Home / Romansa / Berikan Suamimu Untukku, Mbak / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Berikan Suamimu Untukku, Mbak: Chapter 111 - Chapter 120

131 Chapters

111. Bertemu Antika

"Wati, kalau nanti Afnan sudah pulang dari sekolah, katakan padanya jika aku ada pekerjaan. Jangan bilang aku mau menemui Antika. Kasihan, sebenarnya Afnan juga mau bertemu dengannya tapi aku ingin membicarakan sesuatu yang penting dan Afnan belum boleh tau." "Aman, Bu. Aku mengerti. Ibu yang hati-hati.""Iya, Wat."Hari ini aku berniat menemui Antika dengan modal alamat yang diberikan oleh mama Resti beberapa hari yang lalu. Mang Arman mengantarkanku, dia adalah sopir yang khusus dipekerjakan Abid untukku.Abid sedang berada di pabrik, sudah lama dia tidak ke sana, sebenarnya aku juga ingin ikut untuk bisa bertemu Bu Farida atau Arum tapi Abid melarangnya. Katanya malas terjadi masalah dengan Selin."Lain kali saja, saat ini Selin sepertinya masih dalam keadaan marah. Tapi percayalah, seiring waktu masalah ini pasti akan selesai dengan sendirinya.Tepatnya saat Selin sudah bisa menerima kenyataan.""Baiklah, aku percaya padamu."Abid tersenyum dan aku melepaskan kepergiannya.Selin,
last updateLast Updated : 2023-12-08
Read more

112. Permintaan

"Antika, aku datang bukan sebagai siapa-siapa. Kenyataannya aku tak ada hubungan apa-apa lagi dengan mas Bara. Tapi tak bisakah aku meminta padamu untuk sedikit meringankan tuntutanmu. Hanya ... hanya sekedar karena rasa kemanusiaan saja, Antika."Antika terkejud. Air mukanya berubah drastis, aku juga melihat bagaimana Antika yang begitu marah, napasnya tersengal dan aku tahu ia sedang menahan tangis.Matanya tajam seakan menerkamku, aku bingung. Mengapa Antika yang terlihat lemah kini seperti singa yang hendak menerkam mangsanya."Tidak! Kau bisa memintaku menyayangi anakmu meskipun dia bukan anakku. Tapi tidak seenak hatimu juga, kau mengajukan permintaan itu padaku. Lagi pula kau bukan siapa-siapaku jadi untuk apa aku mendengarkanmu? Kau tidak tahu bagaimana rasanya bertarung dengan maut dalam beberapa hari, jika saja kau tahu bagaimana keadaanku saat itu, kau tak akan tega untuk mengucapkan itu."Aku sekarang yang terkejud. Tenyata Antika begitu trauma dengan kejadian yang menimpa
last updateLast Updated : 2023-12-09
Read more

113. Menemui Mas Bara

"Kenapa Ayah dan Ibu tidak mengajakku jakan-jakan? Bukannya ini bukan waktunya sekolah?"Afnan merengek saat aku dan Abid akan meninggalkannya. Sebenarnya kami berencana menemui mas Bara yang sedang berada di rutan. "Kami tidak mau jalan-jalan, Afnan. Kami ada pekerjaan. Kau di rumah saja bersama mbak Wati. Kau boleh beli es krim atau apa saja, nanti mbak Wati yang akan mengantarmu asal kalian hati-hati ya.""Tapi aku ingin ikut ibu dan Ayah, akan banyak makanan di luar.""Tidak bisa, Sayang. Kami mau ke pabrik, di pabrik itu banyak asap dan polusi itu buruk untuk anak kecil. Ya sudah Afnan mau makan apa, nanti kami akan bawakan. Terus lain kali kalau ayah sedang libur, kita bisa jalan-jalan bersama.""Benarkah?"Kami mengangguk dan merasa lega melihat binar di mata Afnan. "Kapan kita jalan-jalan, Ayah?"Tanyanya dengan memandang Abid penuh harap. "Kalau tidak ada halangan, Minggu depan.""Yea! "Afnan bersorak dan setalah itu dia memesan beberapa makanan yang harus kami beli untukn
last updateLast Updated : 2023-12-09
Read more

