Ucapan selamat yang penuh haru, air mata seolah masih engan berhenti mengalir. Bukan air ata kesedihan, tapi, air mata kebahagiaan. Pagi yang penuh dengan kejutan dan begitu tegang, tangan dinginku baru saja menghangat setelah aku dan mas Satria menandatangani buku nikah. Antara tersenyum dan menangis itu yang aku alami sekarang. “Selamat ya, akhirnya jadi Nyonya Satria.” Wina menggodaku saat kami berdektan, Mas Satria sedang bersama tamu pria di sudut yang lain.“Sumpah aku tadi nangis, takut banget, bingung juga ada apa, pas Pak Satria nggak datang- datang tadi.” Tika menambahkan, suaranya sedikit dia pelankan.Hal yang sama juga aku rasakan tadi, semua terasa benar-benar kacau. Aku tidak bisa membayangkan kalau sampai pernikahanku gagal untuk kedua kalinya. Hancur pasti, tapi, lebih dari itu mungkin aku akan benar-benar down dan tidak akan berpikir untuk menjalin hubungan lagi dengan siapapun.“Tapi, aneh juga ya, kenapa Pak Satria datang sendiri.
Read more