Semua Bab Berikan Suamimu Untukku, Mbak: Bab 81 - Bab 90

131 Bab

81. Semua Karena Afnan

Tidak ada yang menduga sedikitpun jika hari ini aku datang ke pengadilan agama untuk sidang pertamaku. Sidang gugatan cerai pada Barata Hardiyanto, suamiku yang sudah menelantarkan diriku dan anak kami yang bernama Afnan Syabil kurang lebih selama empat tahun. Dan yang lebih fantastik lagi ternyata mas Bara bersedia menghadiri sidang pertamanya."Kenapa kau tak bilang pada kami kalau kau akan menggugat cerai Bara?""Aku tidak menyangka jika mas Bara mau menghadiri sidang ini. Awalnya aku punya rencana lain, Mbak.""Rencana apa?""Tidak cukup kalau di ceritakan di sini. Nanti saja kalau sudah di rumah. Yang jelas rencanaku gagal Mbak. Ternyata mas Bara menghadiri sidang pertama ini dan itu pasti akan menyulitkanku."Mbak Aya terdiam. Tampak sekali dari raut wajahnya jika mbak Alya sedang kecewa padaku."Kau terlalu terburu-buru. Mas Yusuf sedang di Bali, kau malah menggelar persidanganmu."Mbak Alya sangat menyesali apa yang telah kulakukan ini"Mana aku tahu jadwalnya, Mbak?"Mbak Alya
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-23
Baca selengkapnya

82. Tiga Bulan

Apa yang harus kusiapkan untuk menghadapi sidang keduaku? Saksiku tidak begitu kuat untuk membuktikan kesalahan mas Bara. Selama ini aku memang begitu tertutup pada semua orang, itulah salahku.Aku bingung bila akhirnya nanti mas Bara tidak menjatuhkan talaknya padaku dan tetap ingin melanjutkan rumah tangganya denganku. Hakim pasti tidak akan pernah menyatakan keputusan perceraianku. "Aku sudah bilang padamu, kau berikan Afnan padaku dan aku akan mengantarkan surat cerai ke rumahmu. Kau tak perlu sibuk mencari bantuan ke mana-mana, itu semua akan menghabiskan uang dan waktumu saja bukan?Kau tinggal duduk manis dan kau akan punya status baru yang kau inginkan itu.""Aku tidak sudi menukar apa pun dengan Afnan, bahkan nyawaku sekalipun.""Kau tetap sombong dan keras kepala walaupun nasibmu sudah laksana telur di ujung tanduk.""Kau terlalu percaya diri untuk menekanku. Kau akan melihat bagaimana aku akan mempertahankan anakku. Aku tidak akan rela jika anakku jatuh ke tanganmu apa lagi
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-23
Baca selengkapnya

83. Pertemuan

Aku merengkuh Afnan dalam pelukanku, dia menurut tapi pandangan matanya tetap tertuju pada mas Bara. Mas Bara mencoba mengulurkan tangannya pada Afnan yang terus memperhatikannya dengan ribuan pertanyaan. "Jangan, dia akan takut padamu. Aku sudah mengajarinya untuk tidak dekat-dekat dengan orang asing."Mas Bara menarik tangannya, dia duduk di lantai, bersimpuh di depan kami. "Sayang, aku adalah ayahmu. Aku bukan orang asing. Maafkan ayah yang tidak bisa menemuimu dalam waktu yang sangat lama. Ayah harus bekerja dan tampaknya ibumu marah, sampai tidak mengizinkanku untuk memelukmu."Mendengarkan ucapan mas Bara, tatapan Afnan beralih padaku.Aku menggeleng sebagai kode jika yang di katakan mas Bara itu tidak benar. Afnan mengangguk."Afnan, ayah ingin memelukmu sebentar saja, kemarilah Sayang."Kembali mas Bara mengulurkan tangannya. Sepertinya Afnan percaya padaku, dia melekatkan dirinya ke tubuhku. "Tidak usah takut, ada Ibu di sini untukmu. Ayo katakan kau mau ikut dia atau tida
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-24
Baca selengkapnya

