Home / Romansa / Atasan Duda Itu Mantan Pacarku / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Atasan Duda Itu Mantan Pacarku: Chapter 71 - Chapter 80

105 Chapters

DIMP 71

PoV SatriaAku masih bergeming dan tidak menjawab apapun atas permintaan Bapak Aleya. Otakku serasa tidak bisa berpikir, ini bukan sebuah hal yang mudah. Sebuah permintaan yang membuatku terdiam dan tidak bisa berpikir apapun. “Nak Satria, bapak mohon … bapak sudah melewati banyak hal. Nak Satria tahu sendiri kondisi Aleya dan Ibunya. Aleya kondisinya semakin memburuk demikian juga ibunya, bapak tidak tau lagi harus bagaimana. Selama sakit Aleya selalu menanyakan Nak Satria dan bapak berusaha menahannya karena bapak tau, Nak Satria sudah memiliki hubungan dengan gadis lain. Tapi, kondisi Aleya semakin hari semakin memburuk karena leukimia yang di deritanya. Bapak harus bagaimana?” Pria paruh baya itu menangis.“Bersujud akan bapak lakukan, bapak hanya ingin Aleya bahagia di sisa hidupnya. Kebahagian Aleya hanya ketika Nak Satria bersama dia, kalau saja Nak Satria tau betapa terpukulnya Aleya saat Nak Satria meminta berpisah. Tapi, sekali lagi karena
Read more

DIMP 72

“Sudah jam berapa ini? Kenapa belum datang juga. Petugas dari KUA nya juga sudah datang loh, coba cek hp kamu apa Satria menghubunggi?” Kak Sisil masuk ke kamar dengan wajah yang terlihat cemas.Pandanganku mengarah ke jam digital yang berada di atas meja kamarku, sudah hampir jam Sembilan. Padahal acara akad nikah akan digelar jam sembilan nanti, aku meraih ponsel yang aku letakkan di sampingku. Sedari tadi aku mengobrol dengan Kak Aletha dan juga kedua temanku untuk menetralisir rasa tegang dan debaran di dada yang sedang aku rasakan.Aku mulai menyapukan jariku di layar benda pipih yang kini berada di tanganku itu untuk membuka layar. Aku sengaja mengaktifkan mode pesawat tadi agar lebih tenang, sehingga panggilan ke aplikasi maupun seluler atau notif apapun tidak bisa masuk. Benar saja saat aku mulai mematikan mode tersebut langsung keluar beberapa notif ke ponselku.Hanya saja tidak ada panggilan maupun chat dari Mas Satria, justru yang ada dari Pak A
Read more

DIMP 73

Semua berdatangan ke kamarku, kali ini Abang Chand iparku yang masuk dengan wajah bingung, tegang dan juga cemas sama seperti orang-orang yang saat ini berada di kamar. Aku sendiri sudah tidak bisa memikirkan apapun atas apa yang sebenarnya terjadi. Berusa berpikir positif dan berharap semua baik-baik saja tapi, pikiranku tak mampu untuk itu. Sedangkan berpikir tentang hal terburuk atas apa yang terjadi aku juga tidak mau.“Pihak KUA nya sudah tanya terus kapan acara dimulai, tamu undangan juga sudah datang semua. Mas Satria kemana sebenarnya, jangan bilang dia lari dari pernikahan ini, atau aku akan menghajarnya.” Kali ini Arya yang masuk, menyusul ke dalam kamarku.Ini sudah terlewat dari waktu yang dijadwalkan karena aku dan Mas Satria mendapatkan jadwal jam sembilan pagi. Bahkan seharusnya sudah sejak pagi tadi Mas Satria dan keluarganya datang, karena memang ada rentetan acara yang harus dilalui. Tapi, ini sudah lebih dari waktu yang di jadwalkan dan Mas Saatr
Read more

