Home / Romansa / Berikan Suamimu Untukku, Mbak / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Berikan Suamimu Untukku, Mbak: Chapter 61 - Chapter 70

131 Chapters

61. Terusir

"Bara benar-benar sudah pergi, ada apa dengan dirinya sampai berbuat senekat ini?""Aku tidak tahu, Pa. Akhir-akhir ini Bara hanya banyak diam.""Dia sungguh tega meninggalkan kita, orang tuanya sendiri yang sudah mengurusnya dan membesarkannya."Mama tidak lagi menyahut tapi kemudian terdengar Isak tangisnya.Tiga hari sudah mas Bara tidak ada kabar beritanya. Dan belum ada satu pun pihak yang bisa memberikan informasi tentangnya. Baik dari masyarakat sekitar, teman kerja maupun pihak kepolisian. Jejak mas Bara sangat sulit untuk ditemui.Aku terdiam dalam rasa yang sama sekali tak nyaman. Aku tidak berani angkat bicara. Sesungguhnya mereka pun tahu jika masalah mas Bara bukan dari mereka tapi dari diriku."Apa kau sudah menghubungi Citra?"Tanya Papa. Papa yang biasanya banyak diam kini jadi banyak bicara setelah kehilangan anak lelaki tersayangnya "Sudah, tidak ada sangkut pautnya masalah ini dengan Citra. Bahkan kini Citra sudah bertunangan dengan tetangganya di kampung.""Lantas
last updateLast Updated : 2023-11-13
Read more

62. Selamat Berbahagia, Mbak Alya

"Apa kau masih sakit, Aruna?"Tanya mbak Alya saat melihatku datang. Afnan langsung digendong ibu. Rumah mbak Alya sudah ramai orang. "Nggak kok, Mbak. Aku sudah merasa lebih baik.""Tapi masih pucat, kau pasti belum ke dokter ya?""Sudah Mbak, aku ini baik-baik saja. Jangan khawatir. Yok ah Mbak aku mau membantu yang lainnya. Masa datang cuma buat ngobrol nggak enak lah."Aku langsung masuk dan bergabung dengan yang lainnya. Aku ingin melupakan masalahku sejenak dengan melakukan kesibukan dengan mereka. Aku takut ibu dan mbak Alya semakin mencurigaiku. Biar nanti saja jika waktunya sudah tepat aku akan bicarakan masalahku ini. Siapa tahu mbak Alya bisa memberi masukan yang baik.Selepas Maghrib datanglah tamu yang sangat di tunggu oleh kami semua. Pihak keluarga mas Yusuf kekasih mbak Alya bersama rombongannya."Tampan sekali mas Yusuf, Mbak. Sangat sesuai dengan namanya. Mbak sudah mengenalnya lama?""Satu tahun yang lalu kami mulai dekat. Dia pemilik perusahaan yang menjadi mitra b
last updateLast Updated : 2023-11-13
Read more

63. Rahasia itu Terbongkar

"Jadi kau tidak mengatakan apa pun pada keluargamu, Aruna?"Tanya mama Resti dengan nada rendah.Aku menggeleng.Kulihat Ibu dan mbak Alya saling berpandangan."Apa yang terjadi, Aruna?"Tanya ayah.Aku tidak bisa berkata-kata. Aku tidak tahu harus memulai dari mana. Aku tidak mau disalahkan tapi aku tidak bisa membela diriku."Katakan, ayo jangan takut."Mbak Alya menyentuh pundakkuAku melihat ke arahnya. Mbak Alya mengangguk. "Mas Bara pergi dari rumah karena bertengkar denganku."Kataku kemudian dengan sangat berat dan itu pun sudah dengan gemetaran.Semua terkejut kecuali mama Resti."Sejak kapan?"Tanya mbak Alya."Kenapa kau tak bilang pada kami kalau suamimu pergi."Lanjut ayah."Apa kalian ada masalah sampai Bara meninggalkan rumah?"Tambah ibu.Sungguh aku bingung sekali untuk memulai dari mana."Bara sudah tidak ada kabarnya dari seminggu ini, dia sudah tercatat sebagai orang hilang di kepolisian."Ujar mama Resti memberi penjelasan pada keluarga yang sudah barang tentu tid
last updateLast Updated : 2023-11-14
Read more

