Home / CEO / Suamiku Tukang Tahu / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Suamiku Tukang Tahu: Chapter 61 - Chapter 70

85 Chapters

Bab 61 : Hubungan Dewi dan Kanya

"Sudah kami katakan Mira, Dewi bukan anak kami lagi. Jadi apa yang mau kamu lakukan padanya ya terserah. Kami tak akan ikut campur!"Aku tergagap, terdiam di tempat setelah Bibi mengatakan hal tersebut. Bahkan, belum lagi aku berucap, keduanya berbalik pergi meninggalkanku begitu saja di halaman.Brakk!"Astaghfirullah," ucapku sembari mengelus dada. Kulirik Pak Cipto yang kini geleng-geleng melihat kelakuan dua orang tua itu."Bagaimana Nyonya?" tanyanya padaku.Aku hanya bisa menghela nafas pasrah, yang kumau juga hanya tanda tangan mereka, itupun sangat sulit untuk kudapati. Mereka bertingkah seperti tak pernah punya anak bernama Dewi. "Kita ke rumah sakit saja sekarang Pak," tukasku pada Pak Cipto. Lelaki paruh baya yang menjabat sebagai supir itu dengan cekatan membuka pintu mobil.Sebenarnya, aku bingung harus melakukan apa di situasi seperti ini. Namun, jika aku bisa membicarakannya pada suster yang merawat Dewi, mungkin akan ada solusi, mengingat kedua orang tuanya begitu acu
Read more

Bab 62 : Kecelakaan

"Kamu ... baik-baik aja, kan, sayang?" Aku menoleh, menghentikan kegiatan mengelap keringat di dahi. Mas Haris menatapku curiga dari balik kemudi. Aku tersenyum, menghembuskan nafas sejenak sembari mengangguk. Tadi, hampir saja, kalau aku terlambat beberapa menit, Mas Haris akan tiba lebih dahulu di rumah sebelum aku. Bisa gawat kalau dia menanyai kedatanganku tadi. Meski sedikit lelah karena berlari dan Pak Cipto yang terus berteriak seanjang aku berlari karena takut terjatuh. "Kita akan ke mana, Mas?" tanyaku mengalihkan pembicaraan. Setidaknya untuk sekarang jangan sampai Mas Haris menanyaiku hingga membuatku keceplosan menjawab. "Mas belum makan kamu juga belum, kan?" Aku menggeleng. "Kalau begitu kita pergi makan dulu. Setelahnya terserah kamu mau pergi ke mana." "Mas tumben, biasanya sibuk di kantor kenapa tiba-tiba ngajakin makan?" "Karena biasanya Mas sibuklah sekarang Mas ingin ajak kamu jalan-jalan berdua. Setidaknya mengurangi rasa bersalah Mas karena membiarkan k
Read more

Bab 63 : Hilang Ingatan

Aku memejam, meringis menahan sakit. Dewi benar-benar sakit jiwa. Sepanjang malam dia terus berada di sampingku sembari tersenyum. Bahkan saat aku meringis kesakitan dia malah tertawa-tawa.Aku merasa tak kuat lagi. Tubuhku yang terpasung membuatku tak bisa berbaring dengan leluasa. Gamis yang berlumuran darah dan bau anyir yang menyeruak hidung juga membuatku sangat tidak nyaman. Aku kesakitan, sementara di tempat asing ini tak ada siapapun yang bisa kumintai pertolongan. Bahkan aku tak tahu di mana keberadaan Mas Haris. Bagaimana keadaannya sekarang. Terakhir kali kulihat, keadaannya jauh lebih parah dari keadaanku sekarang."Ya Allah," ringisku menahan nyeri pada kaki yang terluka. Darah yang menetes di dahiku bahkan sudah mengering separuhnya. Mengakibatkan efek sakit yang luar biasa.Kepalaku terasa pusing, aku juga sudah mulai berhalusinasi. Aku bahkan tak tahu ini siang, pagi atau malam. Kewarasanku sepertinya sudah terganggu. Padahal aku tengah hamil lima bulan. Keadaan jani
Read more

Bab 64 : Kanya??