DIMP 74

Ucapan selamat yang penuh haru, air mata seolah masih engan berhenti mengalir. Bukan air ata kesedihan, tapi, air mata kebahagiaan. Pagi yang penuh dengan kejutan dan begitu tegang, tangan dinginku baru saja menghangat setelah aku dan mas Satria menandatangani buku nikah. Antara tersenyum dan menangis itu yang aku alami sekarang. “Selamat ya, akhirnya jadi Nyonya Satria.” Wina menggodaku saat kami berdektan, Mas Satria sedang bersama tamu pria di sudut yang lain.“Sumpah aku tadi nangis, takut banget, bingung juga ada apa, pas Pak Satria nggak datang- datang tadi.” Tika menambahkan, suaranya sedikit dia pelankan.Hal yang sama juga aku rasakan tadi, semua terasa benar-benar kacau. Aku tidak bisa membayangkan kalau sampai pernikahanku gagal untuk kedua kalinya. Hancur pasti, tapi, lebih dari itu mungkin aku akan benar-benar down dan tidak akan berpikir untuk menjalin hubungan lagi dengan siapapun.“Tapi, aneh juga ya, kenapa Pak Satria datang sendiri.
Read more

DIMP 75

“Aku minta maaf, aku bersalah.” Mas Satria meraihku dan berusaha memelukku lagi dengan kesal aku menepis tangan pria itu.“Aku benar-benar kecewa, rasanya sakit sekali. Mas tega banget sama aku, sekuat hati aku sabar dan menahan diri berkorban perasaan. Semua Aleya … Aleya dan Aleya, kalau mas lebih memikirkan dia kenapa harus denganku? Kenapa memberi harapan padaku? Kenapa harus mempertahanku? Kalau sebenarnya mas nggak bisa lepas darinya.”Rasanya benar-benar sakit dan sesak, selama ini aku mencoba bersabar dan mengerti akan posisi mas Satria. Tapi, hari ini semua sudah melewati batas dari sebuah pemakluman ataupun toleransi. Di hari yang sakral dan penting seperti ini saja masih tetap Aleya yang didahulukan, apapun alasannya ini sangat menyakitkan.“Orang tua Aleya ingin aku merujuknya.”Pandanganku yang tadi teralihkan dari wajah mas Satria kini kembali memindai wajah pria itu. Aku bergeming menunggu kalimat selanjutnya dari mas Satria tanpa a
Read more

DIMP 76

“Semua benar baik-baik saja kan?” Hari sudah sore, keluarga Mas Satria juga sudah pulang. Pakde dan keluarganya juga, hanya ada keluarga intiku saja. Mas Satria sedang mengobrol bersama kedua abang iparku, Arya dan juga Mama. Sebuah pertanyaan dari Kak Regi menghentikan putaran sendokku yang sedang mengaduk minuman di dapur.“Kakak kan juga sudah dengar sendiri kan penjelasan dari Mas Satria juga keluarganya tadi,” jawabku kemudian.“Iya, sih. Kasihan juga sebenarnya, bingung juga pastinya kalau dalam posisi seperti Satria. ya sudahlah semua juga sudah lewat juga,” lanjut Kak Regi kemudian.“Iya.” Aku menjawab pelan sambil mengangkat cangkir berisi minuman di depanku dan meletakkan di nampan.“Biar Kakak yang bawa ke depan,” ucap Kak Regi sambil menggeser nanmpan dan kemudian mengangkatnya. “Ada jus di kulkas tuang kasih ke anak-anak itu.”“Iya, Kak.” Aku kembali mengangguk sambil beranjak menuju kulkas, Kak Regi bergegas mening
Read more

DIMP 77

“Iya, aku merasa bersalah bahkan sangat bersalah padamu. Seharusnya aku tidak sampai membuatmu menunggu dan berada di situasi yang seperti tadi. Seharusnya tidak ada pilihan dalam hatiku karena seharusnya hanya kamu satu-satunya. Tapi, pada kenyataannya aku berada dalam sebuah dilema dan itu membuatku merasa sangat bersalah padamu. Seharusnya aku tidak perlu meragu atas hatiku dan karena semua hal itu aku hampir saja kehilanganmu. Meski pada akhirnya aku tersadar, tapi, aku telah bersalah padamu dengan menjadikanmu sebagai salah satu pilihan. Harusnya kamu satu-satunya … aku minta maaf untuk itu.”Aku terdiam mendengar penejelasan Mas Satria, memang seharusnya demikian. Aku bukan salah satu pilihan, seharusnya hanya aku satu-satunya. Dan dia benar telah menyakitiku dengan sikapnya tersebut. Kebimbangannya telah melukai perasaanku sebagai seorang perempuan dan juga sebagai istrinya. Ketidaktegasan Mas Satria dalam bersikap hampir saja menghancurkan perasaan banyak orang.
Read more