114. Disaat yang Sama

Embun di ujung mataku menetes sudah.Saksi bisu perasaan hatiku yang sudah sangat tidak menentu."Aku tidak punya hubungan apa-apa lagi selain hubungan kerja. Kau percaya padaku?"Aku mengangguk dan tersenyum. Benda pipih yang terus saja menampilkan nama Selin di layarnya membuatku merasa tak nyaman. Abid mengambil alih benda yang menyebabkan perjalanan kami jadi tak menyenangkan lagi. Abid menolak panggilan Selin, dia tahu aku tidak suka.Sesampainya di rumah tidak sepatah kata pun keluar dari mulutku. Aku langsung masuk ke dalam kamar tidak mempedulikan Abid yang pasti sedang menemani Afnan makan. Aku hanya mendengar suara kecil itu memanggil-manggil ayah barunya.Aku menatap bayangan wajahku di cermin. Aku memang cantik dan menarik tapi usiaku tak muda lagi terlebih lagi aku sudah menjadi seorang ibu. Selin lebih muda dan penampilannya selalu modis. Apa Abid tidak akan tergoda jika Selin selalu saja mendekatinya. Tidak mungkin aku akan memperlakukan Selin seperti Citra. Tapi aku ju
last updateLast Updated : 2023-12-10
Read more

115. Petaka Liburan

Abid menepati janjinya pada Afnan. Hari ini kami berangkat ke pantai. Afnan dan Wati tampak senang sekali bahkan dari tadi malam mereka sangat sibuk menyiapkan segala sesuatu yang akan mereka bawa. Baju ganti, makanan, mainan dan entah apa lagi, aku sampai ketiduran menunggu mereka siap.Sebenarnya aku juga sudah lama sekali tidak menikmati liburan seperti ini. Aku terus sibuk dan sibuk bekerja, tak terpikirkan olehku sedikit pun untuk pergi liburan."Lihat, mobil itu besar sekali di dalamnya itu apa ya?"Celetuk Afnan."Kau tanyakan saja sendiri, Afnan."Jawab Wati."Bagaimana caranya, Mbak.""Kau suruh Ayahmu mengejar mobil itu dan kau tanyakan langsung pada sopirnya."Afnan terdiam dan terdengar Wati tertawa."Mbak Wati mencandaiku saja, mana mungkin ayah memanggil sopir itu dia tak akan dengar.""Iya sopir itu tak akan dengar Afnan karena dia sudah tertinggal jauh di belakang kita, hahaha ...."Wati tertawa dan Afnan menggerutu, rupanya Afnan tidak sadar saat mengobrol dengan Wati
last updateLast Updated : 2023-12-10
Read more

116. Diamku

Aku tak menanggapi ucapan Selin, dia tampak marah sekali padaku."Dan sekarang kau berubah jadi bisu. Apa maumu, kenapa kau tak menjawabku. Apa sudah hilang nyalimu? Kau hanya cukup menyanggupi permintaanku dan aku akan melepaskanmu tapi dengan syarat aku menunggu kau tinggalkan Abid dalam jangka waktu satu bulan."Aku mendengus kesal, Selin kira dirinya itu siapa. Mengapa dia jadi mengaturku seperti itu.Memangnya waktu satu bulan itu lama, pasti tidak ada setitik kotoran kuku dibandingkan penantian Abid untuk bisa hidup berdampingan denganku. Terserahlah dia mau mengucapkan apa. Aku harus menghemat energi supaya tetap kuat untuk melarikan diri dari tempat sialan ini. Mataku mencari-cari celah dan cara bagaimana aku bisa ke luar. Meskipun aku tak tahu tempat ini ada di mana. Dan bagaimana keadaan sekitar rumah ini. Apa aku di jaga oleh banyak orang di luar sana atau hanya penculik atau mantan suami Antika tadi yang menjaga tempat ini?"Terserahlah padamu, Aruna. Kalau kau belum bisa
last updateLast Updated : 2023-12-11
Read more

117. Melarikan Diri

Aku mendengar suara azan subuh berkumandang dari sebuah masjid, aku mencari-cari dari mana arahnya. Aku berjalan mendekati sumber suara. Ternyata sebuah mushola kecil. Aku mendekat, mencari tempat berwudhu yang biasanya terdapat di samping atau di belakang mushola. Air dingin kugunakan untuk membersihkan muka kaki dan tanganku, aku mengambil air wudhu."Mau ikut sholat subuh, Neng?""Tapi, tapi aku tidak membawa mukena.""Ada mukena di dalam, Neng. Khusus untuk orang yang menumpang sholat di sini.""Baiklah, terima kasih, Nek."Sekarang Nenek tua itu mengajakku masuk ke dalam dan menunjukkan lemari tempat menyimpan mukena dan yang lainnya. "Aku tidak berani ambil, Nek.""Baiklah Neng, Nenek ambilkan."Nenek yang ternyata sudah sangat tua itu menyodorkan sepasang mukena berwarna putih. Aku senang sekali menerimanya dan segera memakainya.Aku menjadi makmum shalat subuh bersama si nenek, dalam hati aku bertanya-tanya mengapa tidak ada yang lain selain di shaf depan yang kulihat ada emp
last updateLast Updated : 2023-12-11
Read more