"Dan lusa ...." Ghea menyambung perkataannya. "Adalah hari pernikahan Pak Haris dengan Kanya."Tubuhku mendadak kaku, lidah terasa kelu tak mampu berucap sepatah kata pun. Aku menatap Ghea lekat, biar di mataku mulai menyamarkan pandangan. Air mata mulai mengalir di pipi. Hanya dengan satu kalimat, aku merasa duniaku telah hancur."Mbak ....""A--apa yang kau katakan tadi?""Mbak maaf, ini salah kami," ucap Jalu membuatku mengalihkan pandangan sekilas padanya. Namun tatapanku beralih ke arah Ghea kembali. Aku berusaha untuk bangkit dan meraih tangannya."Mbak Mira jangan terlalu banyak gerak dulu, tubuh Mbak masih belum pulih sepenuhnya."Aku menggeleng, memaksa tubuh untuk bangkit. Meski Ghea dan Jalu tampak panik dengan tingkahku."K--katakan, katakan apa yang ucapkan tadi Ghea! Mas Haris, suamiku akan menikah dengan Kanya?"Aku mengguncang tubuh Ghea. Gadis itu menatapku dengan wajah sendu. Dia tak mampu menjawabku, entah karena tak ingin melihatku terluka. Tapi aku tidak suka mel
Read more

Bab 65 : Rekaman CCTV

"Kanya?" ucap Jalu dan Ghea berbarengan.Aku mengangguk, meski tak yakin tapi terlalu kebetulan dia ada di tempat kejadian saat itu. Dan rentetan kejadian setelahnya seperti menunjukkan bukti kalau dia adalah salah satu pelakunya.Dimulai dari Dewi yang tiba-tiba dijemput Kanya saat aku hendak merawatnya di rumah sakit jiwa. Kanya yang muncul setelah aku dan Mas Haris mengalami kecelakaan. Dewi yang bertingkah selayaknya orang normal dan memasungku. Lalu, Kanya yang memanfaatkan amnesia Mas Haris. Ini pasti sebuah kesengajaan, bagian dari rencana wanita itu untuk menyingkirkanku dari kehidupan Mas Haris. Teringat saat dia datang ke rumahku di pagi hari beberapa waktu lalu. Ucapan Kanya masih teringat dengan jelas di kepalaku.Aku tak mungkin melupakannya. Apalagi saat Kanya mengatakan kalau suatu hari nanti dia akan menempati rumahku. Dan putranya yang dia ceritakan padaku walau aku belum pernah melihat sosoknya telah dia kecamkan sebagai pewaris Adiwangsa Grup."Mbak yakin soal itu?
Read more

Bab 66 : Satu-Satunya Yang Kupercaya

POV HarisAku menatap anak lelaki yang duduk tak jauh dari tempatku duduk dengan seksama. Dilihat dari sudut manapun, anak berusia empat tahun itu sama sekali tidak mirip denganku.Rambutnya yang ikal sangat berbanding terbalik dengam rambutku yang tumbuh lurus. Bahkan, Kanya yang kulihat sekarang berdiri di sampingnya juga punya rambut yang lurus.Apalagi wajah oriental anak itu yang semakin membuatku tak yakin dengan ucapan Kanya barusan. Anak itu, Wildan, adalah putraku. Anakku dan Kanya yang lahir akibat hubungan di luar nikah. Saat dahulu masa-masa kami sedang berpacaran."Mas."Aku menoleh, menatap Kanya dengan alis bertaut. Sejenak aku memegangi kepala yang mulai terasa pusing kembali. Meski dua bulan telah berlalu sejak kecelakaan itu. Aku masih belum mengingat apa-apa.Rasanya seperti bayi yang baru lahir ke dunia. Aku tidak ingat siapa diriku, namaku, tempat tinggalku, bahkan kehidupanku sebelumnya. Aku hanya tahu saat aku bangun, aku ada di rumah sakit dan Kanya berdiri di
Read more

Bab 67 : Nyonya?

POV Haris"Bagaimana dengan semua persiapannya, lancar?" tanyaku pada Kanya dari sebrang telepon.Kudengar nada antusias dari sebrang sana."Aku sudah memilih gaun untuk pesta besok, Mas. Termasuk jas yang akan Mas dan Wildan pakai. Mas mau ikut melihat sekalian fitting baju nanti siang?"Aku tersenyum, menyelipkan ponsel di antara pundak dan telinga. Lantas memakai jam tangan dengan sedikit kesusahan."Hari ini aku ada rapat. Ada banyak pekerjaan yang aku harus urus untuk persiapan cuti besok. Jadi, untuk saat ini kamu saja yang mengurus semuanya, ya."Aku berbohong, hari ini sebenarnya sangat santai. Tidak ada pekerjaan penting yang harus aku urus di perusahaan. Hanya saja, entah kenapa di tengah kegaduhan masalah yang sedang kuhadapi, aku ingin menepi sejenak.Rasanya terlalu sesak. Aku ingin mengambil nafas, tapi Kanya seolah tak membiarkanku melakukan hal itu. Satu-satunya cara adalah aku harus membohonginya."Ya sudah kalau begitu, Mas hati-hati."Aku mengangguk. "Ya, aku tutup
Read more