DIMP 78

"Keracunan bagaimana dokter?" tanya Mas Satria ikut menimpali."Kami akan lebih lanjut untuk memeriksa keadaan putri Bapak dan Ibu, karena kondisinya seperti ini yang terus muntah kami sarankan untuk putri Ibu menginap untuk mendapatkan perawatan karena di khawatirkan akan dehidrasi. Itu pastinya akan sangat berbahaya sekali untuk kondisi Putri Ibu." dokter yang menangani Ayra memberikan penjelasan"kami akan mencari tahu lebih detil tentang apa yang sedang dialami oleh putri Bapak dan Ibu. Akan tetapi untuk sementara karena si kecil kehilangan banyak cairan saya sarankan untuk diinfus terlebih dahulu dan kita akan melakukan tes besok untuk melihat apa yang terjadi sebenarnya " dokter itu kembali menambahkan penjelasannya.Akku dan Mas Satriahanya bisa mengangguk sebagai tanda kalau aku dan Mas Satria setuju untuk Aira mendapatkan perawatan. Kami tidak ingin sesuatu terjadi kepada Ayra.Setelah setelah menandatangani berkas surat p
Read more

DIMP 79

Entah jam berapa lelap menjemputku semalam aku hanya teringat selepas mencuci tangan dan muka aku langsung ke tempat tidur. Ya Tuhan apa yang terjadi, semalam seharusnya menjadi malam pertamaku sebagai seorang istri. Baru saja terbangun semua permasalahan langsung memenuhi benakku.Aku meraih tas selempang yang tak jauh dari jangkauan tanganku untuk mengambil ponselku. Semalam aku sengaja mematikannya, aku tidak peduli dengan apapun, pikiranku sangat kacau.Notif panggilan masuk dan sejumlah pesan langsung memenuhi ponselku. Selain pria itu ada juga Mama dan dari Kakak- kakakku dan juga Arya. Rasa nyeri kembali hadir dan membuat dadaku terasa begitu sesak.Kenapa pria itu tega melakukan semua ini padaku. Rasa cinta yang terlalu dalam ini semakin membuatku merasakan sakit yang berlipat. Mataku kembali menghangat dan bulir bening meluncur begitu saja melewati kedua pipiku. Masih tidak habis pikir dengan semuanya.Ujian apa lagi ya Allah setelah g
Read more

DIMP 80

“Tapi, percayalah aku hanya mencintai kamu saja. Cuma kamu, Sayang. Kamu tau pasti bagaimana perasaanku padamu.” Mas Satria masih saja berlindung di balik alasan yang sama.“Aku bahkan ragu kalau mas benar-benar mencintaiku. Bukankan cinta itu tidak saling menyakiti, bukankah cinta itu saling menjaga. Tapi, apa yang mas lakukan? Bahkan mas tega membohongiku, berbohong kepada keluargaku.” Aku sudah tidak percaya apapun sekarang. “Aku terpaksa melakukan itu. Aku benar-benar minta maaf untuk semua ini, aku sudah berencana untuk jujur hanya aku butuh waktu.” Mas Satria meraih tanganku dan untuk kesekian kali aku hempaskan.“Dengan Aleya itu hanya rasa kasihan dan terpaksa karena desakan semua orang, aku ditempatkan pada posisi yang sangat sulit. Tapi, menikahimu itu adalah keinginanku, mimpiku. Aku bersalah padamu dan seluruh keluargamu, aku minta maaf. Kamu boleh mencaciku, memaki aku, tapi, jangan pernah meminta mengakhiri semua. Aku nggak bisa, aku bisa g
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status