64. Tidak dengan Siapapun

Aku masih tergugu, semua diam. Tidak ada yang berani angkat bicara.Ayah, ibu dan mbak Alya sama-sama merasa kecewa padaku. Lagi dan lagi aku membuat masalah untuk mereka."Permisi Bu Alya, mau ditaruh dimana barang-barang ini?"Seseorang itu muncul di pintu depan. Aku tahu kalau itu orang suruhan mama Resti untuk mengirimkan barang-barangku ke sini. Mbak Alya melirikku yang tak bergeming sama sekali.Mbak Alya yang bangkit karena melihat yang lain diam."Tolong bawa masuk semua, Pak.""Baiklah, Bu."Mbak Alya saja yang membantu suruhan mama, memasukkan barang-barangku ke dalam kamar yang biasa aku tempati jika aku bermalam di sini."Terima kasih ya, Pak.""Sama-sama, Bu.""Sekarang susun barang-barangmu itu, aku tidak ingin kau tidak merapikannya."Suruh mbak Alya padaku saat orang suruhan mama sudah pergi."Biarkan dulu, Mbak. Aku mau pergi. Tolong titip Afnan.""Berhenti, kau tak boleh pergi."Suara ayah menghentikan kakiku yang hampir melangkah ke luar."Aku harus pergi ayah, tolon
last updateLast Updated : 2023-11-14
Read more

65. Berusaha Bangkit

"Ayo Afnan, pilih mainanmu yang akan kita bawa ke rumah ibu Alya. Ayo, cepatlah sedikit.""Iya, Ibu."Afnan sibuk memasukkan mainan yang dipilihnya. Aku mengeluarkan sepeda motorku."Sudah belum?""Udah, Ibu."Langkah kecil Afnan terdengar sudah ke luar rumah, aku tersenyum melihatnya menenteng kantong plastik berisi mainan yang akan dimainkannya di rumah mbak Alya nanti dan aku bisa bekerja dengan nyaman karenanya.Aku menaikkan Afnan di kursi depan kemudian menghidupkan mesin sepeda motorku. Sepeda motor melaju dengan tenang seperti tenangnya hatiku setelah melewati beberapa hari yang cukup menyiksaku. Hampir satu bulan ini aku menjalani hari dengan kegiatan yang sama dan aku sudah mulai merasakan kenyamanan hidup bersama Afnan saja. Aku berusaha menepiskan semua bayangan yang menggodaku untuk mengungkit kenangan masa laluku. Aku tak mau."Hai, Afnan.""Hai, Ibu Alya."Afnan langsung ikut ibu Alya-nya masuk ke dalam rumah, di sana ada mbak Siti yang akan ikut menjaga dan mengawasiny
last updateLast Updated : 2023-11-15
Read more

66. Bertemu Abid

"Aruna, gawat!"Belum juga aku mematikan sepeda motorku mbak Alya sudah terburu-buru menghampiriku. Sepertinya dia sedang cemas."Ada apa, Mbak?"Aku sengaja membawa Afnan menjauh dari sepeda motor, dia hobi sekali bermain-main dengan sepeda motor yang sedang berhenti, Afnan suka naik-naik dan aku takut jika tangannya menyentuh knalpot yang masih panas.Aku tahu jika mbak Alya akan membicarakan masalah serius denganku."Aruna, aku tidak bisa membatalkan janjiku pada mas Yusuf. Acara yang akan dihadirinya sangat penting dan aku sudah telanjur berjanji padanya untuk mendampinginya. Terus tadi aku menerima telepon dari Farida itu, dia mengundangku untuk bertemu dengannya. Katanya dia ingin mengadakan kerja sama dengan kita. Aduh aku jadi bingung, Aruna. Aku tidak bisa membuat mas Yusuf kecewa tapi bagaimana kalau Farida kecewa karena aku tidak bisa datang?"Aku tidak bisa berpikir secara jernih. Mbak Alya bicara dengan sangat tergesa-gesa sekali."Kalau kita tidak menemui Farida jangan-ja
last updateLast Updated : 2023-11-15
Read more

67. Aku Malu

Aku duduk berjongkok, takut Abid melihatku. Aku mengintipnya. Dia masuk ke cafe shop. Napasku kembali lega."Mbak Aruna, kenapa berjongkok di situ?"Sumpah aku terkejud sekali, mungkin karena aku sedang tegang.Mas Khamid melihatku dengan keheranan. "Tidak, Mas. Aku tadi berdiri lama dan matahari sangat terik, aku berlindung pada bayangan mobil ini."Jawabku membuat alasan."Jadi, Mbak Aruna sudah dari tadi keluarnya. Maaf ya Mbak tadi aku di suruh geser sama tukang parkir setelah itu aku ngopi karena ngantuk nunggu Mbak Aruna."Aku kembali berdiri karena sudah merasa aman."Ya sudah tidak apa-apa, Mas. Kita langsung pulang saja ya.""Iya, Mbak."Masih dengan celingukan aku berjalan mengikuti mas Khamid.Aku tidak menyangka akan bertemu Abid di sini. Sudah berapa tahun aku tidak bertemu dengannya. Abid benar-benar berubah. Bekerja di mana dia, jadi manajer kah?Penampilannya sangat keren. Apakah dia sudah menikah?Konyol sekali aku, mengapa aku sampai memikirkan Abid seperti ini?Tentu
last updateLast Updated : 2023-11-16
Read more