Bab 68 : Kecurigaan

POV Haris"Mbak Wati," panggilku kemudian. Wanita paruh baya itu mendongak, wajahnya tampak pucat saat bertatapan denganku."Y--ya Tuan.""Ada hal yang Mbak Wati sembunyikan dari saya?""T--tentu saja tidak Tuan. Memangnya apa yang saya sembunyikan dari Tuan? Bahkan saya juga tak berani untuk merahasiakan apapun dari Tuan. Saya sudah mengabdi cukup lama di rumah ini.""Lalu, siapa yang Mbak Wati panggil Nyonya tadi?""I--itu ... maksud saya tadi." Mbak Wati mengalihkan pandangan dariku, berusaha untuk tidak menatap mataku yang kini sedang menatap tajam ke arahnya.Dering ponselku berbunyi, aku menghela nafas seraya mengusap wajah dengan kasar. Segera kuangkat panggilan itu. Dari Kanya."Halo.""Halo, Mas, kamu belum berangkat ke kantor?"Alisku bertaut, sejenak kualihkan ponsel dari telinga seraya menatap ke sekeliling halaman belakang rumah yang ditumbuhi banyak pepohonan itu.Kanya, dia terdengar seperti sedang memata-mataiku. Kenapa dia tahu kalau aku belum berangkat ke kantor? Ata
Read more

Bab 69 : Mbak Wati

POV Amira"Bagaimana Jalu?" tanyaku begitu Jalu kembali. Penampilannya tampak berantakan. Wajahnya juga tamoak kusut tak karuan, membuatku tak enak karena dia bekerja sekeras itu karena aku."Tak ada satupun bukti yang bisa menunjukkan kalau Kanya berada di tempat kejadian saat kecelakaan itu berlangsung, Bu Mira. Kemungkinan videonya yang menunjukkan bukti tersebut sudah dihapus dan kita tak akan bisa menemukannya kembali.""Astaghfirullah," ucapku sembari mengusap wajah. "Jadi maksudmu kita tak punya bukti untuk menunjukannya pada Mas Haris?""Sama sekali tidak ada." Jalu menggeleng pelan. "Bahkan ....""Ada apa Jalu?""Kanya punya alibi kuat saat kecelakaan itu terjadi.""Maksudmu?"Jalu merogoh kantungnya, mengeluarkan ponselnya dari sana. Mengotak-atiknya sebentar lalu memberikannya padaku."Itu saya dapat dari perawat yang mengurus Dewi di rumah sakit jiwa. Kemungkinan keberadaan Kanya selain di lokasi kecelakaan. Dan, saat jam tersebut dia memang berada di sana. Bersama dengan
Read more

Bab 70 : Menyusun Skenario

"Nyonya Mira, Nyonya masih hidup? Nyonya ke mana saja setelah kecelakaan itu? Saya sangat khawatir dengan keadaan Nyonya, tapi tidak bisa mencari tahu."Mbak Wati menatapku dengan pandangan nanar, matanya berkaca-kaca. Meski aku tak tahu dia menatapku dengan tatapan apa. Sedih? Merasa bersalah? Atau malah kecewa padaku."Saya pikir, Nyonya sudah ....""Saya masih hidup, Mbak Wati. Buktinya saya masih di sini, di depan Mbak Wati bahkan sekarang sedang berbicara. Mbak Wari bisa pegang tangan saya."Mbak Wati menurut, mengulurkan tangannya ke arahku."Nyonya benar, saya yang terlalu banyak berprasangka. Sebenarnya apa yang terjadi pada Nyonya? Kenapa menghilang setelah kecelakaan itu? Para polisi hanya menemukan Tuan Haris yang terbalik dalam mobil ....""Panjang ceritanya Mbak Wati. Yang jelas dalam kurun waktu itu saya dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Saya butuh waktu untuk pulih dan baru bisa mengunjungi Mbak Wati sekarang.""Lalu, apa Nyonya tahu kalau Tuan Haris telah ...."
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status