Home / Romansa / Berikan Suamimu Untukku, Mbak / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Berikan Suamimu Untukku, Mbak: Chapter 101 - Chapter 110

131 Chapters

101. Maafkan Aku Abid

"Sebenarnya aku ingin menyampaikan sesuatu padamu dan juga keluargamu, Aruna.""Ada apa?""Aku akan menundanya sampai masalahmu selesai.""Jangan kau buat aku merasa bersalah padamu, Abid.""Tidak, jika aku meneruskannya berarti aku yang akan terus merasa bersalah. Maafkan aku."Aku menatap Abid dengan bertanya-tanya. Mengapa dia tidak mau mengatakan maksud kedatangannya malam ini di rumahku. Apakah ada hubungannya dengan Afnan atau yang lainnya.Aku dan Abid terdiam, suasana hening menghiasi pertemuan kami malam ini. Ini adalah kali pertana aku berjumpa dengan Abid setelah pertunangan itu. Sebelumnya Abid tidak tahu jika aku sedang ada masalah tapi karena mas Yusuf memberi taunya akhirnya Abid datang mengunjungiku malam ini setelah beberapa hari dia berada di luar kota."Maaf jika mas Yusuf yang memberi tahumu. Sungguh aku tak tahu harus bagaimana untuk memberi tahukan ini padamu. Aku tidak ingin mengganggu pekerjaan dan perjalananmu.""Seharusnya kau katakan saja aku tak mengapa. Tap
last updateLast Updated : 2023-12-03
Read more

102. Selin

Aku beberapa kali mencoba menghubungi Arum namun sayang nomornya sedang tidak aktif. Mungkin Arum sedang ada pekerjaan penting. Aku meninggalkan pesan untuknya. Sepanjang waktu hatiku dag dig dug menanti balasan dari Arum. Ada apa Arum meneleponku sampai beberapa kali tadi?Aku tidak sempat melihat hpku karena aku sedang terlibat percakapan serius dengan Abid. Percakapan yang membawaku ke sebuah keputusan penting dalam hidupku. Yah, aku memutuskan segera menikah dengannya. Semoga apa yang sudah kuputuskan ini tidak salah. Aku berdoa dalam hati."Iya, Arum. Maaf aku tidak mengangkat panggilanmu tadi. Aku sedang bersama Abid tadi."Aku buru-buru memberikan keterangan saat mengangkat telepon dari Arum."Di mana Abid sekarang?""Dia tadi bilang akan ke rumah orang tuanya. Apa ada sesuatu yang sangat penting, Arum?"Aku mendengar Arum berdecak kesal.Aku berpikir buruk."Ada apa, Rum? Apa yang terjadi, di kantor atau di ...""Tidak Aruna, tidak ada masalah dalam hal pekerjaan. Tapi ...."A
last updateLast Updated : 2023-12-04
Read more

103. Harapanku

Aku beringsut pelan dari tempatku duduk, berjalan sedikit berjingkat supaya tidak menarik perhatian mereka berdua. Saat sudah agak jauh dari Abid dan Selin, aku menoleh ke arah mereka yang tampak masih bicara dengan serius. Sepertinya mereka tidak menyadari ada aku di sana tadi.Aku melihat layar hpku yang sudah mati, mungkin Antika sudah bosan menungguku menerima panggilannya, aku terlambat mengangkat teleponnya. Salah dia juga tidak mengirimiku pesan terlebih dulu. Eh, aku tidak boleh marah pada Antika. Seharusnya aku berterima kasih padanya karena dia sudah bersedia menghubungiku. Meskipun Antika itu ada udang di balik batu. Aku menyentuh tombol panggil nomor Antika yang baru, aku menunggu dan dia juga tidak segera mengangkatnya. Aku jeda tiga menit dan aku meneleponnya kembali."Hai Mbak Aruna. Kenapa tidak cepat tadi.""Tadi aku ada keperluan juga Antika. Share lock saja lokasimu, aku akan menjemput Afnan.""Kau kira akan semudah itu, akan kulakukan jika kau ingin melihat mayatku
last updateLast Updated : 2023-12-04
Read more

