu saja. Tidak seharusnya aku menangis lagi. Apa kurang cukup untukku bersedih selama ini?Aku bangkit, aku harus melakukan sesuatu sejak dini untuk Afnan. Afnan akan terpisah dariku, dia harus bisa melakukan apa pun tanpaku. Kembali aku meratap. Antara menerima dan melawan perasaan hatiku."Ayo Afnan, kau harus segera bangun. Jangan bermalas-malasan begitu. Saat kau sudah membuka mata, jangan sampai kau menghabiskan waktu dengan berbaring saja. Kau harus segera mengerjakan apa yang seharusnya kau kerjakan.""Tapi aku masih mengantuk, Bu.""Kau sudah bangun dan nanti malam lagi kau bisa tidur dengan waktu yang lebih lama. Kau harus makan dan bersiap ke tempat les.""Iya, Bu."Sebenarnya hatiku sangat sakit saat mengucapkan itu. Bias

  • Berikan Suamimu Untukku, Mbak   126. Permintaan yang Berat

    Abid menggendong Amayra yang sepertinya mulai mengantuk, sebotol susu mengantarkan tidur Amayra dalam gendongan ayahnya.Aku enggan beranjak meninggalkan Afnan yang sedang bersama mas Bara. Detak jantungku seakan terus berpacu mengiringi obrolan demi obrolan ayah dan anak yang tak satu pun terlewatkan olehku. Aku tidak mau mas Bara mempengaruhi Afnan untuk ikut bersamanya. Sungguh aku tidak akan rela.Sejauh ini sudah banyak yang mereka obrolkan tetapi belum sampai pada kalimat permintaan mas Bara. Aku tidak tahu kenapa. Apa belum saat ini, karena mas Bara merasa masih harus meneruskan masa tahanannya terlebih dahulu. Aku tidak menanyakan kapan dia akan resmi ke luar. Aku membatasi komunikasiku seperti membatasi hubunganku dengannya atau keluarganya."Sudah kamu tidurkan?"Tanyaku pada Abid yang kembali tanpa membawa Amayra."Iya, sudah. Kenapa kau tidak ke belakang sama sekali.""Itu," jawabku sambil mengarahkan daguku pada Afnan yang sedang duduk di pangkuan ayahnya."Kenapa, Afnan t

  • Berikan Suamimu Untukku, Mbak   125. Biarkan Semua Berlalu

    "Oek ....oek ...."Tepatnya tujuh tahun yang lalu telingaku mendengar jerit tangis bayi yang kulahirkan dan hari ini untuk kedua kalinya aku mendengar jerit tangis itu kembali. Adik Afnan sudah menghirup udara bebas, tangisnya melengking memecah malam. Tepat jam tiga dini hari, bayi mungil berjenis kelamin perempuan hadir ke dunia ini dan menyandang status sebagai putri dari pasangan suami istri Abid dan Aruna.Tidak ada perasaan sedih dan duka nestapa sepeti waktu dulu, hanya ada rasa syukur dan bahagia yang tiada tara untuk kelahiran putri cantikku ini. Abid tidak meninggalkanku barang sedetik pun dari awal aku mulai merasakan kontraksi, dia selalu berada disisiku untuk selalu memberiku support.""Wati, jika bangun nanti bilang pada Afnan, adiknya sudah lahir, perempuan. Minta mang Arman untuk mengantarkan kalian ke rumah sakit ya?"Aku segera menghubungi Wati yang kutinggal di rumah karena harus menjaga Afnan. Aku mengajak Ibu untuk membantuku, ibunya Abid tidak bisa menemaniku kare

  • Berikan Suamimu Untukku, Mbak   124. Aku Bukan Aruna yang Dulu

    Aku hanya bisa menggigit bibir dan sesekali memejamkan mataku, semua terjadi karena pemandangan yang berada di depan mataku. Tingkah Selin membuatku ingin sekali melukis mukanya dengan ribuan s*ya*an. Di dalam dadaku terdengar gemuruh amarah yang saling bersahutan. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana Abid berusaha menghindari Selin, Abid tahu aku memperhatikannya dari tempatku ini. Tapi memang Selin yang sengaja bertingkah seperti *alang. Dari pintu masuk kulihat tangan Selin sudah bergelayut manja seperti Abid yang berjalan di sisinya itu adalah suami atau kekasihnya. Aku pun tahu dia sedang menebar pesonanya pada suamiku. "Ini tempat umum, tidak pantas kau seperti ini, Selin.""Ini masih termasuk wilayah pabrik kita. Apa salahnya, bukankah ini ibarat rumah kita sendiri.""Tapi apa kau tak malu, akan banyak yang berpikir negatif tentang kita. Kita ini rekan kerja dan aku adalah pria yang sudah beristri.""Sudah jadi hal yang biasa jika pengusaha muda sepertimu tidak c

  • Berikan Suamimu Untukku, Mbak   123. Pilihan Hidup

    Aku mengajak mama masuk, aku ingin segera bertemu mas Bara dan mengakhiri pertemuan hari ini. Aku juga tidak tahu kapan akan bisa bertemu kembali. Tapi yang jelas hari ini aku harus bertemu dengan mas Bara, mantan suamiku. Mas Bara tidak lagi berambut panjang, penampilannya sedikit rapi. Tapi badannya semakin kurus dan tatapannya begitu layu. Mas Bara tersenyum melihat kedatanganku."Apa kabar, Mas?""Seperti.yang kau lihat, bagaimana denganmu?""Sama, seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja. Aku ke sini karena ingin meminta maaf padamu, aku tidak bisa hadir di persidanganmu Mas. Aku sedang dalam masalah waktu itu.""Tidak apa-apa Aruna, semua sudah selesai.""Dan aku tidak bisa memberikan bantuan untukmu sedikitpun."Mas Bara berdecak, entah kesal entah menyesal. Aku melirik nama Resti yang duduk di sampingku sementara mas Bara ada di hadapanku."Sepertinya tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan mas, aku tadi sudah panjang lebar bercerita dengan Mama. Mama bisa menyambungnya de

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status