68. Bertemu Abid Lagi

"Aku merasa tertarik dengan kerja sama yang di tawarkan Bu Farida, Aruna.""Mbak sudah pelajari semua poinnya?""Sudah. Tinggal survei produknya saja.""Ya, baiklah. Jika Mbak rasa kerja sama itu akan menguntungkan kita, sebaiknya kita ambil kontraknya, Mbak.""Sebaiknya begitu, kau atur saja kapan kita bisa bertemu dengan Bu Farida.""Ok, Mbak. Nanti aku akan hubungi Bu Farida dengan segera dan Mbak Alya tunggu saja kabar selanjutnya.""Ok, aku tunggu."Aku menutup telepon. Hari ini mbak Alya pergi ke luar kota, katanya sudah cukup lama dia tidak mengunjungi tokonya yang di sana. Hanya menerima laporan dan setoran saja membuatnya tidak enak hati dengan yang bekerja di sana. "Aku besok akan ke toko yang dipegang Deli dan Clara. Aku tidak enak hati pada mereka, seperti anak tiri saja. Aku sering mengunjungi toko yang lain karena letaknya dekat tapi tetap saja mereka juga bekerja untukku, mereka anggotaku.""Iya, Mbak. Mbak pergi saja. Kalau ada kepentingan aku akan hubungi Mbak Alya."
last updateLast Updated : 2023-11-16
Read more

69. Benar, dia Temanku

Sangat melelahkan pekerjaan hari ini. Aku dan mbak Alya sampai rumah sudah hampir Isya. Afnan sampai sudah tertidur."Bagaimana aku membawanya pulang ini?"Aku bertanya pada diriku sendiri melihat putraku yang sedang tertidur lelap. "Menginap saja, Aruna. Kasihan Afnan kalau kamu bangunkan.""Eh, Ibu. Apa Afnan sudah lama Bu tidurnya?"Tanyaku pada Ibu yang masuk ke kamar dimana Afnan di tidurkan."Belum, masih sekitar dua puluh menit yang lalu. Makanya ibu bilang kasihan kalau dibangunkan."Aku manggut-manggut sambil terus memandang Afnan yang sepertinya sedang tenang sekali tidurnya. "Kasihan Afnan, tadi nyari kamu. Terus ibu hibur akhirnya mau tidur.""Iyalah Bu nyari aku, siapa lagi yang mau di carinya."Celetukku. Ibu menghela napas.""Itu Alya sudah selesai mandi kamu juga mandi sana, biar segar. Sudah, menginap saja di sini. Ibu tunggu di ruang makan ya. Kita makan malam bersama.""Iya, Bu. Aku mau ke kamar mbk Alya dulu, pinjam baju. Aku nggak bawa baju ganti."Ibu mengangguk
last updateLast Updated : 2023-11-17
Read more

70. Abid Mengajakku Bertemu

"Dalam beberapa bulan ini aku akan pergi untuk keperluan pendidikanku. Sebelumnya aku ingin meminta sedikit waktumu untuk kita bisa bertemu.""Ada apa, apa yang akan kita bicarakan?""Yang jelas tidak bisa di bicarakan melalui sambungan telepon seperti ini."Mendadak aku berdebar-debar. Mengapa Abid mengajakku bertemu? Kami sudah menjalin kerja sama selama tiga bulan lamanya. Selama itu Abid tidak pernah membicarakan masalah pribadi denganku. Kami hanya membahas masalah pekerjaan saja. Mbak Alya memang sengaja menyerahkan urusan dengan Abid Group kepadaku. Mungkin dalam pemikirannya karena aku dan Abid adalah teman. Karena itulah kami menjadi sering berkomunikasi lagi, tapi hanya masalah pekerjaan."Kapan dan di mana? Aku tidak bisa sering pergi karena aku harus bekerja dan mengurus anakku juga. Kalau kau tidak keberatan temui saja aku di rumah kontrakanku. Jika di tempat kerja aku akan merasa segan pada mbak Alya.""Baiklah, bagaimana kalau besok sore. Bukannya kau pulang kerja sore h
last updateLast Updated : 2023-11-17
Read more
PREV
1
...
56789
...
14
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status