104. Kehilangan Jejak

"Kau ceroboh, Aruna. Kenapa kau tak segera mengatakan padaku atau mas Yusuf saat kau bisa berhubungan dengan Antika?""Maaf, Mbak. Aku begitu percaya padanya, aku tidak menyangka dalam beberapa hari saja nomor yang di pakai Antika tidak aktif. Apa mungkin dia ketahuan dan mas Bara memaksanya untuk membuang nomornya?""Entahlah, Aruna. Kau saja tidak tahu apa lagi aku."Tampak sekali mbak Alya kecewa saat aku menemuinya untuk mengatakan aku kehilangan jejak Afnan. Aku menyesal, saat ini aku percaya pada Antika dan aku juga sedang sibuk mengurus persiapan kedatangan orang tua Abid untuk menentukan hari pernikahanku di rumah ayah dan ibuku. Aku terlena dan hanya menunggu kabar darinya tanpa menanyakan sesuatu apa padanya. Antika sudah tidak menghubungiku dalam beberapa hari ini dan aku baru menyadarinya. Aku fokus pada urusan pernikahanku."Sebarusnya kau bilang pada kami kalau kau ada rencana bersama Antika, setidaknya kau memberikan nomor Antika jadi saat kau sibuk dan tak ada waktu ka
last updateLast Updated : 2023-12-05
Read more

105. Bahagiaku dan Sedihku

Besok adalah hari yang sangat kunantikan. Bukan cuma aku tapi seluruh keluargaku. Semua bersuka cita karena aku akan menikah dengan Abid. Pria baik yang datang melamarku setelah bermacam aral dan rintangan yang selalu menghalangi niat baiknya untuk mempersuntingku. Pria baik dengan keluarga yang baik pula. Mereka menerima keadaanku. Aku yang sudah pernah menikah dan mempunyai satu anak dari pernikahan pertamaku.Aku menutupi hatiku yang sedih dengan selalu tersenyum meski itu adalah senyum palsu. Aku tidak ingin ada yang kecewa karena calon pengantin sedang berduka.Bagaimana aku tidak bersedih, bagaimana aku tidak berduka jika di hari bahagiaku, Afnan anakku belum juga diketemukan. Segala daya upaya yang dilakukan oleh pihak mas Yusuf, pihak mama Resti dan juga pihak Abid nihil sampai sekarang."Aku ingin bertemu denganmu, tapi aku malu. Rumahmu ramai orang""Kau di mana? Mana Afnan?""Aku tidak jauh dari sini, Afnan sudah tidur.""Share lock, aku datang."Tak ada sedikit pun ada ras
last updateLast Updated : 2023-12-05
Read more

106. Marah

Ya Allah, ada apa sebenarnya dengan mas Bara. Aku menatap Afnan dengan begitu iba. Anakku sudah seperti anak jalanan yang tak terurus. Badannya kotor, bajunya lusuh penuh keringat dan dia terlihat kelaparan sekali. Dua roti selai ukuran besar habis disantapnya begitu juga minuman rasa susu tersisa sedikit saja, membuktikan jika perutnya sedang menderita sekali."Kenyang, Nak."Tanyaku diantara deru mesin sepeda motor."Sudah, Bu. Ibu aku mau dibawa pulang ke mana?""Ke rumah kakek-nenek.""Benar, Bu? Hore, Afnan senang sekali. Ibu sekarang tinggal sama kakak-nenek ya?""Nggak.""Lalu kenapa ibu di sana?"Aku tidak menjawab pertanyaan Afnan karena kami sudah sampai di depan rumah. Aku membayar ongkos ojek dan melihat Afnan keheranan melihat tenda dan dekorasi."Ada acara apa di rumah Kakek, Bu?"Aku menggendong Afnan memasuki halaman yang sudah sunyi. Semua tampak sudah tertidur, ada yang di bangku dan ada yang di tikar. Aku harap pintu tidak di kunci dan aku bisa masuk."Dari mana kau
last updateLast Updated : 2023-12-06
Read more

107. Sebelum Pernikahan

"Ayo Aruna, kita ke kamar saja kau harus tidur. Ini sudah jam tiga lebih. Kau harus istirahat. Besok adalah hari pernikahanmu."Mbak Alya menuntunku menuju kamar. Kulihat pangeran kecilku terlelap di sana, aku segera memeluknya. "Cepatlah tidur. Kau harus bangun pagi-pagi. Jangan khawatirkan Afnan. Aku akan mengurusnya besok. Dia akan menjelma menjadi pangeran tampan yang akan menemanimu di pelaminan."Mbak Alya berucap sambil menutup pintu. Berulangkali aku mencium pipi kotor milik Afnan. Pantas saja pangeran tampanku seperti ini keadaannya, ternyata ayahnya membawanya lari ke sana ke mari karena dia dalam pencarian polisi."Mengapa kau sampai melakukan perbuatan itu, Mas. Setan apa yang telah merasukimu sampai tega pada Antika yang katanya sangat kau cinta itu."Rintihku dalam hati.Aku memikirkan sedang apa mas Bara sekarang ini. Dia mau lari ke mana? Sepertinya dia sudah tidak punya uang lagi. Kalau dia punya uang, dia pasti membelikan makanan untuk Afnan saat itu tapi dia malah m
last updateLast Updated : 2023-12-06
Read more