84. Semakin Dekat Saja

"Bagaimana kalau kita beristirahat dulu, ibu janji besok ibu akan menjelaskan semua pada Afnan."Afnan melepaskan pelukannya dan membuatku menatapnya."Ibu janji?"Aku mengangguk."Istirahatlah, Bu. Afnan juga mau mengerjakan PR. Afnan masuk dulu ya Bu.""Iya."Langkah kecil itu berjalan menuju ke kamar membawa tas punggungnya ke ruang tengah. Tempat favoritnya untuk berkutat dengan pelajaran sekolahnya. Wati menghampirinya, pasti dia akan membantu Afnan.Aku menutup kembali pintu depan yang masih terbuka. Aku melihat ke kanan dan ke kiri, bahkan bayangan mas Bara pun sudah tak ada. Aku kembali ke kamarku.Peristiwa tadi sanggup menyita perasaanku. Mas Bara terlihat baik sekali. Sifat buruknya tidak di nampakkan sama sekali di depan Afnan. Dia menunjukkan sikap yang penuh kelembutan dan penuh kasih sayang kepada Afnan. Coba dari dulu dia bersikap seperti itu, aku tidak akan membencinya dan mungkin aku bisa kembali mempunyai simpati padanya. Tapi tidak mungkin itu terjadi, mas Bara sud
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-24
Baca selengkapnya

85. Salahkah Aku

"Seharusnya kau tetap menjaga jarak antara Afnan dan Bara, Aruna"Mbak Alya membuka pembicaraan."Tapi aku tidak bisa Mbak, Afnan begitu bahagia saat bersama ayahnya.""Bagaimana kalau itu hanya triknya Bara untuk menjatuhkanmu?"Tanya mas Yusuf."Maksud Mas Yusuf bagaimana?""Dengar Aruna, tidak lama lagi kau akan menjalani sidang keduamu dan kau bilang sendiri kalau kau sudah pesimis untuk menghadapinya. Saat kau jatuh, Bara akan semakin mempunyai peluang untuk mendapatkan Afnan. Bara sudah berhasil mendapatkan simpati Afnan, bisa saja Bara akan memperpanjang tuntutanmu demi mendapatkan Afnan.""Bukankah saat aku kalah, aku akan tetap berstatus istrinya mas Bara dan aku tidak akan kehilangan Afnan. Bagaimana mas Bara akan memperpanjang urusannya?"Sanggahku. "Nanti, Aruna. Nanti yang kumaksud. Saat kau kembali berstatus sebagai istri Bara, dia akan semakin leluasa untuk dekat dengan Afnan, kau tak bisa membatasinya lagi. Dia bisa menuntutmu, karena hak kalian sama. Dan kau Aruna, ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-25
Baca selengkapnya

86. Antika

Ada yang memintaku untuk bertemu siang ini, aku tidak mengenalnya sama sekali. Foto profilnya hanya gambar animasi tapi dia ingin bertemu langsung denganku karena urusan pekerjaan katanya. Sebenarnya aku kurang mood karena terlalu capek memikirkan masalah internal kehidupanku. Tapi setelah kupikir-pikir, ini tuntutan profesi. Mau bagaimana lagi, aku pun bersiap untuk menemuinya."Jaga Afnan ya, Wat. Tidak usah memasak. Nanti aku beli makanan dari luar saja. Jangan sampai lengah ya?""Iya, Bu. Beres."Aku berpamitan pada Wati dan kemudian mencium Afnan untuk kutinggalkan barang beberapa jam saja. Afnan melambaikan tangan saat motorku sudah melaju pelan."Aku ada di meja nomor delapan belas, Mbak."Pesan itu masuk saat aku baru saja memarkirkan sepeda motorku. Aku celingukan mencari meja yang disebutkannya."Oh, itu.""Iya, Abid. Boleh saja asal kau menelepon dulu, siapa tahu aku sedang ada keperluan lain.""Tentu saja aku akan meneleponmu dulu."Aku tersenyum saat mengakhiri panggilan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-25
Baca selengkapnya

87. Aku Tidak Tahu Lagi

"Aruna, tolong jawab aku dengan jujur. Kau tak perlu merasa malu atau segan."Aku tidak tahu mengapa Abid terus mendesakku. Dia memaksaku untuk mengatakan apa yang ada dalam hatiku. Sementara aku sendiri saja bingung untuk menyatakan perasaan apa yang sebenarnya sedang berkecamuk dalam hatiku."Aku tidak tahu lagi apa yang sebenarnya kuinginkan saat ini, Abid."Ujarku lirih."Kau berkata seolah kau tidak punya tujuan hidup saja, Aruna. Sedemikian putus asanya dirimu atas masalahmu. Aku tidak percaya Aruna yang kuat dan hebat akan menyerah begitu saja."Abid mencibirku. Dia bicara tanpa memandangku, malah menyandarkan punggungnya di sandaran kursi dengan santainya."Apa?!"Aku memekik, Abid melirikku. "Bukankah apa yang kukatakan benar adanya, Aruna. Sekarang kau malas berpikir juga malas berusaha. Kau akan berdiam diri dan pasrah dengan keadaan yang ada. Kau akan menuruti semua yang diinginkan orang lain.""Tidak, aku tidak akan menuruti apa yang di katakan orang lain. Aku punya prins
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-26
Baca selengkapnya