118. Pulang

Aku hanya bisa berdoa dan berdoa saja supaya Abid, mbak Alya atau siapa saja segera menjemputku di sini. Pak kepala desa menawarkan padaku untuk mengantarku tapi aku takut jika nanti berselisih jalan dengan Abid yang menjemputku. Aku percaya Bu bidan akan segera mengabarkan keadaanku di sini pada nomor yang sudah kusimpan di kontak teleponnya."Kau sudah gelisah sekali, Nak. Bagaimana kalau Bapak mengantarmu sekarang?""Bukan aku tidak mau, Pak. Aku juga ingin segera pulang tapi takutnya Bu Bidan sudah mengabari dan suamiku sudah berangkat menjemput, nanti kita malah saling mencari. Terlebih lagi Bapak akan kehilangan banyak waktu untuk mengantarku, padahal tenaga Bapak sangat di perlukan di sini ""Nak, tolong jangan bicara seperti itu. Tugas bisa di tunda terlebih dahulu, kami ikhlas membantumu.""Maafkan aku, Bu. Baiklah jika dalam satu malam ini suamiku belum datang, besok kita pergi saja. Bapak bisa mengantarku pulang."Akhirnya sepasang suami istri baik hati itu tersenyum padaku
last updateLast Updated : 2023-12-12
Read more

119. Berkumpul Kembali

Aku memeluk tubuh mungil Afnan. Beberapa hari berpisah darinya membuatku sangat sedih, memandang wajahnya yang tampak sekali memendam kerinduannya padaku."Afnan sedih?""Iya, Bu. Aku takut ibu tidak kembali. Selanjutnya aku harus hidup bersama dengan siapa? Ayah sudah pergi dan ibu juga menghilang, aku takut sekali, Bu.""Tenanglah Sayang, Ibu sudah kembali dan tak akan pernah meninggalkanmu lagi. Dan kau tahu Afnan, sebentar lagi kau akan punya tenan bermain, teman kecil.""Siapa?"Aku menunjuk ke arah perutku.""Di sini ada calon adikmu, dia akan menemanimu bermain. Kau mau adik perempuan atau kaki-laki?"Afnan tersenyum, deretan giginya langsung terlihat. "Benarkah, Bu. Aku akan punya seorang adik seperti mas Bahir.""Iya, berarti kau juga mau adik perempuan seperti Bella?""Tapi kalau perempuan nanti cengeng, suka nangis seperti mbak Bella. Aku suka adik laki-laki. Nanti aku akan ajak dia main bola dan naik sepeda, Bu.""Baiklah, baiklah. Laki-laki atau perempuan akan sama saja,
last updateLast Updated : 2023-12-12
Read more

120. Kasihan Antika

"Mbak Aruna?""Iya, ini aku. Kenapa?Aku masuk ke rumah Antika dan duduk di kursinya tanpa dipersilakan.Aku merasa muak mendengar kabar yang kudapat dari mas Yusuf. Antika benar-benar tidak punya toleransi sedikit pun terhadap mas Bara, dia menuntut sepuluh tahun penjara dan itu sudah di kabulkan. Terhitung dari masa tahanan. Aku tahu Antika memang sudah hampir meregang nyawa karena mas Bara tapi semua juga karena kesalahannya. Antika sama sekali tidak peduli bahkan dia sudah menipu mama Resti.Mama Resti mengurungkan niatnya untuk mencarikan pengacara handal untuk mas Bara dengan perhitungan biaya yang akan di keluarkan lebih baik di berikan pada Antika untuk perdamaian. Awalnya Antika menyetujui dan mama membayarkan sejumlah uang secara kontan pada Antika saat perjanjian itu. Ternyata setelah sampai dimana hari mama Resti mengharap Antika untuk menepati janji ternyata hanya penyesalan yang di dapat oleh pihak mas Bara. Antika sudah menipu mereka, uang sudah di terima tapi janji di
last updateLast Updated : 2023-12-15
Read more
PREV
1
...
91011121314
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status