108. Pernikahanku

Aku sedang dirias di dalam kamarku ditemani oleh mbak Alya. Melihat bayangan diri yang sulit kukenal membuat diriku dibuai angan. Mengapa aku seolah akan menghadapi sesuatu yang tak pernah kualami dalam hidupku. Dadaku terus berdebar-debar. Sungguh aku tak ingat lagi bagaimana perasaanku dulu saat akan menikah dengan mas Bara. Sepertinya aku tidak merasakan perasaan seperti ini.Sudah berapa hari aku tidak bertemu Abid, apakah dia akan tetap seperti sebelum kami di larang untuk bertemu karena persiapan pernikahan. Aku tersenyum membayangkan pertemuanku nanti. Sumpah, aku merindukan Abid."Pengantin sudah datang."Ada suara seseorang dari arah luar kamar, aku tidak tahu siapa yang memberitahukan kedatangan rombongan pengantin pria itu. Aku sibuk menata hatiku. Aku benar-benar merasa grogi. Aku tidak ingat lagi apa dulu sewaktu mau menikah dengan mas Bara aku merasa grogi juga seperti saat ini?Aku ke luar kamar dituntun oleh mbak Alya. Aku tidak menyangka jika semua sudah hadir di tempa
last updateLast Updated : 2023-12-07
Read more

109. Diantara Mereka

"Bukan kami menolak keinginan Ayah dan Ibu. Sebelumnya kami memang sudah sempat sepakat untuk tidak tinggal di rumah orang tua. Mau bagaimana lagi, aku anak tunggal dan Aruna anak bungsu. Orang tua masing-masing menghendaki untuk tinggal bersama mereka. Dari pada kami tidak adil, lebih baik aku membawa Aruna ke rumahku, Bu. Afnan juga akan dekat dengan sekolahnya. Maafkan kami ya, Bu, Ayah ...""Baiklah, Abid. Kalau memang itu sudah menjadi keputusan kalian. Sebenarnya kami sangat senang kalian ada di sini. Rumah menjadi ramai. Tapi sebentar lagi suasana akan kembali seperti dulu, kami hanya berdua saja dan ayahmu pun sering pergi untuk bekerja. Sepi. Tidak apa Abid, aku tahu orang tuamu juga hanya tinggal berdua saja. Jadi kami merasakan hal yang sama. Kurasa itu memang adil.""Kalau Ayah sedang kerja jauh, Ibu ke rumah kami saja, bukankah Ibu juga sering menginap di rumah mbak Alya?""Iya, Aruna. Ibu akan adil untuk mengunjungi kalian. Kecuali Alifia yang rumahnya jauh, ibu tidak bis
last updateLast Updated : 2023-12-07
Read more

110. Rumah Baru, Masalah Baru

Aku berpamitan pada orang tua Abid setelah tadi berpamitan pada orang tuaku sendiri. Mereka sesama orang tua, mereka sama-sama merasakan sedih saat kami memutuskan untuk tinggal dirumah sendiri dan pada usia pernikahan yang baru berjalan selama seminggu."Aku akan senang jika Ibu dan Ayah berkunjung ke rumah kami."Ujarku pada mereka yang mencoba tersenyum pada Kami."Tentu saja kami akan berkunjung, Aruna. Oh ya Aruna tolong jaga Abid. Dia akan jarang ke sini karena sudah memiliki keluarga. Tapi dia suka lupa makan, tolong ingatkan dan jangan buat badannya kurus kering. Ibu takut jika dia melayang kalau ada angin."Ibu mencoba merubah suasana sedih menjadi suasana gembira. Kami tertawa meski semua tahu jika tawa kami hanya di mulut saja. Hati kami sama-sama merasa sedih. "Kakek dan Nenek tidak ikut?"Tanya Afnan yang sedang berpegangan tangan dengan Wati."Tidak, Sayang. Ini rumah kakek dan nenek, kami akan tetap di sini. Kau saja yang ikut ibu dan ayahmu. dan jadilah anak yang panda
last updateLast Updated : 2023-12-08
Read more
PREV
1
...
91011121314
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status