88. Di Penghujung Perpisahan

"Antika mengatakan padaku jika lebih baik aku menceraikanmu, agar Afnan bisa menerima Antika sebagai ibunya. Apa kau serius dengan gugatanmu Aruna? Kau yakin tidak akan merubahnya dan kau akan merelakan jika aku menuntut hak asuh Afnan?"Sungguh pertanyaan yang sangat menyiksaku. Mas Bara tidak berperasaan. Seharusnya tanpa aku bilang pun dia tahu kalau sebenarnya aku tidak pernah rela berpisah dari Afnan. Tapi memang dialah yang membuatku dalam posisi sulit ini. Dia memang licik. Awalnya dia memaksa untuk meminta Afnan, saat-saat terakhir dia berkata seolah-olah akulah yang sudah merelakan Afnan untuknya demi status baruku. Aku mengusap bawah hidungku dengan kasar. Mataku sudah terasa panas, aku berusaha untuk menguasai keadaan ini."Kau ayahnya, aku yakin kau akan memberikan yang terbaik untuknya. Apa aku harus meragukannmu? Sepertinya kau pun bisa mengendalikan Antika, buatlah dia seperti diriku dalam hal merawat Afnan."Mas Bara menghela napas."Aku hanya punya Afnan Aruna, segal
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-26
Baca selengkapnya

89. Keputusan

"Aku akan segera melamar Aruna dan bersiaplah untuk menyerahkan Afnan."Semua mata tertuju pada seseorang yang baru saja datang, termasuk aku.Abid berjalan dengan begitu santai ke arah kami yang tengah berada dalam situasi tegang.Mas Bara, menertawakan Abid. Baginya ucapan Abid itu lelucon. Bagiku ucapan Abid adalah tanda tanya."Ah, kau lagi. Lama aku tak melihatmu dan begitu muncul kau memberi kejutan untukku," ucap mas Bara. "Bukan untukku saja, sepertinya semua orang juga terkejut dengan apa yang kau katakan." Lanjutnya dengan sombong."Dan kau akan lebih terkejud lagi jika dalam waktu dekat saja aku akan mengambil Afnan kembali."Abid menjawab dengan santai, tangannya bersedekap di dada."Kau siapa, apa kau mengenal Afnan? Kenapa jadi kau yang akan mengambil Afnan dariku. Dia anakku, anak kandungku. Aku yang berhak atas dirinya.""Aku tak perlu memberi penjelasan pada orang sombong sepertimu. Jika sudah saatnya kau akan mengerti dengan sendirinya. Aku hanya minta sebelum itu ter
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-27
Baca selengkapnya

90. Aku akan Menjemputmu

"Silakan kau tanda tangani ini dulu, Bara."Mas Yusuf dan mbak Alya muncul dari dalam. Mas Yusuf langsung memberikan selembar kertas dan pena."Apa ini?""Bisa kau baca dan kau teliti terlebih dahulu."Mas Bara menerimanya dan kemudian memeriksanya, kulihat Wati sudah membawa keluar barang-barang Afnan. Nyeri itu menyeruak di dadaku. Anakku akan meninggalkanku saat ini."Apa ini perlu?"Tanya mas Bara.Mas Yusuf menghela napas."Bagaimana pun juga kita adalah keluarga, Bara. Dan yang mengikat kita adalah Afnan. Kau menyayanginya, demikian pun kami. Aku membuat surat ini semata-mata untuk Afnan, putramu.""Tapi tidak mungkin aku atau keluargaku akan mencelakai Afnan dan tidak mungkin juga kami mengingkari keputusan hakim.""Bukan kami tidak percaya tapi kami membutuhkan tanga tanganmu untuk kebaikan bersama, anggap saja dokumentasi yang real, bukan sekedar perkataan."Mas Bara menghela napas berat, mungkin dia tersinggung dengan isi perjanjian itu. Tapi mas Yusuf terus mendesaknya."Bai
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-27
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
14
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status